Pagi pagi sekali Tiwi harus bangkit dari tidur nya karena dia harus berjumpa dengan calon mertua nya yang perempuan. Benak Tiwi hanya dipenuhi dengan rasa penasaran yang sangat mendalam, entah bagaimana nanti ekspresi camer nya itu ketika berjumpa dengan nya. Karena selama mengurus masalah perusahaan pak Bahri, ia tidak pernah berjumpa dengan istri dari pemilik perusahaan itu.
Juga setelah mampir ke rumah Lucky, ia harus berangkat kembali ke kampung halaman nya. Ia lebih memilih langsung ke Bandung menemui orang tua nya dari pada ke jakarta.
Tok.. tok..tok...
terdengar suara ketukan didepan pintu kamar Tiwi itu. Ia sudah bersiap siap lalu membuka pintu kamar itu.
"kamu udah siap?? mama dan papa aku sudah menunggu dirumah." tanya Lucky yang tengah berdiri di depan pintu kamar nya itu. ia mengenakan kemeja lengan panjang berwarna biru yang lengan nya di gulung sampai siku nya.
"aku udah siap kok.. ayo kita berangkat" jawab Tiwi dengan senyum manis nya sambil memegang tas nya dengan mengenakan baju warna biru muda. seakan akan mereka sudah janjian untuk mengenakan warna baju yang sama, tapi itu karena kebetulan saja jadi mereka tidak terlalu mempermasalahkannya.
diperjalanan menuju rumah Lucky, tidak ada satupun diantara mereka yang membuka pembicaraan. hanya suara musik dari mobil mewah milik Lucky itu lah yang terdengar. pandangan Lucky hanya fokus terhadap jalanan sedangkan Tiwi sedang asyik memainkan ponsel nya sesekali melihat pemandangan di sekitar jalanan.
Hingga akhirnya Lucky memulai pembicaraan untuk memecahkan keheningan itu. "kapan kamu balik ke jakarta?". tanyanya sambil fokus menyetir dengan pandangan lurus kedepan.
Langsung saja Tiwi menghentikan aktifitas nya yang sibuk dengan ponsel nya "nanti setelah berkunjung dari rumahmu, aku akan balik. Tapi aku balik ke Bandung langsung tidak perlu mampir ke Jakarta" karena memang kedua orang tua Tiwi tinggal nya di Bandung dan kantor nya juga kan di sana. hanya saja kedua orang tua Tiwi sering pergi ke Jakarta dan menginap lama disana mengingat perusahaan televisi swasta papinya itu berpusat di Jakarta.
"owh...ehmmm tapi satu hal yang harus kamu tau dari mama aku." perkataan Lucky itu langsung saja membuat Tiwi deg degan dan penasaran apa hal yang sedang dibicarakan nya itu.
"memang nya hal apa itu?" tanya Tiwi padanya.
Lucky menghembus nafas sebentar "mama aku mungkin kurang menerima kehadiran mu di keluarga kami.. karena sejak lama mama hanya menginginkan aku untuk menikah dengan Olivia, hanya saja aku dari dulu selalu menunda nunda hal itu." jawabnya dengan wajah datar.
"memangnya siapa itu Olivia?" tanya Tiwi karena sedikit penasaran siapa wanita yang sangat didamba oleh mama nya Lucky itu.
"dia itu pacar aku, kami itu berhubungan udah lama makanya mama aku sangat dekat dengannya. jadi kalau nanti mamaku agak bersikap sinis padamu, kamu gak usah masukin ke hati". jelas Lucky padanya. Tiwi hanya bisa diam sambil memikirkan mertua seperti apa itu ibu jen (istri pak bahri).
Ting..nong...
Lucky memencet bel yang ada di depan rumahnya, kemudian ada seorang lelaki yang seumuran dengan Tiwi yang membuka pintu itu "kakak udah datang?.. bentar aku panggilin mama" lalu ia masuk kedalam diikuti oleh Lucky dan aku. ternyata pria itu adiknya Lucky, dia nama nya Josua Hans Andrea dia seumuran dengan Tiwi, dia bekerja di perusahaan pak bahri juga. umur nya dengan kakak nya yang sangat beda jauh itu bahkan sampai 10 tahun itu tak membuat hubungan mereka berdua tidak kompak. bahkan mereka sangat dekat dan sangat mengenal satu sama lain. Tiwi memasuki rumah itu, dia melihat sekelilingnya tapi tak ada yang menarik di pandangannya karena nyatanya rumah nya lebih besar dan lebih megah dari ini, hanya saja dia berpenampilan tidak sesuai dengan keadaan nya yg merupakan pewaris tunggal dari KIM media.
