"Jadi benar apa yang dikatakan oleh sahabat saya Aldian tentang apa yang telah terjadi dengan kalian berdua hingga membuat Tiwi hamil sekarang?" tanya pak Kim (papi nya Tiwi). ia memasang wajah serius terhadap dua orang pemuda dihadapan nya itu, satu adalah putri nya dan satu lagi itu adalah calon mantunya. Tiwi dan Lucky sedang disidang oleh kedua orangtua nya Tiwi. mereka sekarang telah berada di rumah Tiwi yang ada di Bandung. mereka baru saja tiba disana tapi sesampainya disana mereka malah di sidang. Tiwi jadi takut untuk menjawab pertanyaan papinya itu, rasanya ini lebih menyeramkan dari pada sedang menjalani sidang perkara berat seperti kasus perusahaan pak Bahri kemarin.
sementara Lucky mencoba untuk tidak gugup dengan berusaha menetralkan ekspresi nya tapi itu sangat sulit baginya. Baru pertama kali ini Lucky merasa gugup untuk menjawab sebuah pertanyaan, biasa nya dia akan dengan tenang menjawab pertanyaan yang sesulit apapun itu. tapi kali ini ia merasa ada berbeda pada dirinya, dia berpikir mungkin ini gara gara dia telah mengetahui siapa Tiwi dan orang tua nya sebetulnya dan membuat Lucky segan terhadap mereka hingga sekarang dia merasa gugup.
"loh..kenapa kalian berdua diam saja??" pak Kim menatap mereka berdua secara bergantian.
Dengan segala keberanian nya Tiwi menjawab pertanyaan dari papinya itu "iya pi.. itu semua benar" jawabnya dengan nada sedih dan menunduk.
kemudian pak Kim menatap Lucky seakan akan meminta jawaban juga darinya. Lucky pun sadar dan menjawab "iya pak..semua itu benar, dan ini adalah salah saya.. saya berjanji pak dalam waktu dekat saya akan menikahi anak bapak supaya tidak terjadi kesalah pahaman yang berlebihan." ia menunduk tapi dalam hati ia bergumam 'kalau bukan karna papa saya, saya juga ogah secepatnya nikah sama anak mu pak.. lagian dia juga sudah hamil, mau bagaimana lagi nasi udah jadi bubur, terpaksa aku harus menikahi wanita aneh itu.' ia memasang wajah kesal seketika namun dia mengembalikan ekspresi biasa nya agar keluarga Tiwi tidak tau apa yang ada di pikirannya.
Bunda Tiwi ( Bu Sondang ) tiba tiba menangis dan berkata "bunda gak nyangka nak..kamu akan segera menikah, padahal baru kemarin kamu pertama kali ninggalin bunda, bunda sudah sangat merindukan mu.. tapi nanti kamu akan pergi dari sisi bunda.. bunda sangat sedih sayang.." bu Sondang menghampiri Tiwi dan memeluk nya erat erat membuat Tiwi gak bisa napas dan mencoba melepaskan pelukan bunda nya itu dengan halus agar dia tidak mati saat itu dan agar bunda nya tidak marah karena ia melepaskan pelukannya itu. "bunda, maafin Tiwi ya.. Tiwi gak nyangka kalau takdir Tiwi jadi begini kalau saja waktu bisa diputar pasti Tiwi gak akan mau pergi ke kalimantan dan kejadian itu gak akan terjadi dan bunda gak bakalan nangis kayak gini.." jelas Tiwi sambil meneteskan air mata dan menatap Lucky dengan tatapan penuh kebencian batinnya bergumam 'awas aja kamu lelaki berengsek, kamu akan aku beri perhitungan' ia menatap lelaki itu dengan penuh kebencian karena ia merasa bahwa semua hal ini terjadi karena salah lelaki itu dan dia harus menerima akibatnya.
Sementara Lucky yang sadar akan tatapan Tiwi itu mencoba memalingkan wajah berpura pura tidak melihat tapi batinnya kembali bergumam 'ini cewek memang aneh' Lucky menganggap Tiwi memang sebagai wanita yang aneh karena selain dandanan nya yang seperti pria itu sifat juga sama susah ditebak dan mungkin susah diatur, dia membayangkan bagaimana menyedihkannya nanti kehidupan nya setelah menikah dengan gadis aneh itu.
