.
.
"Mati! Mati! Mati!"
Seruan itu terus menggema di kepalanya, dan hanya berhenti ketika ia terbangun dari tidurnya. Butiran keringat dingin menetes dari dahinya, tubuhnya sedikit gemetar, dengan sepasang mata yang terus bergerak gelisah. Untuk beberapa saat ia terdiam di posisi itu, terbaring di tempat tidurnya, sambil mengangkat tinggi-tinggi selimut yang dicengkramnya hingga kusut.
Tepat ketika gadis itu mencoba untuk menutup matanya kembali, suara seorang pelayan terdengar dari luar kamarnya. Mata hitam itu bergulir pada pintu yang diketuk beberapa kali. Ia mengenali suara itu, orang yang ada di balik pintu itu pastilah Malla, pelayan tua yang setiap hari selalu melayaninya. Meski ia mengenali orang itu, gadis itu sama sekali tidak terlihat senang. Wajahnya semakin buruk untuk dilihat, ada berbagai macam emosi yang terlihat di matanya. Itu adalah campuran dari rasa takut, tidak percaya, sedih, marah, dan sedikit perasaan kosong.
Tanpa sadar ia lebih mengeratkan cengkramannya pada selimut itu, dengan perlahan mengambil posisi duduk di tempat tidur, gadis itu meraih ponsel merah muda di atas nakas yang ada di samping tempat tidurnya. Gerakkannya terlihat mulus, seolah ia sudah terbiasa melakukan hal itu setiap kali ia terbangun di pagi hari.
Ponsel itu terlihat begetar, tidak, tangan gadis itulah yang begetar. Ia gugup, sangat gugup untuk mengkonfirmasi hal aneh yang terjadi padanya. Ketika layar ponsel menyala, gadis itu segera menjatuhkannya di tempat tidur, ia memandang penuh teror pada layar ponsel yang menunjukkan foto anak kucing yang menatap balik ke arahnya dengan sepasang mata bulat yang lucu. Tidak, ia bukan terkejut dengan gambar itu, melainkan deretan angka yang menunjukkan tanggal hari ini.
Waktu benar-benar mengulang. Aeera kembali ke saat dirinya masih berumur 16 tahun.
Tapi.. bagaimana mungkin? Bukankah dia sudah mati?
Meski terdengar tidak masuk akal, tapi Aeera menduga jika dirinya telah mengalami renkarnasi, itu seperti sebuah kelahiran kembali. Tapi untuk apa? Jika ia memang mengalami renkarnasi, kenapa Aeera harus mengulang kembali ke masa itu?
Aeera ingat, hari ini adalah hari ketiga setelah kematian orang tuanya. Dalam ingatan lamanya, setelah pemakaman orang tuanya dilakukan, ia jatuh sakit selama beberapa hari. Sebelum akhirnya dia di pindahkan ke rumah paman Josh, saudara dari pihak ayahnya. Karena usianya yang masih muda, paman Josh mengambil hak asuhnya, dan kemudian merawat Aeera di rumahnya hingga ia berusia 20 tahun, umur yang cukup untuk dirinya mandiri.
Kehidupan di rumah paman Josh sangat menyenangkan bagi Aeera yang masih polos, tapi untuk Aeera yang sudah tumbuh dewasa dan mengalami renkarnasi, kehidupan di tempat paman Josh tidak lebih baik dari tempat pembuangan sampah. Begitu busuk dan kotor. Orang-orang yang tinggal di dalamnya bahkan seperti sekumpulan lalat, yang berdengung dengan sangat menjengkelkan. Setiap hari berbicara tentang bagaimana baiknya mereka, mengingatkan Aeera untuk membayar kebaikan itu dimasa depan.
Jika saja Aeera tidak bertemu dengan sepupunya, Navya, yaitu putri dari paman Josh. Mungkin dia tidak akan pernah tahu semua kebusukan yang dilakukan paman Josh dan keluarganya. Di kehidupan sebelumnya, saat Aeera mengalami kemerosotan dengan hidupnya, Navya datang untuk menebar garam pada lukanya. Gadis itu secara tidak sengaja membongkar semua hal yang ayahnya, paman josh telah lakukan.
Di mulai dari penggelapan uang warisan dari kedua orang tua Aeera, pengalihan nama atas akta rumah yang juga ditinggalkan oleh orang tua Aeera, sampai beberapa rencana yang telah mereka buat untuk menyingkirkan Aeera dari muka bumi ini.
