Chereads / Takdir Cintaku / Chapter 15 - Bawa Aku Pergi

Chapter 15 - Bawa Aku Pergi

Hari sudah semakin senja dan matahari pun sudah mulai enggan menyinari bumi yang membuat bulan muncul secara perlahan dilangit yang sangat indah ini. tetapi tidak seindah hati Tiwi yang sedang terluka bagai kena goresan kaca yang ditetesi dengan air garam.

hampir 2 jam setelah kejadian tadi sore, Tiwi hanya memutar mutar keliling kota Bandung menggunakan sepeda motor kesayangan nya untuk menenangkan pikirannya yang saat ini sangat kacau. dan tak henti henti nya juga dia mengeluarkan air mata sambil berteriak

"KENAPA SEMUA PENDERITAAN SELALU MENGHAMPIRIKU??"...ia tak perduli dengan ekspresi orang orang sekitar yang juga sedang mengendarai kendaraan nya masing masing.

*LUCKY POV*

Hari ini aku merasa senang sekaligus jengkel. senang nya karna aku bisa membujuk Olivia untuk tidak pisah dariku. entah apa yang membuat ku untuk tidak bisa melepas nya, meskipun bagiku dia hanya lah pelengkap status ku tapi aku harus bisa menghargai nya karena udah bertahun tahun dia mau menemaniku. Tapi ada hal yang membuat ku jengkel hari ini, Wanita itu,-

iya Wanita yang penampilan nya seperti preman itu udah ngegagalin momen manis pertama ku dengan Olivia. Tapi kenapa suara itu seperti tidak asing lagi bagiku? ah sudahlah, persetan dengan itu semua yang penting sekarang yaitu wanita aneh itu akan merasakan penderitaan lebih setelah kami menikah nanti. iya, enak saja dia kalau hidup nya 'happy ending' sementara aku menderita? tak akan kubiarkan itu wanita sialan.

Lucky mengumpat dalam hatinya ia merutuki Tiwi. Dia mencoba memejamkan matanya untuk beristirahat setelah dia puas berjalan jalan melepas rindu dengan kekasih nya Olivia.

Sementara Lucky yang sedang mengumpat sambil berehat dirumah, Tiwi memutuskan untuk menemui Rey. iya,, Rey.. karna hanya dia yang bisa menenangkannya saat ini.

"REY..." teriak seorang gadis, eh bukan gadis lagi ya... ya udah wanita deh.

Wanita itu berteriak yang membuat aktivitas Rey berhenti sejenak karena terkejut mendengar teriakan nama nya itu. Rey berdiri setelah meletakkan alat alat otomotif nya, karena sekarang dia berada di bengkel pribadi nya itu. Dia membalikkan badan kemudian matanya membelalak seketika setelah melihat wanita yang sudah dia rindukan itu. Rey tersenyum lebar dan menghampiri Tiwi.

"Tiwi?.. ya ampun loe dari mana aja??"

tanya nya sambil memeluk singkat sahabat yang berhasil membuat nya baper itu.

"gue?..gue disini kok, gak kemana mana... lihat aja kan gue sekarang ada didepan loe." jawab nya santai seolah tidak ada masalah.

"maksud gue, kabar loe selama ini?.." mengajak Tiwi duduk di kursi yang ada di ruangan itu dan melanjut kan "loe tau gak? gue itu khawatir banget sama loe..(menatap mata Tiwi dalam) gue telpon tapi gak pernah aktif.. gue datengin ke rumah loe katanya lo lagi kerja, emangnya lo kemana aja sih?" Rey menatap wajah Tiwi yang tiba tiba berubah menjadi murung dan dia merasakan ada sesuatu buruk yang terjadi pada sahabat nya itu.

"eh padahal ya wi... kemarin itu sayang banget lo gak datang." Rey berpura pura kecewa.

"emang kemarin kenapa? ada masalah? atau ada yang nantangin gue balapan?" Tiwi mengubah ekspresi murung nya menjadi wajah penasaran dengan mengerutkan dahi nya.

Rey memijat mijat pelipis nya seakan akan dia merasa pusing "iya lo bener wi, kemarin itu adalah masalah nimpa gue...kalau saja lo ada di samping gue, pasti gue bisa ngadapin tu masalah." dia mengerucutkan bibir nya seakan akan dia kecewa.

