7.30 DI RUMAH TIWI
Tiwi keluar dari kamarnya menuruni tangga menuju meja makan. Dia sudah berpakaian rapi karena dia berencana untuk pergi ke kantor pagi ini.
"Pagi bunda, pagi papi.." sapa nya kepada kedua orang tua nya yang sudah berada di meja makan juga.
"eh kamu mau kemana nak pagi pagi gini udah rapi banget?" tanya bunda sambil mengambil satu sandwich dan meletakkan nya ke piring suaminya.
"Kan Tiwi hari ini kerja bun... makanya sekarang Tiwi harus buru buru takutnya Tiwi telat." Tiwi langsung duduk dan mengambil sebuah roti dengan selai kacang kesukaan nya.
"Enggak...kamu hari ini gak boleh kerja nak.!" tegas bunda
"Loh, kenapa bun? lagian Tiwi itu udah lama banget gak ke kantor, jadi Tiwi sekarang harus pergi bun.. soalnya ada yang mau Tiwi omongin ke semua karyawan kantor." jawabnya dengan nada serius.
"Hari ini kamu harus pergi ke butik sama nak Lucky, soalnya kalian kan harus fitting baju." diam sejenak dan celingak celinguk mencari seseorang "Nah... ini nak Lucky udah siap siap," melihat ke arah Lucky yang baru saja datang dan menghampiri meja makan "Nak Lucky gak lupa kan kalo sekarang kalian harus fitting baju?" tanya bunda.
"Lucky ingat kok bun.." tersenyum pada bu Sondang dan duduk di meja makan tepat di hadapan Tiwi.
"Heh.." bentak Tiwi "Sejak kapan mister sok cool ini manggil bunda gue jadi bunda juga?" menatap tajam ke arah Lucky.
"Huss, kamu ini... kan sebentar lagi juga Lucky bakalan manggil bunda juga kan, ya jadi bunda nyuruh dia untuk manggil bunda supaya gak canggung gitu, sama papi kamu juga gitu kok nak." mengambil sebuah piring dan meletakkan sebuah sandwich diatas nya dengan irisan keju dan memberikannya pada Lucky ditambah lagi dengan sebuah senyuman manis yang dibalas baik juga oleh Lucky.
Melihat itu Tiwi mengerutkan dahi nya sambil menaikkan satu alis nya pertanda dia marah dan cemburu "Bun, kok Tiwi tadi gak ada keju diatas nya? masa cuma si mister doang? kan Tiwi juga mau.." dia cemberut.
"Kan tadi kamu gak minta sayang.." jawab bunda nya dengan halus.
"Ya udah sekarang aku mau lagi bun.." rengek nya sambil menyodorkan piring nya yang sudah kosong kembali karena sandwich nya tadi udah habis dilahapnya.
"Ambil sendiri..." tegas bunda nya "Kamu itu wi, udah kayak anak anak aja. kamu gak malu apa dilihatin calon suami kamu?" sambil melihat ke arah Lucky yang Udah senyum senyum heran melihat tingkah Tiwi yang seperti anak anak itu.
"BODO AMAT!!" menatap tajam bunda dan Lucky sedangkan papinya hanya tertawa melihat mereka. "Udah ah, Tiwi mau berangkat kerja dulu." dia langsung mengambil kunci mobil nya tapi langsung direbut oleh bunda nya membuat Tiwi kesal dan marah tapi sebelum dia mengeluarkan kemarahan nya langsung di marahi balik oleh bunda nya.
"Kamu ini, udah bunda bilang sekarang kamu itu harus fitting baju sama Lucky. kamu gak boleh kerja!!" tegas nya sambil menatap tajam anak nya itu.
"Udah bun, gak apa apa kok kalo Tiwi mau kerja kan fitting baju nya jam 10 nanti bun, jadi Tiwi masih bisa kerja kan dan dia bisa permisi nanti buat fitting baju." Lucky mencoba menenangkan suasana yang membuat Tiwi semakin menatap heran padanya 'wah, kesambet setan apaan ini cowok, kok tumben bicara lembut biasa nya dia itu cuek.'