Setelah mengingat semua itu, Aeera tidak tahan untuk tidak tersenyum dingin. Semua kesedihan atas kematian kedua orang tuanya segera hilang, tergantikan dengan rasa benci yang mendalam pada Josh dan keluarganya.
Gadis itu senang jika ia memang mengalami renkarnasi, tapi ia juga menyesal karena tidak berada di waktu sebelum kematian kedua orang tuanya, jika bisa ia ingin mencegah kecelakaan itu terjadi.
Menghela napas, Aeera turun dari tempat tidurnya, ia berjalan untuk membuka pintu kamarnya yang masih di ketuk dengan tidak sabaran. Wajah wanita tua yang telah melayaninya terlihat cemas, dibelakangnya ada seorang pria yang bekerja sebagai tukang kebun. Sejak dulu, jumlah pelayan di rumah Aeera memang tidak banyak, dan setelah kematian orang tuanya, hanya kedua orang ini yang tersisa untuk melayaninya.
Disaat orang lain cemas dengan gaji mereka, hanya kedua orang ini yang tetap diam dan tinggal untuk bekerja disana. Mereka bahkan tidak berkomentar apapun saat gaji mereka dipotong setengahnya dari jumlah biasa.
"Nona,.. apakah Nona baik-baik saja? Wajah anda terlihat pucat, haruskah kita pergi ke rumah sakit?" kecemasan wanita itu semakin bertambah, ia bahkan mulai panik sendiri.
"Jika Nona ingin pergi, saya bisa mengantar Nona ke rumah sakit. Saya mungkin hanya tukang kebun, tapi saya tahu cara untuk menyetir mobil."
Aeera tersenyum lembut pada kedua orang itu, ia melambaikan tangannya dan berkata. "Tidak perlu, aku hanya kelelahan. Beberapa hari ini.. adalah hari yang berat. Aku hanya butuh istirahat."
"Kalau begitu, saya akan menyiapkan bubur dan hidangan lainnya untuk Nona. Setelah makan, Nona bisa kembali beristirahat."
"Itu bagus. Aku akan turun setelah mencuci muka."
Setelah pintu itu ditutup, tubuh Aeera merosot ke lantai. Ia lupa, pada hari ini dia harusnya mengalami demam tinggi. Saat pertama ia terbangun, gadis itu belum menyadari suhu tubuhnya yang tinggi, tapi sekarang ia benar-benar merasa tidak enak badan. Karena demamnya juga, Aeera pergi ke rumah sakit untuk mendapat perawatan, dan pamannya datang saat mendengar kabar itu.
Kali ini, ia tidak akan pergi ke rumah sakit. Aeera tidak ingin bertemu dengan pamannya. Gadis itu sudah bertekad untuk menjauhi paman dan kerabat lainnya pada kehidupan ini.
Karena itu, Aeera mencoba untuk bersikap seperti biasa di depan pelayan dan tukang kebunnya. Ia memakan sarapannya meski perutnya mual tidak karuan, setelah kembali ke kamarnya, Aeera memerintah mereka untuk tidak mengganggunya. Ia mengunci pintu, kemudian berlari ke kamar mandi dan memuntahkan semua sarapannya. Itu benar-benar tidak menyenangkan untuk tetap makan sambil menahan rasa mualnya. Setelah mengeluarkan isi perutnya, Aeera merasa lemas dan duduk di lantai kamar mandi untuk beberapa saat.
Gadis itu bisa merasakan jika demamnya semakin parah, kepalanya pusing bukan main, dan tiba-tiba saja semuanya terlihat menjadi gelap dalam seketika.
******
Ketika Aeera membuka matanya kembali, ia melihat sosok asing yang tengah duduk disamping tempat tidurnya. Itu adalah seorang wanita yang cantik, tapi Aeera tidak ingat dimana dia pernah bertemu sosok itu sebelumnya, sepertinya sedikit tidak asing?
Menyadari jika Aeera terjaga, wanita itu segera meliris senyuman lega, ia mengulurkan tangannya dan memeriksa demam gadis itu. Demamnya masih tinggi, jadi wanita itu kembali memasukkan kain ke dalam air, memerasnya sedikit, sebelum akhirnya meletakkan kain basah itu di kening Aeera.
"Apa kau lapar? Aku akan pergi untuk menghangatkan bubur, setelah makan kau bisa meminum obat untuk menurunkan demam mu. Jika itu tidak bekerja, kita akan pergi ke rumah sakit."
