.
.
Perjalanan menuju kantin hari itu sungguh sangat tidak terduga, ada saja halangan yang membuat Aeera terhambat di tengah jalan. Dia tidak pernah berpikir bahwa untuk pergi ke kantin dibutuhkan sebuah perjuangan, Aeera harus menghadapi beberapa orang yang datang padanya dengan membawa masalah. Dia tidak tahu dari mana gadis-gadis itu muncul, tapi Aeera mulai curiga jika mereka melakukan semua hal itu dengan sengaja.
'Tunggu, apa mereka benar-benar sengaja melakukan semua itu? Tapi untuk apa? Apakah ini ada hubungannya dengan pertemuan ku dengan kakak kelas itu?' selama memunguti kumpulan kertas di lantai, Aeera mulai bertanya-tanya pada dirinya sendiri.
Dia bahkan tidak menyadari kehadiran Naresh disana, pemuda itu berjongkok di depan Aeera yang sedang berlutut, tangannya memegang selembar kertas yang kemudian di berikan pada gadis itu. "Butuh bantuan?" tanyanya.
"Naresh! Kau, darimana saja kau?! Kenapa kau tidak hadir di kelas pagi ini?"
"Aaaw~ apa gadis kecil ini merindukan sang pangeran? Sungguh menggemaskan~" dia mencubit kedua pipi Aeera tanpa peringatan, dan mendapatkan hadiah jitakan dari gadis itu.
"Ouch. Itu sangat menyakitkan!"
"Hump!" karena kesal, Aeera melupakan tujuannya untuk pergi ke kantin. Gadis itu kini berjalan pergi menuju kelasnya.
Namun, langkahnya terhenti oleh Naresh yang tiba-tiba menarik tangannya. "Hei, bisa kau ikut dengan ku sebentar? Ada yang ingin ku tunjukkan padamu.."
"Huh? Apa yang--" Aeera bahkan belum menjawab pertanyaan itu ketika dia di tarik pergi oleh Naresh.
Pemuda itu menuntun jalan Aeera sampai kedua tiba di depan sebuah papan mading di sekolahnya. Naresh kemudian menunjuk sebuah selembaran yang terpasang disana.
"Bukankah kau ingin mengikuti sebuah lomba? Bagaimana dengan kompetisi ini? Sepertinya ini adalah perlombaan yang di dikatakan oleh mata empat itu.."
Aeera membaca dengan seksama kertas pengumuman itu sebelum berteriak histeris. "Ini dia! Aku harus mengikuti kompetisi ini!"
Dia kemudian berbalik untuk memandang Naresh. "Apa yang kau tunggu? Ayo pergi ke klub musik untuk menanyakan informasi tentang perlombaan ini!"
Kali ini, pemuda itulah yang diseret pergi oleh Aeera. Ketika mereka tiba di klub musik, hanya ada ketua klub disana. Tampaknya dia baru saja selesai melakukan pertemuan, karena disana terlihat sedikit berantakkan.
"Elang, bisakah aku mengikuti kompetisi musik itu?"
Pemuda itu sudah menunggu kedatangan Aeera sejak tadi, tapi dia tidak mengatakannya dan mulai membahas tentang pendaftaran lomba itu. "Tentu. Tapi jenis lomba apa yang ingin kau ikuti?"
"Aah.." dia tidak memikirkannya, sebenarnya Aeera tidak tahu apakah dia bisa bermain alat musik dan sebagainya. Dia hanya terlalu fokus untuk mengikuti lomba itu, tapi sama sekali tidak menyiapkan apapun untuk memenangkan perlombaan itu.
"Menurutmu.. jenis perlombaan apa yang lebih mudah untuk di ikuti oleh ku?" Aeera hanya bisa menanyakan pendapat orang lain untuk itu.
"Sebelumnya, apa kau punya keterampilan alat musik tertentu?"
Melihat gadis itu menggelengkan kepalanya, Elang hanya bisa mengangkat sebelah alisnya dengan kebingungan. "Apa kau bisa bernyanyi?"
"Uuh.. ku rasa, tidak."
"..."
Bahkan Naresh pun ikut terdiam saat mendengar jawaban Aeera. Kedua pemuda itu tidak tahu harus berbicara apa, tapi saat melihat wajah polos Aeera yang benar-benar terlihat antusias untuk mengikuti perlombaan itu, mereka tidak bisa untuk tidak menghela napas.
"Sepertinya sebelum kau mendaftar perlombaan itu, kita harus mencari bakat musik mu terlebih dahulu."
"Ah. Baiklah.."