"Jadi kapan kalian akan menikah?" tanya pak Kim yang membuat Tiwi dan Lucky terkejut dan kembali gugup karena tidak tau harus jawab apa.
"ehh...kalau soal tanggal dan persiapan pernikahan nya om, mungkin papa dan keluarga saya akan datang kesini untuk membahas itu om" jawab Lucky dengan wajah dan gigi yang nyengir gak jelas gitu. karena dia berharap semoga tidak ada lagi pertanyaan yang membuat nya terkena serangan jantung.
"apa kalian berdua tidak pernah merencanakan ini sebelumnya? hingga kami yang harus turun tangan untuk masalah pernikahan kalian sendiri?" tanya pak bahri lagi yang langsung saja membuat wajah Lucky masam karena tidak tau harus jawab apa, dia melihat Tiwi seakan akan meminta bantuan nya untuk menjawab pertanyaan itu tapi Tiwi pura pura tidak melihat nya dan memalingkan wajah nya bahkan ia permisi masuk kekamar untuk beristirahat dengan alasan takut terjadi apa apa pada bayinya. padahal Lucky tau kalau Tiwi sengaja meninggalkan nya agar dia lah yang akan menjawab semua semua pertanyaan dari papinya. Tapi Lucky tiba tiba saja merasa senang karena
"sudahlah.. kita kembali bicara besok saja ya pi.. karena kan Lucky juga capek abis perjalanan jauh. sekalian kan besok keluarga Lucky datang jadi papi bisa sepuasnya menyakan nya besok saja ya pi.. sekarang kita istirahat dulu dan kita biarkan mereka istirahat juga." bu Sondang membujuk suami nya itu karena bu Sondang tahu kalau calon mantu nya itu akan kewalahan menjawab semua pertanyaan dari suami nya itu. kemudian "nak Lucky, sekarang kamu istirahat saja dulu.. kamu pasti capek kan? kamar kamu ada di sebelah kamar nya tiwi di lantai atas, kalau kamu ada perlu apa apa kamu panggil saja asisten yang bekerja di rumah ini, mereka ada kapanpun kok.. kalau kamu tidak ingin merepotkan mereka, kamu bisa minta bantuan Tiwi." pinta bu Sondang yang langsung saja membuat wajah Lucky kembali ceria karena dia terbebas dari segala pertanyaan yang mungkin akan di tanya oleh papinya Tiwi yang bisa saja membuat Lucky serangan jantung. (maklum aja, kan Lucky udah tua udah umur 35, jadi wajar lah akan terkena serangan jantung atau stroke tiba tiba kalau sering sering berhadapan dengan papinya Tiwi.hehehehe...).
"baik tante..makasih sebelum nya" Lucky tersenyum dan hendak naik kelantai atas tapi tiba tiba "eh..eh..jangan panggil tante dong..kamu panggil saya bunda ya, dan papinya Tiwi panggil papi juga.. itung itung kamu latihan jadi mantu dirumah ini" pinta bu Sondang pada Lucky sambil tersenyum.
"eh..hehehe.. iya bun, saya permisi istirahat dulu ya bun, pi.." sambil menundukkan kepala nya.
Lucky masuk ke kamar yang telah ditunjuk oleh bu Sondang tadi. dia merasakan lelah pada badannya karena setelah perjalanan jauh dari kalimantan ke bandung, ia harus menghadapi calon mertua yang sama seperti guru yang sedang ngadain quiz dadakan 'banyak pertanyaan' dan hal itu membuat kepala nya terasa pusing sehingga dia ingin sekali mengistirahatkan badan dan pikirannya. Lucky memejamkan matanya sejenak dan belum lama ia istirahat tiba tiba saja ada suara yg menggedor gedor pintu nya dan mengganggu istirahat nya. ingin sekali rasanya ia menendang orang yang mengganggu tidur nya itu, tapi mengingat ia sedang tidak dirumahnya, dia mengurungkan niatnya.
"mister sok cool...mister...bukain dong" teriak Tiwi yang ternyata sedari tadi menggedor pintu kamar Lucky.
"ternyata kamu wanita aneh.." bentak Lucky sambil membuka pintu itu. ia melihat Tiwi dengan piyama warna biru nya sedang berdiri dihadapan nya sambil melipat kan tangan didadanya. entah kenapa wanita itu suka sekali dengan warna biru pikir Lucky.