Mereka disambut hangat oleh ayah nya Lucky tetapi tidak dengan istrinya. dia memasang wajah dan pandangan sinis terhadap Tiwi, melihat penampilan nya yang sederhana itu membuat bu Jen menganggap nya remeh.
"selamat datang nak Tiwi.." sambut pak bahri dengan wajah nya dipenuhi senyuman. dia mengajak mereka duduk di ruang tamu sembari menyuruh asisten rumah tangga nya untuk menyiapkan minuman. Tapi Tiwi menolak nya "tidak usah pak, karena seperti nya saya gak bisa berlama lama soalnya 3 jam lagi adalah jadwal kepulangan saya ke Bandung." pinta nya dengan sopan dan tersenyum.
"baguslah kalau begitu." seru bu Jen dengan wajah nya yg begitu angkuh.
Tiwi bergumam dalam hatinya 'ternyata benar ucapan Lucky, ini ibu ibu susah buat dijinakin' sambil mencoba menahan emosi nya dan memasang wajah tersenyum.
"ya sudah langsung to the point aja," kata bu Jen dengan nada yang sedikit angkuh dan merasa sudah bosan dengan kehadiran Tiwi di hadapan nya. "sekarang, perkenalkan nama kamu, pekerjaan kamu, perusahaan ayah kamu, dan tolong katakan dengan jujur bahwa anak itu sebenarnya bukan anaknya Lucky kan, karena setau saya anak saya ini tidak akan mungkin melakukan hal itu dengan wanita seperti kamu," tanya bu Jen dengan nada agak keras dan sombong yang membuat Tiwi terkejut akan pertanyaan itu, dia merasakan sakit dalam hatinya karena dia telah dianggap wanita murahan oleh ibu ibu yang ada dihadapannya ini. ia mencoba menahan emosi nya, kalau saja ini ibu bukan orang tua, pasti ia akan menghempas kan wanita itu dengan satu lengan nya.
"ma...tolong jangan bicara seperti itu pada nak Tiwi, bagaimana pun juga dia ini calon mantu mama kan.. dan dia juga lagi mengandung cucu kita ma.. tolong jangan membuat hal ini jadi menyedihkan nak Tiwi dong." pak Bahri menatap istri nya itu dengan rasa sedikit marah karena sikapnya itu, tapi ia berusaha lembut untuk menghadapi istri nya itu kemudian ia menatap anak nya Lucky yang seperti nya tidak perduli dengan apa yang sedang terjadi. dia melihat anaknya itu diam dan cuek, dia hanya fokus pada ponsel didepannya. pak Bahri pun menatap Tiwi yang sedang menunduk menahan rasa sakit dan emosi nya. dia merasa bersalah kepada calon mantu nya itu.
"loh..kenapa kamu diam? ayo jawab dong.. apa jangan jangan benar itu bukan anaknya Lucky, tapi itu anak lelaki lain yang sering kau rayu terus kau menjebak anak saya supaya mau menikah dengan mu dan kamu memoroti harta kami?? iya kan!!!". bu Jen bicara seakan akan semua omongan nya itu benar.
