Rasanya hari hari berlalu begitu cepat sehingga tak terasa besok Lucky dan dirinya akan melangsungkan pernikahan. Dimana mereka akan mengucapkan janji suci di hadapan pendeta dan semua orang terlebih lagi di hadapan Tuhan. Tiwi tak menyangka bahwa takdir hidup nya akan berjalan seperti ini dan berlawanan dengan apa yang ia angan angankan sebelum nya berharap bisa menikah dan hidup bahagia bersama pria pilihan hati nya bukan hidup bersama pria yang telah merusak nya. ia kembali mengingat bagaimana dulu kisah cintanya bersama pria yang sangat mencintai nya begitu juga dengannya, tetapi takdir telah memisahkan mereka. nyatanya Tuhan lebih sayang kepadanya sehingga membuat Tiwi harus mengikhlaskannya dengan lapang dada meskipun berat tapi ia harus menjalaninya. Sejujurnya hati nya kesal dengan takdir yang kenapa itu tidak bisa diubah oleh siapapun dan tidak ada yang bisa melawan takdir. ia merasa bahwa dunia tidak adil dengannya, merasa takdir telah mempermainkannya Hanya satu yang tak bisa dia sesali yaitu kehadiran buah hati yang sekarang ada didalam rahim nya. Tak pernah terlintas sekalipun dibenak nya untuk membuang bayi di perut nya itu. bahkan dia sangat menyayanginya meskipun awalnya kehadiran bayi itu tidak bisa diterima nya tapi lama kelamaan dia berpikir bahwa dia beruntung bisa memiliki seorang anak karena itu adalah anugerah terindah dari Tuhan dan itu harus dijaga dan disayangi.
Tok...tok... tok...
Suara ketukan pintu itu menyadarkan Tiwi yang sedari tadi melamun sambil mengelus perutnya yang sudah mulai membesar tapi tidak terlalu nampak karena ditutupi oleh badan nya yang sudah agak gemukan dan dia juga sengaja memakai pakaian yang agak berukuran besar supaya tidak terlalu kelihatan usia kandungannya yang sudah memasuki minggu ke 12. Dia sekarang berada didalam kamar nya dan dirumah nya yang ada di Jakarta. Karena acara pernikahan mereka akan dilaksanakan di Jakarta sesuai permintaan orang tua Tiwi karena keluarga dan kerabat mereka lebih banyak dijakarta.
Tiwi berjalan menuju pintu dan membuka nya ingin tahu siapa yang tengah mengetok pintunya itu.
"Kamu sudah sarapan?" ternyata bunda yang berada disana.
"Ini juga mau turun kebawah bun" senyum Tiwi lalu kemudian mereka turun kebawah menghampiri meja makan yang disana sudah ada papi dan juga Lucky.
Acara sarapan mereka berlalu dengan keheningan hanya dentingan piring yang terdengar. semua merasa canggung untuk memulai percakapan entah sejak kapan suasana itu berubah tapi yang pasti semenjak kehadiran Lucky semua menjadi saling segan. meskipun hubungan papi dan Lucky sudah mulai akrab, tapi entah kenapa Tiwi merasa ada yang beda karena biasanya apabila mereka berada di meja makan mereka akan sesekali bercanda, Tiwi akan dengan sengaja mencuri lauk milik papinya dan hal itu membuat papinya marah dan Tiwi terlihat senang dan tertawa. mungkin hal itu terlihat seperti kekanak kanakan tapi itu sudah terbiasa dengan mereka mengingat betapa jarangnya mereka makan bersama di meja makan karena urusan mereka yang sangat sibuk jadi hal itu lah yang akan menghangatkan suasana keluarga itu kembali. Tidak seperti sekarang, semuanya saling diam menikmati makanan masing masing.
"Jangan lupa minum susunya" perintah bunda pada Tiwi setelah semua selesai makan dan dia hanya mengangguk. Lalu Tiwi membantu bunda membereskan piring nya dan mencucinya, meskipun dirumah ini ada banyak asisten rumah tangga, tapi bunda selalu menyuruhnya untuk mandiri dan mempersiapkan segala kebutuhan nya sendiri tanpa harus meminta bantuan bibi ART dirumahnya meskipun sesekali Tiwi tetap meminta bantuan bibi.