"emang masalah apa??" Tiwi mulai panik

"kemarin gue kentut tapi gak ada yang dengar, sayang banget kan, padahal kentut gue itu merdu banget suara nya...kalau lo denger pasti lo bakalan tepuk tangan kagum wi" Rey menjawab dengan wajah santai.

"Hahaha...anjirr.. loe ngerjain gue?? parah banget lo, padahal gue tadi serius banget loh." Tiwi tertawa geli mendengar jawaban teman nya itu sambil memukul lengan Rey. sedangkan Rey senyum ketika melihat wajah teman nya itu.

"eh.. lagian ya lo mikir gak sih rey? sejak kapan ada suara kentut itu merdu yang ada menjijikkan dan jorok. emang tu otak lu udah miring kali ya, mck kek nya perlu penanganan khusus nih.." sambung Tiwi sambil tertawa terbahak bahak. Rey masih saja tersenyum dan sesekali mendengar perkataan sahabat nya itu.

"wi...jangan pikir gue gak punya cara apapun ngebuat lo tertawa. dan jangan kira gue gak tau kalo lo itu lagi ada masalah. karena sejak zaman bahela, kalo loe dateng kesini dengan tiba tiba pasti karena lo lagi ada masalah, dan gue udah tau itu.." Rey menatap wajah Tiwi sambil menepuk lengan nya.

"lo bener banget rey, gue datang kesini karena gue itu tau cuma lo yang bisa nenangin hati dan pikiran gue, makasih ya Rey.." Tiwi tiba tiba memeluk Rey yang membuat jantung pria itu berdegup kencang. 'semoga aja tiwi gak dengar jantung gue, kalo gak bisa dikira penyakit jantung gue. lagian dia kenapa tiba tiba meluk gue sih, kan gue jadi gugup meskipun pengen..' gumam Rey dalam hati.

"ya udah, sekarang lo cerita ke gue. curahin semua apa yang ada di pikiran dan hati loe, gue siap kok buat ngedengerin" Rey melepaskan pelukan itu dan kemudian memegang kedua tangan Tiwi sambil menatap nya dalam.

Tiwi pun menarik napas dalam dalam kemudian ia menceritakan semuanya, mulai dari alasan dia pergi ke kalimantan, kejadian yang menimpanya, hingga rencana pernikahan nya dengan Lucky. saat bercerita ia tak henti henti nya mengeluarkan air mata nya.

"Jadi loe sekarang hamil? loe ngandung anak lelaki itu? dan loe akan nikah??" seperti sebuah mimpi, Rey memasang wajah sedih, matanya berkaca kaca, hati nya terasa remuk mendengar kalau wanita yang sangat sangat dicintai dan di impikannya itu akan menikah dengan pria lain, terlebih lagi wanita dihadapannya itu sudah mengandung. ia mengandung anak dari lelaki lain bukan anak darinya seperti yang dibayang bayangkannya selama ini. Hancur..pupus sudah harapan yang selama ini ia pupuk pada Tiwi. ia tak mungkin lagi memiliki Tiwi untuk selamanya.

Sementara Tiwi mengangguk sedih menjawab pertanyaan teman nya itu.

"maafin gue Rey..." ucapnya lirih "gue juga gak tau kenapa ini semua terjadi? gue sama sekali gak berharap kalo kedatangan gue ke kalimantan malah menjadi bencana besar bagi hidup gue... gue gak mau itu rey, gue tau kalo jawaban gue itu tadi pasti sangat sangat menyakiti hati loe, tapi gue gak mungkin nutupin ini semua dari lo rey." dia menangis terisak isak dihadapan rey.

"Jadi sekarang lo mau ngapain? apa lo bakalan nerima pernikahan lo atau ada rencana lain yang udah lo pikirin?" tanya Rey lesu.

"gu-gue..udah mikirin rencana gue sendiri rey, gu-gue gak bakalan nikah dengan pria bangsat yang udah ngerebut harta berharga gue, gue bakalan pergi malam ini juga rey. Gue bakalan urus dan besarin anak ini sendirian walau tanpa kehadiran seorang ayah. Gue yakin kalau gue pasti kuat dan anak gue juga." Tiwi kemudian menatap wajah Rey "rey, gue mohon sama lo bawa gue pergi dari sini. gue gak tahan lagi dengan semua ini, gue gak bisa nikah tanpa ada nya rasa cinta. lagian gue juga pasti bakalan tersiksa kalo gue harus berhadapan dengan ibu mertua sensitif dan suami yang berengsek. lo tau kan rey? gue itu udah trauma, gue gak mau hidup gue hancur lagi..gue mau rey.." Tiwi menangis sambil memohon pada Rey.

