Kini Tiwi dan Lucky telah sah menjadi suami dan istri. meskipun sebenarnya mereka menikah karena kecelakaan, namun mereka kini bisa mulai mencoba merubah. Merubah suasana yg dulu tidak baik agar menjadi baik.
Setelah acara resepsi pernikahan diadakan, Tiwi dan Lucky pun pergi ke apartmen pribadi Lucky. Bunda menyarankan agar mereka bulan madu selama satu minggu, tpi keduanya menolak mengingat bahwa Tiwi kini tengah hamil tidak baik untuk pergi dalam perjalanan jauh. mendengarnya, Bunda pun dapat mengerti.
*Di apartemen Lucky*
"Mas gak mandi dulu, kok langsung tiduran gitu sih?" tanya Tiwi kepada Lucky yg sedang merebahkan badannya di kasur empuk itu.
"Gk, aku udah ngantuk." jawabnya singkat
"Mas aku boleh tanya sesuatu gk?" tanya Tiwi perlahan sambil berjalan dan duduk di tepi ranjang yg sedang ditiduri Lucky.
"Tanya apa?" Lucky menyergit heran dan langsung menoleh ke arah Tiwi.
"Kenapa ya mama kamu gk suka banget sama aku?, emang aku ada salah apa sih sampe untuk tersenyum saja dia ngak mau.." Tanya tiwi dengan nada sedih dan penasaran.
"Aku juga gk tau." Lucky mengangkat bahu nya Kemudian melanjutkan tidur nya.
Melihat nya Tiwi hanya bisa menghela nafas kasar dan lebih memilih untuk membersihkan dirinya.
Hari demi hari setelah pernikahan mereka dapat dilalui dengan baik baik saja. Mereka mulai saling mengerti satu sama lain. Tiwi kini tidak bekerja lagi dikantor nya melainkan mengurus perusahaan papi nya sementara Lucky kini mulai bekerja sebagai CEO disalah satu perusahaan milik pak Bahri yg ada di Jakarta.
Malam ini Lucky dan Tiwi berencana akan pergi menghadiri acara perusahaan Lucky yg diadakan di gedung perusahaan.
Kini mereka sedang ikut dalam acara perusahaan tersebut, Tiwi sedang berdiri disamping Lucky di podium untuk memberikan kata sambutan. Ia terlihat cantik dengan gaun merah muda yg dibalut ditubuhnya menampakkan keanggunan nya meski kini perut nya sudah mulai membesar karena usia yg sudah memasuki bulan keempat. Namun ia tetap terlihat percaya diri untuk tampil dengan gaunnya itu.
Setelahnya Lucky pamit pada Tiwi untuk bergabung dengan teman nya yg lain dan Tiwi sendiri pun tidak keberatan. Ia pun lebih memilih duduk di sebuah sofa yg telah disediakan sambil menikmati minuman nya.
"Hai, boleh saya duduk disini?" tunjuk seorang pemuda ke sofa disebelah Tiwi. dan Tiwi pun mengangguk menandakan setuju
"Ibu istrinya pak Lucky kan?" tanya pemuda itu setelah duduk disebelah Tiwi.
"Iya, memangnya ada apa ya?" sahut Tiwi sambil memalingkan wajah menghadap pria itu.
"Oh...kenalkan, nama saya Rigel Antares bisa dipanggil Rigel. saya ini akan menjadi partner bisnis baru nya pak Lucky." senyumnya sambil mengulurkan tangannya.
"eheh.. iya saya Tiwi istri nya Lucky. semoga kalian jadi partner yg baik" sambut Tiwi sambil menjabat tangannya.
"Kek nya anak ibu nanti perempuan dehh.." kata Rigel menunjuk pada perut Tiwi yg buncit itu
Tiwi pun mengerut dahi dan sedikit tertawa "Tau dari mana? emangnya kamu dokter kandungan?"
"Karena ibu itu terlihat cantik meski sedang mengandung, biasanya kan aura wajah dri ibu itu terpancar dari si baby juga.." tawa Rigel sekilas
"Ah...bapak bisa aja." senyum Tiwi malu malu, siapa sih gak merona dibilang cantik padahal kan perut nya sedang buncit.
"Duh, jangan panggil bapak dong... saya merasa ketuaan entar, lagian juga saya masih lajang" Rigel berbicara sambil memerhatikan wajah Tiwi dalam, entah mengapa ketika dia memandang wajah ibu hamil didepan nya ini ia dapat merasakan aura senang sekaligus sedih dalam diri Tiwi.