"Tapi kamu gimana nak Lucky, kan kamu gak tau alamat nya." tanya bunda pada Lucky dan menatap Tiwi yang membuat nya langsung memalingkan wajah pura pura tidak tau maksud bunda nya itu.
"Ya udah gini aja, nak Lucky sama Tiwi ke kantor nya Tiwi dulu. sekalian biar Tiwi kenalin nak Lucky sama karyawan kantor nya dan juga nak Lucky bisa liat liat suasana kantor disana nanti kalo udah waktu nya buat fitting kalian pergi aja tapi setelah itu kalian langsung balik ke rumah aja gak usah balik ke kantor karena masih banyak yang harus kalian urus." Papi nya Tiwi pun akhirnya memutuskan nya dan tidak bisa dibantah lagi karena memang putusan itu yang lebih bijak dari pada harus bertengkar lagi.
"Jadi si mister ikut ke kantor nya Tiwi nih?" tanya nya dengan wajah malas.
"Iya, eh... kamu manggil nak Lucky dengan sebutan apa?" papi nya mengerutkan dahi.
"Misterrr....sok coolllll" jawabnya santai sambil melipat kedua tangan nya dan pandangan mengejek terhadap Lucky sesekali menjulurkan lidah nya yang membuat Lucky heran dan menatap nya tajam.
"Eh eh kamu gak boleh panggil itu sama calon suami kamu, mulai sekarang kamu manggil nya mas ya. dan juga jangan pakai bahasa gaul kamu itu bunda sama papi gak suka." Bunda melihat Tiwi dengan tatapan tajam menunjukkan bahwa tidak bisa di bantah.
"WHAT?? Tiwi harus manggil nih orang dengan sebutan mas? ikan mas kali ya lebih cocok." ia memutar bola matanya.
"TIWI!! jangan membantah papi sama bunda, ingat kamu ini bukan anak kecil. tolong dong dewasakan sifat mu nak." Papi nya bicara tegas namun wajah nya khawatir karena dia sudah membentak putri kesayangannya itu.
"Iya iya, aku panggil mas." kemudian menarik tangan Lucky dengan cepat dan membawa nya keluar "Ayo Mas.... Bro."
Papi dan bunda Tiwi hanya bisa menggeleng kepala melihat tingkah anak mereka yang seperti anak anak itu.
Lucky pamit meski sambil berjalan karena tangan nya masih berada di genggaman Tiwi dan entah kenapa dia tidak mau melepaskannya.
"ibu melakukan ini supaya kalian bisa lebih dekat nak.." gumam bu Sondang meski masih bisa didengar oleh suaminya itu.
07.45 DI MOBIL TIWI
Tiwi dan Lucky pun pergi ke kantor nya tiwi. mereka pergi dengan mobil ferrari biru milik Tiwi.
"Heh, mas bro.. lo senengkan liat gue kayak tadi dimarahi papi sama bunda?" tanyanya pada Lucky dengan tatapan tajam dan sinis tetapi Lucky masih fokus menyetir tanpa menoleh sekalipun.
"Emang dasar kamu nya aja yang kekanak kanakan.." tertawa sinis terhadap Tiwi.
Tapi Tiwi tidak menjawab nya lagi karena sudah sangat kesal terhadap pria disampingnya ini.
DI KANTOR TIWI
"Selamat pagi bu kim." sapa semua karyawan nya dengan hormat kemudian kembali ke tempat kerja mereka masing masing.
"Perhatian semua... saya mau memberitahu kan kalau dalam waktu 20 menit semua karyawan di kantor ini harus kumpul diruang rapat saya karena ada hal penting yang mau saya bicarakan." jelas Tiwi pada semua karyawannya.