"Gue harus bawa lo kemana wi? lo gak mikirin resiko apa?" Rey mencoba menahan keinginan Tiwi.

"Bawa gue ke tempat yang jauh... gue bakalan hidup berdua sama anak gue, dan lo bisa kembali kesini buat ngelanjutin hidup lo, kalo orang orang pada tanya sama lo tentang keberadaan gue, loe bisa bilang kalo gue udah mati hanyut di sungai." Tiwi menjawab dengan wajah datar meskipun air mata masih lekat di pipinya, dia seperti seseorang yang sedang putus asa.

"Gak..gak wi, gue gak bakalan ngejerumusin lo ke masalah yang lebih lagi, sadar wi...sadar.. kalau setiap masalah itu harus dihadapi bukan dihindari karena kalau masalah itu kita hindari, maka masalah yang lebih besar akan datang lagi. ingat kan kalau lo yang selalu bilang itu ke gue? dan juga wi.. kok lo bisa nyerah gitu sih? ingat loe itu wanita yang kuat. anggap aja masalah lo ini adalah sebuah balapan yang harus dan sering loe menang kan dengan segala cara dan strategi yang loe punya. Loe harus kuat wi, ingat masih banyak orang yang sayang dan peduli sama lo. ingat bunda dan papi loe yang selalu nerima dan ngebahagiain lo, ingat juga kalo gue bakalan selalu ada disisi loe." Rey berusaha menenangkan dan menyemangatkan Tiwi meskipun hatinya sedang gusar, tapi ia tidak egois ia tidak memikirkan perasaan nya saja malah dia lebih mementingkan Tiwi.

"Gue gak yakin apakah gue sanggup ngejalani ini semua rey?" Tiwi bertanya lesu menatap Rey.

"Loe pasti bisa wi, ini semua demi anak yang ada di kandungan loe" Rey menunjuk perut Tiwi sambil berusaha tersenyum.

Serasa seperti semangat kembali Tiwi tersenyum mengangguk sambil menatap Rey "makasih banyak ya rey, lo emang sahabat terbaik gue, gue sayang sama lo.." Tiwi memeluk kembali tubuh Rey seakan akan ada kehangatan yang dia rasa.

Meski Rey hanya dianggap sahabat, tapi dia sudah senang karena untuk pertama kalinya Tiwi bilang kalau dia sayang sama Rey. dan dia berharap kalau Tiwi akan mengatakan perasaan yang lebih lagi padanya meskipun bukan sekarang.

"ya udah, udah malam nih, loe sekarang pulang ya.. gue anterin. titik." Rey segera bangkit bersiap mengambil kunci mobil nya tapi ditahan oleh Tiwi

"eng-enggak usah rey, gue gak mau ngerepotin lo mulu, gue juga bawa motor gue kok." cegah Tiwi.

"eh..loe gak boleh nolak wi.." tatapan nya tajam terhadap Tiwi seakan menyuruh nya mengikuti perkataan Rey. "lagian ya wi, ini tu udah malem gak baik buat bumil kayak loe dan gak baik juga kalo lo bawa motor apalagi motor lo itu bukan motor biasa buat cewek." tegas nya lagi.

"iya iya, eh tapi gue boleh minjem jaket loe gak? soalnya tadi gue nguntilin tuh si Lucky sama bebeb nya pacaran dan gue ganggu adegan hot mereka." Tiwi tertawa sambil melepas topi, kacamata yang diatas kepala, dan masker yang di dagu nya itu.

"pantesan aja penampilan loe kayak gitu, jadi lo ngintipin orang, udah kayak tim BINTIP aja lo tau gak?".

" apaan tuh BINTIP?" tanya Tiwi heran.

"BINTIP itu Badan Intelegen Intip Intip, hahahaha..". dia tertawa sambil berlari ke dalam rumah untuk ngambil jaket yang diminta oleh Tiwi itu.

"Eh..sembarangan ya loe kalo ngomong? mau gue tabok lo?" teriak nya sambil mengancungkan tangan nya yang udah di kepal dan ketawa melihat rey berlari masuk.