Setelah itu, Elang membuat Aeera untuk mencoba semua alat musik yang ada disana. Dia bahkan meminta gadis itu untuk bernyanyi. Tapi siapa yang menduga jika Aeera sama sekali tidak memiliki bakat apapun dalam musik? Yang paling buruk dari semua itu adalah kenyataan bahwa Aeera sebenarnya buta nada. Untuk jenis suara yang di miliki Aeera itu sungguh unik, tapi dengan kemampuan buta nadanya, dia menyanyikan lagu dengan sangat buruk. Bahkan meski suaranya terdengar bagus, tapi jika nadanya salah, tetap saja itu akan terdengar buruk.
"Cukup! Itu sudah cukup, mari kita istirahat sejenak." Elang menutupi wajahnya yang tampak frustasi. Dia benar-benar tidak menyangka akan melatih seseorang dengan bakat musik yang buruk.
"Mari kita teruskan latihan ini setelah pulang sekolah, sebentar lagi bel istirahat akan berakhir, lebih baik kalian kembali ke kelas."
Aeera mengangguk dan berjalan pergi, tapi dia tidak mendapati jika Naresh mengikutinya. Jadi dia berhenti untuk berbalik ke arah pemuda itu.
"Kau pergi saja duluan, aku akan menyusul nanti." baru setelah itu, mereka melihat Aeera yang pergi menjauh.
"Bagaimana menurutmu?" Naresh bertanya pada Elang yang tengah merapihkan beberapa dokumen di mejanya.
"Tentang Aeera? Jika tentang gadis itu, aku tidak yakin dia bisa memenangkan perlombaan apapun dengan bakatnya. Aku bahkan menyarankan untuknya agar tidak mendaftar di perlombaan itu, setidaknya dia tidak akan mempermalukan dirinya sendiri nanti."
"..."
"Sepertinya anda benar-benar sangat dekat dengannya, Tuan Muda."
Naresh menutup matanya, dia tidak ingin melihat ke arah Elang untuk saat ini. "Sudah ku bilang jangan memanggilku seperti itu saat di sekolah. Bukankah kita sudah sepakat untuk menjadi orang asing saat di luar rumah?"
"... Ya. Anda benar."
"Aku tidak peduli dengan semua perhitunganmu, tapi aku ingin kau membantu Aeera untuk mengikuti lomba itu. Kau juga harus membantunya meningkatkan bakat musiknya, jangan membuatnya menjadi bahan lelucon bagi orang lain." setelah mengatakan hal itu, Naresh pergi meninggalkan Elang yang semakin frustasi dengan tugas barunya.
******
Aeera mengetahui jika dirinya sangat buruk saat Elang mengetesnya tadi. Dia tidak bisa untuk tidak memikirkan penampilan buruknya selama pelajaran berlangsung, membuatnya tidak memahami semua pelajaran yang gurunya terangkan. Gadis itu menghela napas, meski dia tahu bahwa dirinya sangat buruk, Aeera masih ingin mengikuti kontes itu. Karena menurut ingatannya, ada seseorang dari dunia hiburan yang akan ikut untuk menjadi juri yang menilai para peserta, dia juga ingat jika orang itu akan mengambil beberapa anak dengan bakat yang hebat.
Jadi Aeera berpikir, jika dia bisa mengikutinya dan berhasil menarik perhatian orang itu, Aeera mungkin akan memiliki masa depan yang bagus. Tapi sepertinya, itu tidak semudah yang dia bayangkan.
Setelah sepulang sekolah, Aeera agak ragu untuk pergi ke ruangan klub musik, dia sedikit malu untuk menemui Elang disana. Naresh juga tidak terlihat, pemuda itu tidak kembali ke kelas seperti perkataannya. Aeera mulai berjalan pergi meninggalkan kelas, dia mengambil arah ke pintu gerbang sekolah, berniat untuk pulang.
Tapi siapa yang menyangka, jika disana, ada seseorang yang sedang menunggunya. Orang yang ingin Aeera hindari di kehidupan ini.
"Paman.."
"Ah, Aeera! Akhirnya aku bisa menemukan mu juga, Paman sangat mengkhawatirkan mu. Apa kau ingin pulang? Ayo, ikutlah dengan Paman untuk pulang." pria itu berjalan menghampiri Aeera dan menepuk kepala gadis itu dengan lembut.
"..."
Dia tidak ingin ikut dengan pamannya, tapi Aeera tidak mempunyai alasan yang kuat untuk menolak tawaran pamannya. Gadis itu terlihat bimbang untuk beberapa saat. Tapi pada akhirnya, dia hanya bisa mengangguk dan ikut dengan pamannya untuk pulang.
Saat mobil itu pergi dari sana, Naresh baru saja tiba di gerbang sekolah, pemuda itu tampak mencari Aeera, namun tidak bisa menemukannya dimana pun.
.
.
.
Tbc