Tiwi terbangun karena dia merasakan kedinginan. dan dia terkejut ketika melihat dirinya sudah tidak mengenakan pakaian lagi ditambah kehadiran lucky disamping nya. dia langsung berdiri dan mengenakan pakaian nya dengan cepat dengan ekspresi sedih dan takut, kemudian dia mengingat kembali apa telah menimpa dirinya semalam dan membuat dia menangis. dia terduduk dilantai sambil menundukkan kepala dan memegang kedua lutut nya.
Lucky terbangun ketika ia mendengar ada suara tangisan. dia terkejut melihat keadaan disekitar nya. lalu mengingat kembali kejadian semalam. dia merasa menyesal telah melakukan itu. dia kemudian menghampiri Tiwi yg sedang menangis dilantai. dia sangat bingung harus melakukan apa saat ini. lalu ia mencoba membujuk Tiwi ketika selesai mengenakan pakaian nya.
"maafkan aku atas kejadian semalam.." kata nya dengan nada lembut dan mencoba menenangkan nya.
"hiks...hiks..hiks..." tiwi hanya bisa menangis terisak isak.
"jujur...a..aku.. tidak tau knapa aku bisa seperti semalam, tapi kamu jangan khawatir, aku akan tanggung jawab kok.." lucky mencoba menenangkan nya.
"hiks.....knapa sih, penderitaan dalam hidup gue gak pernah selesai...hiks...apa sih dosa besar gue, sampe gue harus ngalami semua ini??". isak tiwi membuat lucky semakin merasa bersalah.
" kok bisa bisa nya sih...lo ngelakuin hal bejat itu sama gue?? kenapa???(sambil berurai air mata) gue tuh kesini buat ngebantuin lo dan perusahaan bokap lo..bukan jadi cewek murahan kayak gini..." teriak tiwi sambil menatap Lucky dengan berurai air mata..
"wi...tolong kamu tenang dulu ya.." Lucky membujuknya.
"apa lo bilang?? tenang?? sekarang... lo keluar dari kamar ini..keluar....." bentak tiwi pada nya kemudian dengan rasa menyesal, Lucky pun keluar dari sana.
Tiwi langsung menuju kamar mandi dengan air mata yang tak henti hentinya. dia berbicara pada dirinya sendiri " apa yg harus aku lakukan ya Tuhan, kenapa begitu menyedihkan nya nasib ku ini? apa yg harus kukatakan sama bunda dan papi? aku gk sanggup harus menerima aib ini ya Tuhan" tiwi tak henti henti nya menangis.
Pak Aldian menanyakan keberadaan Tiwi pada Sopyan asisten tiwi.
"kamu melihat tiwi tidak? soalnya ada yang harus saya bahas dengannya."
"saya juga sedari tadi tidak melihat keberadaan mbak tiwi pak. dan saya sudah mencoba mengetuk pintu kamar nya tadi tidak ada jawaban sama sekali pak dan seperti nya kamar itu dikunci pak." jawab sopyan dengan sopan.
"ya sudah saya coba tanya pak Lucky dulu, siapa tau dia melihat tiwi. dan kamu coba cari disekitar hotel ini" perintah pak Aldian pada sopyan dan kemudian pergi menemui Lucky.
pak Aldian pergi ke kantor nya Lucky yg kebetulan berada di samping hotel penginapan mereka. tapi dia tak menemukannya disana kemudian dia pergi ke ruangan nya pak bahri. dan disana dia tak sengaja mendengar percakapan nya lucky dengan ayah nya itu. bahwa Lucky telah memberitahukan apa yg telah terjadi padanya dan tiwi tadi malam. dia meminta saran dari ayahnya, apa yg harus dilakukan nya.
tiba tiba saja pak Aldian berbicara "apa yg kamu bilang itu benar pak lucky?"
"ha... sejak kapan pak Aldian ada disini?" tanya Lucky terkejut sementara ayah nya sudah menunduk memikirkan apa yg harus dikatakan nya pada anak nya itu.
"saya sudah ada disini sejak tadi, dan saya sudah mendengar pembicaraan bapak berdua. pak... tolong yakinkan saya bahwa semua nya ini gk benar kan?" tanya Aldian dengan nada khawatir.
"tapi itu semua benar pak.." jawab lucky dengan menunduk kan kepala nya.