"Baik Bu Kim.." jawab mereka sambil menatap heran terhadap lelaki yang ada di belakang Tiwi. mereka saling bertanya satu sama lain menanyakan siapa lelaki itu yang ternyata adalah Lucky.
DI RUANG RAPAT
Seluruh karyawan yang ada dikantor itu sudah berada di dalam ruangan yang disuruh Tiwi tadi. Ira sekretaris Tiwi dan juga Putri yang merupakan Notaris disana pun sudah ada. Tiwi berdiri menghadap semua nya dan disamping nya berdiri seorang lelaki yang mungkin asing bagi mereka tapi tidak bagi ira dan sopyan mereka sudah mengenalnya semenjak kedatangan Lucky ke kantor Tiwi beberapa waktu yang lalu.
"Saya mengumpulkan kalian disini itu bukan tanpa alasan. saya menyuruh kalian kesini karena ada beberapa hal yang perlu saya bicarakan terhadap kalian. pertama saya ingin memperkenalkan lelaki yang berdiri di samping saya ini, dia adalah Lucky Andrea sekaligus calon suami saya. kami akan menikah dalam beberapa hari lagi jadi saya harap kalian datang, juga saya harap kalian dapat bersikap hormat sama nya. Kedua, setelah saya menikah nanti, saya tidak tau apakah saya masih berada di kantor ini atau pindah ke Jakarta mengurus perusahaan papi saya." semua karyawan mendadak sedih ketika mendengar kalau Tiwi akan pindah. "Kalian tidak perlu memasang wajah mewek seperti itu. karena itu masih belum pasti, kalaupun itu pasti kantor ini gak akan ditutup kalian masih bisa bekerja disini. dan mungkin yang akan menggantikan saya disini adalah Sopyan asisten saya juga akan di bantu oleh Putri(menatap Sopyan dan Putri) dan juga saya pasti akan sering berkunjung kesini. Mungkin cuma itu yang mau saya sampaikan sekarang kalian bisa bekerja kembali dan Putri kita disini bentar ya, ada yg mau aku omongin."
Setelah itu semua nya bubar kecuali Putri dan Lucky yang masih ada diruang rapat.
"Mas...mas bro" Tiwi menatap Lucky
"Ada apa?" jawabnya
"Mas bro udah bisa keluar sekarang, soalnya aku mau bicara sama ni orang (menunjuk putri)"
"Ih apaan sih?" Putri menepis tangan Tiwi sambil tertawa.
"Iya saya juga udah bosan disini liat muka kamu." Lucky berjalan menuju pintu.
"Heh mas bro, kalo bisa mas bro bunuh diri aja ya, biar smua masalah kelar.. hahaha" dia tertawa mengejek, sementara Lucky tidak menghiraukan perkataan Tiwi itu ia terus berjalan sambil melihat lihat semua isi dari kantor itu.
Kini hanya ada Tiwi dan Putri didalam sana dan tanpa basa basi Putri langsung bertanya "Eh wi, jadi pak Lucky itu calon suami loe ya, wah... beruntung banget sih, masih ingat gak waktu dulu kita sama sama ngidolain dia?" ia memasang wajah ceria dan gak nyangka kalau sahabatnya itu akan menikah dengan orang yang dulu mereka idolakan. Karena putri adalah sahabat Tiwi semenjak SMA tapi mereka sempat berpisah waktu kuliah dan mereka jumpa lagi ketika mereka kerja dan bahkan satu kantor bareng. mereka bisa satu kantor karena Tiwi yang memanggil Putri ke Bandung untuk kerja bareng. meskipun mereka berpisah, tapi mereka selalu berkomunikasi. mereka sama sama lulusan Sarjana Hukum meski di universitas berbeda namun kepintaran mereka tidak bisa dikalahkan itu sebabnya waktu SMA mereka sering dijuluki 'Duo Smart' karena memang mereka pintar. Dan ketika mereka duduk di bangku kelas 12, di kabupaten tempat mereka sekolah itu adalah seorang wakil bupati yang tampan dan masih muda, dan membuat semua para wanita itu sangat mengidolakan mereka tak terkecuali putri dan tiwi dan orang itu adalah Lucky calon suami nya Tiwi.
