Beberapa sidang telah dilakukan untuk perkara perusahaan pak bahry. Hingga keputusan hakim keluar, tapi putusan hakim itu mengecewakan pihak pak bahry. kejadian itu membuat tiwi cukup stress. Tapi, pak Aldian memberi saran bahwa mereka harus melakukan banding ke Pengadilan tingkat Provinsi.
Tiga minggu sudah tiwi ada di kalimantan. tetapi dia belum pernah memberitahukan kejadian yang menimpa nya kepada bunda atau papi nya. hanya sopyan asisten nya lah yang mengetahui kejadian itu. Tetapi Tiwi meminta agar sopyan tidak pernah memberitahu kejadian itu kepada siapapun karena takut itu akan membuat orang orang disekitar Tiwi menjauhinya, dan sopyan pun mengerti akan permintaan bos nya itu.
Disisi lain, ayah Lucky Pak Bahry, selalu meminta agar anaknya ituselalu memerhatikan Tiwi karena bagaimanapun juga ia akan menjadi menantu dari pak Bahry. Meskipun Lucky tidak senang dengan hal itu.
Malam sebelum sidang di Pengadilan Negeri tingkat Provinsi, atas permintaan Pak Bahry, Lucky pergi menemui Tiwi ke hotel.
"malam wi.." teriak Lucky sambil membuka pintu kamar Tiwi. dan kebetulan tiwi ada didalam.
"iya..ada apa bapak datang malam malam gini?". sahutnya
meskipun mereka ini calon suami istri, tapi mereka masih dingin kalo sedang jumpa bahkan seperti biasa, mereka berbicara layaknya klien dengan pengacaranya.
"ini..ada kiriman makanan dari papa buat kamu katanya biar besok kamu gak kecapean pas lagi sidang." Lucky meletakkan makanan itu diatas meja disamping kasurnya tiwi.
"owh.. kalo gitu sampaikan ucapan terima kasih saya kepada pak Bahry."
"baiklah nanti saya sampaikan. kalo gitu saya balik dulu.." sahut lucky dan langsung membalikkan badannya menuju pintu keluar tapi tiba tiba
"uwek....uwek...uwek" tiwi muntah muntah dan langsung menuju kamar mandi.
tok..tok..tok.. Lucky mengetuk pintu kamar mandi karena khawatir apa yang sedang terjadi sama tiwi
"wi..kamu gak apa apa?" tanya Lucky sembari mengetuk pintu. Tetapi yang terdengar hanya suara keran air dan suara muntah muntah dari tiwi.
Tak lama kemudian tiwi keluar dengan wajah pucat sambil memegang kepala nya yang terasa pusing. "aku gak apa apa kok pak, bapak boleh pulang sekarang.." pinta tiwi
"tapi muka kamu pucat wi, kita kerumah sakit ya..bentar aku telfon asisten kamu dulu." setelah meneleponnya, mereka bertiga pergi kerumah sakit dan sesampainya disana, betapa mengejutkannya mereka bertiga setelah mengetahui bahwa tiwi sedang mengandung. dan anak yg dikandungnya itu adalah anak lucky. umur kandungannya sudah tiga minggu. tidak ada wajah kebahagiaan yang nampak dari Lucky maupun Tiwi sendiri. mereka hanya murung dan menunduk dengan ekspresi wajah sedih.
batin Tiwi berkata 'ya Tuhan,,apa yg harus aku lakukan..sekarang aku udah hamil, gak mungkin lagi aku bisa nutupi semua aib ini? aku masih takut...aku takut kalo bunda sama papi gak mau nerima aku sebagai anaknya lagi.. ini semua gara gara laki laki bejat ini (mata tiwi menuju lucky) kalo bukan karena dia sembarangan masuk ke kamar aku, aku gak bakalan mungkin dapat nasib sial kayak gini...'
sementara batin lucky juga bicara 'apa??dia hamil? aduh...bagaimana ini? berarti pernikahan itu beneran bakal terjadi dong, duh..bodoh banget sih aku. kenapa coba kemarin aku bisa ngelakuin hal yg begituan sama dia, (sambil menggaruk kepalanya) lagian kan aku gk cinta sama dia, mending aku dinikahin sama oliv daripada sama ini cewek, setidaknya oliv itu cantik, body nya bagus, pintar, kalo ini cewek? dih.. cantik sih cantik.. tapi gak menarik, bagaimana bisa aku jatuh cinta sama dia.'
mereka berdua hanya bisa bicara dalam hati saja, karena kalo ngomong langsung, pasti akan sangat bahaya.
Sidang di pengadilan tingkat provinsi pun telah selesai dilaksanakan. setelah mengumpulkan beberapa bukti dan dengan mengerahkan seluruh kemampuannya, Tiwi akhirnya memenangkan perkara ini meskipun harus melakukan naik banding. Hasilnya membuat pak Bahry bangga akan kerja keras dari Tiwi. dan perusahaan ayah nya Lucky itupun tetap berdiri dan tidak jadi untuk ditutup.