"ya ampun..bagaimana ini bisa terjadi pak??.. apa yg harus saya katakan pada ayah nya tiwi? pasti saya tidak akan dimaafkannya... dia sudah menitipkan tiwi pada saya..ya Tuhan" teriak nya sambil mondar mandir merasa bersalah dan sangat khawatir.
"jadi dimana dia skarang?".
" dia masih didalam kamar pak" jawab Lucky dengan ekspresi merasa bersalah.
kemudian pak bahri, pak Aldian dan Lucky pergi menuju kamar nya tiwi. juga ada sopyan dan istri pak Aldian di belakang.
tok..tok..tok.. Lucky mengetuk pintu nya
"wi...tolong buka wi, ini aku, papa, pak Aldian sama bu Aldian mau bicara wi.."
tok...tok...tok..." tolong buka pintu nya dong wi.." ketukan Lucky tak membuahkan hasil. semuanya menjadi cemas.
kemudian bibi tiwi ( istri Pak Aldian ) mengetuk tok...tok...tok.. " tiwi sayang..ini bibi marni nak, tolong bukain pintu nya sayang, bibi mau bicara.." suara lembut bi marni berhasil membuat tiwi membuka pintu kmar nya.
kemudian Lucky jengkel dalam hati nya ia berkata ' giliran bu marni ngetuk ini cewek mau ngebukain, lah pas giliran aku malah kayak tidak orang...tapi tenang aja Lucky papa kamu punya cara buat ngatasi masalah ini' batinnya tersenyum karena berpikir pasti papa nya dapat memberikannya jalan keluar.
Mereka semua duduk di kamar itu. semua hanya terdiam. beberapa saat kemudian..
"pak, maaf sebelum nya bukannya saya lancang, kenapa semua jadi diam seperti ini? apa tidak ada pertanggung jawaban atas apa yg dilakukan oleh pak Lucky terhadap mbak tiwi ini?" tanya sopyan tiba tiba ketika ia melihat semuanya terdiam. bahkan ia tidak tega melihat bos nya itu terlihat sangat terpukul itu.
"Lucky akan mempertanggung jawabkan semua perbuatannya ini terhadap nak Tiwi." jawab pak bahri " ia akan menikahi nak Tiwi. tapi pernikahan mereka akan dilangsungkan setelah seluruh sidang ini dapat diselesaikan." lanjutnya lagi.
" maksud bapak apa?? bapak mengancam saya dengan hal ini, supaya saya harus memenangkan perkara ini? dan kalau saya kalah dalam perkara ini pertanggung jawaban anak bapak dibatalkan??" tiwi tiba tiba marah dengan keputusan pak bahri itu "lebih baik anak bapak tidak usah menikah dengan saya daripada kebejatan anak bapak ini, bapak manfaatkan untuk mengancam saya supaya saya harus memenangkan kasus bapak ini!!" tiwi terlihat sangat emosi, wajah nya memerah lebih merah dari tomat.
"saya tidak bermaksud untuk mengancam nak tiwi, tapi bagaimana kita bisa mengadakan acara pernikahan sedangkan besok adalah sidang pertama kita?, dan juga nak tiwi perlu ketahui bahwa untuk melaksanakan pernikahan itu butuh waktu juga, kami juga harus memberitahu pada orang tua nak tiwi kan." jawab pak bahri untuk menenangkan Tiwi.
"tapi saya tidak butuh pertanggung jawaban dari pak Lucky." air mata nya mulai menetes ia berkata dalam hati 'bagaimana mungkin aku menikah dengan orang yg sama sekali tak pernah mencintai aku? dan kami bahkan tak kenal sama sekali? lebih baik aib ini aku tanggung sendiri' ia sedih dan meneteskan air mata " tidak apa apa kok pak, aib ini saya tanggung sendiri" lanjut nya sambil bercucuran air mata.
"tapi saya tetap akan menikahi kamu."
Lucky tiba tiba berbicara untuk meyakinkan tiwi meskipun dalam hati ia berkata 'kok aku bisa bilang gitu sih?'. muka nya berubah gugup, karena dia mengatakan itu secara tak sadar ketika ia sadar, ia ingin menarik kata katanya itu kembali tapi tak mungkin. padahal sebelumnya ia sudah senang dengan perkataan tiwi bahwa dia tidak menginginkan pertanggung jawaban dari dirinya. itu berarti dia tidak perlu menikahi tiwi. tetapi entah roh apa yg merasuki Lucky sehingga dia mau menikah dengan tiwi.