"Itu sih dulu put.." Tiwi memangku kedua tangannya di dagu.
"Lah, intinya sekarang kan diantara banyak nya cewek yang ngincar dia, kan elo yang menang. gimana sih?"sambil memyenggol bahu Tiwi membuat nya berdecak sebal.
"Iya iya gue yang menang, termasuk menang dari loe. kan dulu loe itu histeris banget tuh sama si mas bro, kalo nyinggung tentang dia dikit aja lo itu pasti teriak teriak gak jelas udah kayak kerasukan kunti tau gak? lo masih ingat itu?" Tiwi tertawa terkekeh kekeh.
"Duh, jangan buka aib dong wi," wajah putri memerah karena malu. "Eh, btw busway gimana sih ceritanya makanya lo bentar lagi nikah sama pak Lucky, trus kenapa loe manggil dia mas bro gitu? apa dia gak marah? atau jangan jangan loe pake ilmu pelet ye??" Putri menunjukkan telunjuk nya kearah Tiwi sambil tertawa.
"Pertanyaan loe udah kayak kereta api tau gak? panjang banget... eh lagian ya gue manggil dia mas bro itu ya suka suka gue lah, mulut mulut gue kok. dan satu lagi gue gak pernah make ilmu ilmuan segala cuma buat tu si mas bro kepincet, gak sudi tau gak? dan loe jangan KEPO!!" jawabnya sambil melipat kembali kedua tangannya.
"Oke oke, tapi Rey udah tau tentang ini semua?" tanya putri dengan penuh selidik.
Tiwi hanya mengangguk kan kepala nya.
"Owh ya udah, eh..trus ngapain loe ngajak gue nunggu disini katanya loe mau ngomong. udah bilang cepetan, gue masih banyak kerjaan.."
"Gimana gue bisa ngomong kalo lo nyerocos terus PuT..Teriiii" Tiwi memutar bola matanya sambil mendengus kesal.
"Hehehe.. ya udah sok atuh ngomong." Putri cengengesan membuat Tiwi kesal tapi senyum.
"Jadi gini, kalo misalnya gue jadi pindah ke Jakarta seperti kata bunda dan papi gue, gue harap lo bisa nerusin nih kantor. karena gue yakin sama loe kalo lo itu bisa pertahanin kantor ini. kantor yang udah 3 tahun kita bangun bersama put." mereka menetes kan air mata mengingat betapa besar perjuangan mereka untuk membangun kantor itu.
"Gue pasti bakalan pertahanin kantor ini wi..." jawab putri lirih dan mereka pun saling berpelukan untuk memuaskan kesedihan mereka.
"Gue yakin kalo lo pasti bahagia sama pak Lucky, dan loe harus janji sama gue kalo lo harus bisa move on dari masa lalu loe dan loe harus bangkit berjuang ke masa depan loe bareng pak Lucky.
meskipun gue harus sedih ngelepasin sahabat gue ini, tapi gue ikhlas demi kebahagiaan lo. padahal dulu gue kira gue yang bakalan duluan nikah eh ternyata elo yang duluan dapat jodoh, beruntung banget sih lo..." ia sedih dan juga tertawa sambil memeluk sahabat nya itu begitu juga dengannya.
Meskipun dalam hati Tiwi berkata 'gue gak yakin kalo gue bakal bahagia put, gue gak yakin apakah tanpa cinta kehidupan berumah tangga itu bisa jadi harmonis.' ia sedih hingga matanya berkaca kaca tapi ia langsung menahan agar air mata nya gk keluar dihadapan putri sahabat nya.