Rumah Tiwi kini sudah semakin ramai karena kedatangan nenek dan para sepupu nya juga ada paman dan bibi nya yang berasal dari sumatera utara. Ia merasa sangat sesama karena kehadiran sang nenek tercinta jujur Tiwi sangat merindukannya karena semenjak dia kuliah, dia sangat jarang sekali bertemu dengannya dan hal itu yang membuat nya senang sekarang.
"Ahh, nenek...kapan sampainya? kok gk ngabarin Tiwi sih, kan bisa Tiwi jemput di bandara..." Tiwi berjalan menemui nenek Uli di ruang tamu dan langsung memeluk nenek nya itu dan mencium kedua pipinya tapi sebelum nya dia cium tangan dulu dong.
"Aku kangen banget sama nenek tau.." manja nya di pelukan nek Uli.
"Tapi sekarang nenek kan udah datang temui kamu sayang," melepas pelukan nya dan meletakkan tangan nya dipundak nya "Nenek datang untuk menghadiri hari bahagia kamu besok" jelas nya yang membuat Tiwi termenung dengan kata 'hari bahagia' apa itu benar? batinnya. kemudian ia tersenyum manis pada nenek nya "Makasih banyak ya nenekku sayang" kembali memeluknya.
"Ehem.." deheman itu membuat Tiwi mengerut kan kening dan mencari sumber suaranya dan melepaskan pelukan itu.
"Cuma neneknya aja nih yang dikangenin, trus kita dikacangin nih ceritanya." Suara itu ternyata berasal dari arah belakang nya dan ternyata itu adalah pamannya.
"Ahh, paman?" berjalan kearah lelaki itu dan menyalami tangan nya "Paman Tio sama Bibi esih datang juga, aduh Tiwi kangen banget loh." kemudian ia beralih ke arah kedua sepupunya "YESSI..." teriak nya dan memeluk sepupu sekaligus teman curhat nya dulu sewaktu dia tinggal bersama neneknya. "Aku kangen banget tau..." Tiwi menangis terharu dan bahagia di pelukan yessi kemudian "Hay Anto" sapa nya dan langsung menyalami sepupu lelaki nya yang lebih muda dari nya itu karena Tiwi seumuran dengan Yessi kakak nya Anto. "Hay juga kak" balas anto dengan senyuman.
"Gimana kabar paman dan bibi? apa toko kue nya berjalan lancar?" tanya Tiwi setelah acara kangen kangenan nya itu dan sekarang mereka duduk di sofa ruang tamu tepat nya Tiwi duduk disamping nenek nya sambil memeluk lengan nenek nya itu.
"Masih berjalan lancar kok nak." sahut bi esih.
"Kalo elu yes, gimana lancar gak kerjaan sama si doinya?" goda Tiwi dan membuat Yessi menggeleng kepala heran pada sepupunya yang tak kunjung berubah sikapnya yang langsung to the point tanpa basa basi karena memang dari dulu Tiwi gak suka sama yang namanya basa basi karena katanya buang buang waktu.
"Kamu ya wi, dari dulu gak pernah berubah..." hanya dibalas cengengesan oleh Tiwi "kalo kerjaan sih wi masih lancar dan kalo masalah doi nya sih doain aja biar cepat nyusul." jawab nya dengan senyum dan tawa. mereka memang sepupu tapi mereka juga sekaligus sahabat sama seperti Tiwi ke Putri bedanya dulu itu mereka gak satu sekolah tapi meski begitu mereka sama sama saling mengerti satu sama lain.
"Kalo anto gimana? kuliah nya lancar?" tanya Tiwi beralih ke anto.
"Lancar kok kak, doain juga ya biar anto cepat wisuda dan bisa nyusul kayak kakak" jawabnya dengan santai tapi jawaban nya itu membuat semua orang mengerutkan kening bertanya dan ada yg memasang mata tajam ke arah anto.