"ngapain kamu gangguin saya malam malam gini, kamu tau? saya ini sangat ngantuk dan butuh istirahat setelah pusing dengan pertanyaan papi kamu itu." gerutu Lucky pada Tiwi.
Tiwi tertawa "hahaha..jadi elo habis di interogasi oleh papi gue? mampusin lu makanya jangan bejat.." teriak nya "eh mister sok cool, beliin aku batagor dong.. kayak nya aku ngidam deh karena biasanya aku gak pernah mau makan batagor malam malam gini..beliin ya.." rengek Tiwi tiba tiba dengan wajah memelas.
Lucky semakin yakin kalau wanita ini memang aneh karena tadi dia itu sangat menunjukkan wajah bencinya pada Lucky, terus kemudian dia bertindak seperti anak kecil yang minta dibeliin mainan baru. 'memang dasar wanita aneh' gumamnya dalam hati. "eh...tunggu tunggu..kamu panggil apa tadi sama saya?" tanya Lucky seakan dia tidak suka dengan panggilan Tiwi tadi.
"gue panggil mister sok cool.. emang nya ada yg salah??" tanya Tiwi balik
"jelas salah lah.. nama saya itu Lucky Andrea bukan mister. memang saya akui saya ini cowok cool, keren tapi saya tidak suka kalau dipanggil mister apalagi ada sok nya" jelas Lucky sambil menyisir rambutnya kebelakang menandakan tingkat kepedeannya yang tinggi.
"ya terserah gue dong mau panggil lo dengan sebutan apaan mau mister sok cool kek, atau biar lebih singkat MSC kek, mau gue panggil kacung juga ya terserah gue..mulut mulut gue kok bukan mulut situ kale...(Tiwi memutar bola matanya dan menunjukkan ekspresi mengejek nya pada Lucky) sekarang cepat mister beliin gue batagor.. gue gak mau tau pokok nya sekarang beliin titik. gak pake lama. emangnya elu mau anak lu ileran?" perintah Tiwi dengan nada keras.
"kalau saya gak mau memang nya gimana?" tanya Lucky dengan nada menantang dan melototkan matanya.
"kalau mister gk mau, siap siap aja besok tangan lo satu gk bakalan utuh. itu masih peringatan dini." jawab Tiwi sambil menarik lengan baju nya dan memutar mutar lehernya yang berarti dia bersiap siap untuk menyerang Lucky.
Lucky berubah takut melihat ekspresi seram dari Tiwi "iya..iya..saya beliin tapi saya harus cari dimana malam malam gini? lagian saya kan belum tau seluk beluk kota ini." ia memasang wajah nya yang kesal tapi mengemaskan bagi Tiwi hampir saja ia tertawa melihat ekspresi Lucky itu tapi ia menahan.
"mister kan punya otak, jadi pakai benda yang udah Tuhan kasih buat ngebantu mister.. oke!! pokoknya batagor nya harus sampai ketangan ku dalam waktu 20 menit kalau tidak...ingat kan dengan peringatan dini nya.. gue gak main main loh," seru Tiwi dengan nada mengancam kemudian ia kembali ke kamar nya sambil dia tertawa puas karena merasa telah berhasil membuat lelaki sok cool itu ketakutan.
Lucky pun bingung harus cari batagor itu kemana mana. ia mencoba memesan melalui online tapi pesanannya lagi kosong. dan akhirnya atas bantuan dari otak nya yang sudah berpikir keras, ia pun meminta bantuan kepada salah satu asisten rumah tangga yang ada disana untuk membantu nya mencari batagor itu. Alhasil mereka pun berhasil menemukannya dan Lucky langsung meyerahkan nya pada Tiwi tapi Tiwi malah menyuruh Lucky untuk memakan nya dengan alasan dia sudah ngantuk dan tidak selera lagi untuk makan. Lucky merasa kalau ia telah dikerjai oleh wanita aneh itu dan dia pun memberi batagor itu pada asisten yang tadi udah ngebantu nya karena dia merasa mubazir kalau harus dibuang nyatanya Lucky tidak pernah suka dengan makanan pinggir jalan karena menurutnya itu tidak higenis.
Lucky pun berpikir dan dia merencanakan kalau dia akan membalas perbuatan Tiwi itu pada nya karena dia tahu kalau dia telah dikerjai oleh perempuan aneh itu.