Wanita itu memiliki suara yang lembut, mengingatkannya pada sosok almarhum ibunya.
"Siapa?" tenggorokkannya sangat kering, Aeera bahkan kesakitan saat berbicara.
"Ah, apa kau tidak ingat pada bibi?" wanita itu terkejut untuk beberapa saat. "Itu benar, usia mu masih muda saat itu. Tidak heran jika kau tidak mengenali ku."
"Namaku Gwen, aku teman baik ibumu. Dulu, saat kau masih berusia 5 tahun, orang tuamu pernah mengajakmu pergi ke vila di tepi pantai. Apa kau tidak ingat jika kita pernah bertemu disana sebelumnya?"
Aeera menggali ingatan lamanya, ia memang bisa samar-samar mengingat kenangan di vila itu, juga beberapa orang yang dikenalkan orang tuanya. Tapi Aeera tidak bisa mengingat wajah orang-orang itu dengan jelas. Terlebih lagi, kenapa di kehidupan ini, Gwen tiba-tiba datang menemuinya? Ia tidak ingat pernah mendengar nama itu muncul di kehidupan sebelumnya.
"Jika kau tidak bisa mengingatnya, itu tidak masalah. Untuk saat ini, bibi akan tinggal dan merawat mu hingga kau merasa lebih baik."
Aeera tidak menolak, ia berpikir, jika ada seseorang yang merawatnya di rumah. Dia tidak perlu pergi ke rumah sakit dan bertemu dengan pamannya. Jadi saat itu, Aeera membiarkan Gwen tinggal disana untuk menginap.
Wanita itu benar-benar merawatnya, dia menyuapi Aeera makanan, yang membuatnya merasa sedikit malu. Juga tinggal disisi Aeera sampai gadis itu tertidur.
Keesokan paginya, demamnya turun dan Gwen masih disana. Dia ada di dapur untuk membuat bubur ayam saat Aeera turun ke lantai bawah.
"Apa kau merasa lebih baik?" wanita itu melihat kedatangan Aeera dan menyapanya.
"Ya. Terima kasih karena sudah merawatku, dan maaf jika aku merepotkan bibi Gwen."
"Tidak masalah. Aku sama sekali tidak merasa direpotkan.." ia tampaknya ingin mengatakan sesuatu, tapi Gwen hanya tersenyum sebelum akhirnya menyuruh Aeera untuk menunggu di meja makan. "Duduklah, sebentar lagi buburnya matang. Kita bisa sarapan bersama dan berbicang lebih banyak nanti."
"Baik."
Aeera menyukai sarapan di pagi itu, meski menu makannya sangat sederhana, dia memiliki seseorang yang menemaninya makan disana. Dalam beberapa tahun di kehidupan sebelumnya, Aeera sudah terbiasa hidup sendiri, dan setelah hidup kembali pun, Aeera sudah kehilangan kedua orang tuanya. Dia berpikir, bahwa meja makan itu akan sepi seperti tahun-tahun sebelumnya. Karena itu, kedatangan Gwen yang tiba-tiba, membuat Aeera merasa sedikit bahagia.
Setelah sarapan, keduanya mengobrol banyak di ruang tamu. Aeera mendengarkan beberapa cerita tentang orang tuanya, dan lebih yakin jika Gwen adalah teman baik ibunya. Keramahan wanita itu benar-benar tulus, tidak seperti pamannya, Josh.
Dalam beberapa waktu itu, Aeera merasa sangat nyaman saat bersama dengan Gwen. Sayangnya, wanita itu tidak tinggal untuk makan siang.
Aeera mengantarnya sampai di pintu gerbang rumahnya, dia melihat sebuah mobil audi berwarna hitam yang sudah terparkir di depan rumahnya. Gwen sudah bilang jika dia akan di jemput oleh putra sulungnya, tapi Aeera tidak menduga jika ia akan melihat sosok yang dikenalinya.
Saat pria itu turun dari mobilnya, aura menindas dan sombong terlihat disekeliling tubuhnya. Wajahnya kaku, tanpa senyum maupun kerutan. Dan ketika pandangan mereka bertemu, Aeera tidak bisa untuk tidak ketakutan saat melihatnya.
Pria ini.. tidak salah lagi, dia adalah...
... pria aneh yang terus membuntutinya di kehidupan sebelumnya!
.
.
.
Tbc