"saya mengucapkan banyak terima kasih pada nak Tiwi, karena berkat kerja keras nak Tiwi akhirnya perusahaan yang saya dirikan sudah lama ini masih dapat dipertahankan. dan berkat nak Tiwi juga ribuan karyawan di perusahaan ini masih dapat bekerja." pak bahry berbicara di ruangannya pada Tiwi, disana juga ada pak Aldian, Lucky dan juga Sopyan asisten Tiwi. "tak lupa juga saya mengucapkan terima kasih pada pak Aldian kepercayaan dari perusahaan saya karena telah membantu proses persidangan itu supaya kita dapat memenangkan perkara ini." sambungnya
" sama sama pak, sudah menjadi tugas saya untuk membantu setiap klien yang sedang mengalami masalah terutama masalah besar seperti ini." balas Tiwi dengan senyuman nya kepada pak Bahry.
"ehm...kalau begitu, sekarang kita sudah bisa membicarakan masalah pernikahan nak Tiwi dan Lucky. karena kita tidak mungkin memperlama waktu lagi. juga nanti saya takut terjadi masalah terhadap kandungan Tiwi. jangan sampai kalian menikah dengan keadaan perut Tiwi yang membesar." jelas pak Bahry kepada mereka yang ada disitu. beliau sangat antusias dalam membahas mengenai pernikahan anaknya meskipun Tiwi dan Lucky sendiri tidak terlalu fokus menanggapinya.
"maaf pak, kalau untuk urusan orang tua dari keponakan saya Tiwi, saya sudah memberitahukan hal ini, dan mereka pun bisa menerima nya, tetapi mereka meminta supaya pernikahannya dilaksanakan di jakarta saja supaya para keluarga tidak terlalu repot datang ke kalimantan." kata pak Aldian.
Tiba tiba saja Tiwi terkejut mendengar pernyataan paman nya itu yg mengatakan bahwa kedua orang tua nya dapat menerima hal itu. batinnya berkata 'jadi bunda sama papi udah bisa terima keadaan ku ini? ya Tuhan.. aku gk bisa ngebayangin bagaimana ekspresi mereka saat itu, saat tau semua ini.. aku merasa bersalah sekali, aku udah ngecewain bunda sama papi..'
"kapan paman berkomunikasi sama bunda dan papi paman?" tanya Tiwi pada pamannya.
"kemarin wi.. lagian kenapa kamu tidak pernah memberitahukan hal ini pada orangtua mu sendiri? bahkan untuk memberitahu kondisi mu saja kamu tidak pernah, mereka sangat khawatir sama kamu wi,.. kalau bukan karena paman kasitau kondisi kamu, mungkin mereka sekarang sudah menyusul mu datang kemari" pak Aldian menjelaskan nya pada tiwi dengan wajah yang khawatir.
"Tiwi takut paman (menundukkan kepalanya), tiwi takut kalo bunda sama papi gak mau nerima tiwi sebagai anaknya lagi.." wajah tiwi berubah jadi sedih.
pak Bahry pun mencoba menenangkannya "sudah..sudah.. jangan bahas masalah ini dulu, saya takut terjadi apa apa pada calon cucu saya, sekarang nak Tiwi istirahat lah dulu, besok saya akan menyuruh Lucky untuk menjemput kamu supaya kamu dapat bertemu dengan calon mertua kamu (ibu nya Lucky) sebelum kembali ke Jakarta". kemudian ia menatap Lucky "sekarang kamu antarkan calon istri mu ke hotel, supaya dia bisa istirahat".
Lucky pun mengajak Tiwi pergi meski dengan terpaksa.
Meskipun Tiwi sedang mengandung anak nya Lucky, tapi tidak pernah ada perhatian sama sekali yang dilakukan oleh nya terhadap Tiwi dan juga anak yang dikandungnya itu. Bahkan dia selalu dingin terhadap Tiwi, dia sangat cuek padanya. Meskipun dalam batin Tiwi sendiri dia merasa sedih, dia merasa sangat kecewa, sebenarnya dia sangat ingin sekali perhatian dari Lucky, tapi karena melihat sikap Lucky yang sangat dingin padanya itu, membuat Tiwi sendiri tidak terlalu ingin berada di sisi Lucky. dia lebih memilih memperhatikan kandungan nya sendiri tanpa bantuan atau perhatian dari siapapun. karena dia sendiri tau kalo ayah dari anak yang dikandung nya itu sendiri tidak pernah menginginkan kehadiran anak itu. Karena semua ini terjadi unsur ketidak sengajaan. tidak ada satupun diantara mereka yang menginginkan kejadian itu terjadi.