Tiwi mencoba menahan emosi nya dan mencoba bersikap dewasa atas semua tuduhan yang diberikan calon mertua nya itu padanya " ehemmhemm..." ia berdehem sejenak sebelum menjawab semua tuduhan gak jelas itu padanya "sebelumnya saya memperkenalkan diri saya dulu. nama saya adalah Pratiwi Kimberley, saya adalah pengacara yang telah menolong perusahaan suami ibu dari masalah perkara nya." dia mencoba diam sejenak mengingat pertanyaan yang merendahkan dia tadi kemudian "saya adalah putri satu satunya dari Pasangan Kim Joong Kook dan Rotiur Pratiwi Sondang, yang merupakan CEO dari KIM Media. saya rasa tidak perlu saya menjelaskan apa apa saja yang tergolong dalam perusahaan orang tua saya. dan pertanyaan ibu tadi mengenai ayah dari anak ini (sambil menunjuk perutnya dan kemudian melihat Lucky sekilas) saya rasa lebih baik ibu menanyakan hal itu pada anak ibu sendiri, kenapa semua hal ini bisa terjadi. kalau saya mau saya sudah bisa menuntut anak ibu dan memenjarakannya atas perlakuan bejat nya pada saya sehingga saya harus mengandung anak nya." jawab Tiwi dengan tegas tapi batin nya berkata 'masih untung gue gak bilang kalau sebenarnya anaknya itu memperkosa saya, iya..apalagi nama nya kalo bukan memperkosa? kan dia sendiri yang masuk ke kamar ku tanpa izin dan melakukan hal bejat tanpa ku ketahui..entah setan apa yang membuat dia masuk ke kamar ku waktu itu'. gumam nya dengan wajah kesal. kesal karena semua hal yang menimpa padanya dan juga kesal terhadap ibu ibu dihadapannya ini yang selalu memojokkannya.
Seketika semua diam sejenak, memikirkan kata kata Tiwi barusan yang mengatakan kalau dia itu pewaris tunggal dari KIM Media. mereka yang ada disitu heran dan tidak menyangka bahwa perempuan itu bukan orang biasa. ya, tentu.. siapa yang tidak tau dan tidak mengenal KIM Media, salah satu stasiun televisi swasta ternama di negeri ini, bukan cuma itu KIM Media juga memiliki perusahaan properti ternama yang memiliki agensi dimana mana bahkan sampai keluar negeri dan satu hal lagi, KIM Media juga mempunyai yayasan sosial yang sangat terkenal yayasan itu bergerak dalam bidang pelayanan kesehatan dan juga pendidikan. selama ini mereka hanya mengira bahwa Tiwi itu hanya pengacara biasa yang terkenal karena kepintarannya tapi dia juga ternyata pewaris tunggal KIM Media.. sungguh menakjubkan bukan menjadi seorang Tiwi.
"ehemm" Tiwi berdehem membuat orang disekitar nya itu sadar dari lamunan dan wajah heran serta kagum mereka. "saya rasa, saya harus kembali sekarang karena sebentar lagi jadwal penerbangan saya ke Bandung, jadi saya permisi dulu" dia bangkit dari tempat duduk nya dan memberi salam pada kedua camer nya itu "mari pak..mari bu.." dia tersenyum dan menunduk menandakan dia hormat pada orang tua tapi dia sedikit tertawa melihat keluarga itu yang belum juga berhenti dari keheranan nya dan dia merasa puas karena jawaban nya itu membuat bu Jen tidak bisa berkata apa apa lagi meskipun sebenarnya dia tidak ingin menganggarkan perusahaan ayahnya itu, tapi apa boleh buat dia harus jujur supaya mereka tidak semena mena pada tiwi. kemudian Tiwi berjalan menuju pintu keluar meninggalkan tiga orang yang masih terdiam terheran heran itu.
"Tunggu dulu.." tiba tiba saja pak bahri memanggil Tiwi. kemudian Tiwi membalikkan badan "iya, ada apa ya pak?" tanya dengan nada sopan
"Lucky harus ikut dengan mu." perkataan itu langsung saja mengejutkan Lucky dan Tiwi. entah masalah apa lagi yg akan muncul kalau Lucky ikut dengan Tiwi.
"Tapi kenapa Lucky harus ikut pa..kan dia bisa pergi sendiri lagian kan ada asisten nya yang selalu ngejaga dia."
tanya Lucky karena dia merasa tidak senang atas perintah ayah nya itu.
"Lucky.. sebentar lagi kalian kan mau nikah, jadi gk ada salah nya kamu ikut dengan Tiwi sekalian berkenalan dengan orang tua nya, dan juga ingat nak Tiwi sekarang sedang mengandung anak kamu.papa ngak mau terjadi apa apa sama cucu papa kamu mengerti?" tanya pak bahri yang membuat Lucky lemas karena tidak bisa menolak permintaan papa nya itu.