"Maksud kam,-" belum selesai pertanyaan Tiwi sudah dijawab oleh nya.
"Cepet nyusul jadi pengacara juga kak..." jawabnya dengan hembusan napas yang pelan. setelah mendengar semuanya merasa sedikit lebih tenang.
Mereka pun melanjutkan perbincangan yang hangat, mereka saling bercengkerama dan saling melepas rindu bahkan Bunda dan papinya Tiwi tertawa terbahak setelah mendengar lelucon yang diucapkan oleh anto. sehingga ada satu yang menyadari bahwa adanya kekurangan disana yah sepertinya anggotanya kurang lengkap.
"Seperti nya ada yang kurang deh.." kata bi esih itu mampu menyihir semua orang disana dan ikut memikirkan apa itu yang kurang.
"Oh iya, aduh sampai lupa deh saya..." bunda menepuk dahi nya membuat Tiwi semakin penasaran dengan apa yang kurang itu
"Kalian semua datang kesini kan mau ikut dalam acara pernikahan Tiwi besok," sontak semuanya mengangguk setuju begitu juga dengan Tiwi.
"Jadi kalian itu harus kenal sama calon mempelainya dong... sebentar ya saya panggilin mantu saya dulu." bunda berjalan ke arah tangga untuk mencari Lucky, iya lelaki itu. bahkan Tiwi sendiri pun baru sadar karena sedari tadi ia tidak memperkenalkan Lucky kepada keluarga besar nya itu. dan entah kenapa dia merasa bersalah karena udah mengabaikan keberadaan pria itu dirumah nya.
Tak berselang lama turun lah orang yang dinantikan oleh mereka yaitu pria yang akan bersanding dengan Tiwi. sontak saja semua membuka mata lebar lebar tak menyangka bahwa pria yang akan jadi bagian dari keluarga mereka adalah orang yang sangat mereka ketahui.
"Nah ini dia bu calon mantu nya saya dan mas kim" tunjuk bunda pada ibu nya atau nek Uli. "Lucky, kenalin ini semua keluarga dari bunda... ayo salim"
"Halo semua, saya Lucky Andrea calon suami Tiwi" sapa nya pada semua orang yang ada disana.
"Ini bukannya mantan wabup kita ya?" seru Yessi
"Iya, yang kalah karena gagal nikah kan?" tambah anto
"Lu kenal nya dari mana wi?" tanya Yessi menatap tiwi.
"Kek nya udah tua deh," bisik anto namun masih bisa didengar semua orang yang juga bingung dengan situasi ini. "Dapat dari biro jodoh ya kak, tapi kok kakak mau sih?" tanya nya dengan polos pada Tiwi tanpa sadar bahwa orang yg jadi topik pembicaraan nya mendengar perkataan nya.
Merasa semua mulai aneh bunda pun mencoba mencairkan suasana "Ahh,, kok semua nya pada tegang sih, kita makan yuk, kan ibu mas tio, mbak esih juga kalian berdua kan baru nyampe pasti capek dan lapar kan, kita makan yuk, bibi udah siapin di meja makan" kemudian bunda menatap ke arah Tiwi seolah memberikan kode dan Tiwi pun cepat cerna dan mengerti
"I-iya nek, bunda bener kita makan aja dulu, ngobrol nya nanti aja ya dilanjutin nya, paman bibi sama yessi dan anto juga pasti lapar kan. juga nih calon suami nya aku mas Lucky udah lapar karna tadi sarapan cuma pake roti jadi perutnya katanya udah lapar banget, iya kan Mas.." mata Tiwi langsung menatap tajam ke arah Lucky supaya mengiyakan perkataan nya. serasa diperhatikan dengan tajam Lucky pun langsung mengerti
"Iya nih , Tiwi benar kita sebaiknya makan dulu dan perbincangannya nanti kita lanjutin" jelas nya kemudian semua nya mengangguk setuju karena memang mereka sudah lapar. Masalah pertanyaan kedua sepupu Tiwi tadi mereka akan menjawab nya setelah makan supaya suasana nya lebih baik untuk bercerita.