"Lah, kan situ manggil saya aja ibu, masa saya manggil dengan nama kan gk sopan." elak Tiwi
"Hehe ya udah terserah ibu Tiwi aja," jawab nya. Kemudian mereka melanjutkan pembicaraan mereka seputar kerja sama nya dengan perusahaan Lucky, sesekali Rigel memberikan lelucon sehingga membuat Tiwi tertawa mendengar nya.
"Ehhhemmm..." suara itu membuat Tiwi dan Rigel berbalik arah mencari sumber suara itu dan ternyata itu adalah Lucky. dia sedari tadi memerhatikan kedekatan Rigel dan Tiwi, awalnya dia biasa aja tapi lama kelamaan dia menjadi panas setelah melihat Tiwi tertawa terbahak sambil memukul mukul bahu Rigel.
"Loh, mas...-" Tiwi bangkit dari sofa dan menghampiri Lucky
"Maaf ya pak Rigel, saya mau bicara dengan istri saya dulu" Lucky pun menarik lengan Tiwi dan membawa nya keluar dari gedung itu tanpa peduli terhadap kondisi istrinya yg tengah hamil
Tiwi pun sedikit meronta karena dia ditarik paksa oleh suaminya, entah hal apa yg membuat nya tiba tiba kasar seperti ini. "Mas apa apaan sih, pake narik aku keluar segala. malu tau diliatin orang orang apalagi rekan bisnis kamu" Tiwi cemberut dan marah setelah Lucky melepas lengan nya dan sekarang mereka sedang berada dalam mobil Lucky karena ia berencana langsung pulang kerumah, mereka berada di jok belakang karena semenjak mereka pindah ke apartemen Lucky, mereka jadi mempunyai sopir pribadi. "Trus, kenapa sekarang kita malah mau pulang, kan acara nya belum selesai... kamu gimana sih ninggalin acara perusahaan kamu sendiri gitu aja." sungut Tiwi lagi.
"Aku gk suka ya, kalo kamu itu dekat dekat sama pria lain. masih mending pria nya baik gimana kalo enggak??" katanya dengan muka yg sudah mulai rileks tidak seperti tadi di gedung muka nya memerah
"Maksud nya pria lain??, perasaan aku gak,-... ah jangan bilang kalo kamu cemburu liat aku sama pak rigel?" Tiwi menyelidik ke arah Lucky sambil tersenyum, karena tidak biasanya suaminya itu seposesif itu terhadapnya dalam hati ia merasa bahwa hubungan mereka akan semakin membaik meski sampai saat ini salah satu diantara mereka belum ada yg mengungkapkan cinta, tapi sepertinya sudah mulai ada sinyal sinyal di antara mereka.
"Aku gk cemburu..." jawab Lucky langsung tanpa menoleh kearah Tiwi.
"Trus kalo gk cemburu kenapa kamu gk cemburu kenapa kamu gk suka liat aku tadi sama pak Rigel?" Tiwi semakin penasaran dengan jawaban Lucky apakah dia akan jawab jujur atau tidak.
Lucky menaikkan alisnya dan tertawa sinis "Aku bilang gitu karena aku gk mau orang orang bicara aneh tentang hubungan kita, masa istri nya seorang Lucky Andrea tertawa terbahak bahak bersama pria lain yg baru di kenal, mau ditaruh dimana muka ku?? dan kamu juga gk usah kegeeran klo aku bakalan cemburu, itu gk mungkin. kan sudah aku bilang hubungan kita akan bertahan karena anak aku, anak yg sedang kamu kandung. kalo kamu bisa jaga dia baik baik aku hubungan kita akan bertahan" jawabnya ketus
Seketika senyum Tiwi yg tadi sumringah kini menjadi kisut dan merasa sakit dengan perkataan suami nya itu.
"Maksud mas, aku ibu yg bodoh gitu? yg gk bisa jagain darah daging ku sendiri? asal mas tau ya, aku tuh gk kaya mas, yg selalu aja egois dan sok posesif..huh lagian juga siapa sih yg geer??" Tiwi ingin sekali mengumpat kasar pada Lucky dan berkata lebih pahit padanya, tapi entah apa yg membuat nya ciut ketika sudah menatap Lucky, skarang pun dia bicara sambil memalingkan wajah dari Lucky.
Dalam hati dia kecewa pada diri nya sendiri yg menanyakan apakah Lucky cemburu atau tidak. karena telah membuat nya kesal seperti sekarang tapi dia masih bersabar karena sejak awal menikah dia sudah bertekad untuk menumbuhkan rasa cinta dan membuat Lucky cinta padanya.