"Berhenti! Cukup! Ku bilang berhenti bernyanyi!"
Elang tidak bisa membantu tetapi mengusap wajahnya dengan frustasi. Pemuda itu menghela napas dengan berat, kemudian bertanya pada gadis di depannya. "Kau.. bagaimana mungkin menjadi buruk dalam sekejap? Dimana suara malaikat yang ku dengar sebelumnya? Apa mungkin saat itu kau sedang melakukan lip sync?"
"A-aku juga tidak tahu.."
"...."
"Baiklah, mari kita akhiri latihan ini. Besok, kita akan melanjutkan latihan ini lagi."
Aeera hanya bisa mengangguk setuju, kemudian mengambil tasnya dan bergegas pulang. Di depan gerbang, dia bertemu dengan Naresh, pemuda itu terlihat sudah menunggu sejak lama.
"Aeera.."
Gadis itu tidak menghiraukan kehadiran Naresh dan berjalan pergi. Dia masih sedikit kesal dengan pemuda itu, karena kejadian tadi pagi.
Melihat Aeera yang berjalan meninggalkannya, Naresh semakin panik. Pemuda itu sudah merasa jika Aeera telah menghindarinya sejak pagi tadi, dan setelah melihat jika gadis itu benar-benar mengabaikannya. Naresh semakin yakin jika Aeera tengah marah padanya.
"Aeera, ada apa dengan mu? Kenapa kau marah padaku? Apa salah ku?" pemuda itu berjalan mengikuti Aeera, mencoba membujuk gadis yang sedang marah itu. "Katakan masalahnya, dan aku akan memperbaiki hal itu."
"...."
"Ayolah, jangan marah padaku. Itu membuatku sakit!"
Gadis itu masih mengabaikannya, tapi Naresh tidak menyerah. Dia berhenti membujuk Aeera dengan kata-kata, dan memilih untuk diam sambil terus mengikutinya.
Setelah mereka sampai di rumah gadis itu, Naresh langsung menahan pergelangan tangan Aeera. "Tunggu, tolong jelaskan kenapa kau marah padaku."
"Lepaskan."
"Aeera.."
"...."
"Jika kau bersikap seperti ini, tidak akan ada orang yang mau berteman dengan mu.." niat pemuda itu adalah untuk bercanda, tapi siapa yang menduga jika Aeera menanggapi perkataannya dengan serius.
"Apa urusanmu? Biarkan saja jika aku tidak disukai oleh orang lain. Aku juga tidak memaksa mu untuk tetap berteman dengan ku!"
Dia menyentak tangan Naresh, kemudian dengan cepat masuk ke dalam rumahnya.
******
Hubungan Aeera dan Naresh menjadi merenggang sejak saat itu, keesokan harinya, Aeera tidak lagi melihat Naresh di kelas. Pemuda itu kembali memulai rutinitas biasanya, yaitu membolos. Hari-hari berikutnya, waktu kosong Aeera di isi dengan latihan vokal. Elang sangat serius untuk membantunya agar dapat bernyanyi dengan baik, tapi sampai akhir pekan, gadis itu masih belum menunjukkan perkembangan apapun.
Aeera merasa hendak menyerah. Dia bahkan mulai menyusun rencana baru untuk masa depannya.
Tanpa gadis itu sadari, akhir pekan telah tiba. Hari itu adalah hari dimana dia berjanji untuk pergi berbelanja dengan sepupunya, Navya.
Setelah dia berpakaian dengan rapi, Aeera pergi ke rumah Josh dengan Pak Bayu. Navya sudah siap saat dia sampai dikediamannya.
Seperti kehidupan sebelumnya, Navya mengajak Aeera untuk melihat banyak sekali barang bermerek dan mahal. Gadis itu menyeret Aeera untuk menjajal semuanya, dan membawa beberapa barang bagus ke kasir.
Saat mereka hendak membayar barang-barang mahal itu, Aeera berkata mendahului Navya jika dirinya tidak membawa uang sepeser pun. Wajah gadis itu terlihat sangat jelek saat mendengar perkataan Aeera.
Dia pun merasa enggan untuk membayar semua barang belanjaan itu dengan uangnya sendiri, sehingga Navya hanya bisa mengembalikan semua barang itu ketempatnya, dengan wajah yang penuh malu dia keluar dari toko bersama dengan Aeera yang berpura-pura merasa bersalah.
Sejauh ini, rencananya untuk membuat Navya merasa kesal sudah berjalan dengan lancar. Aeera tahu, Navya adalah tipe gadis yang tidak suka kehilangan wajahnya di depan umum. Jadi dengan kejadian di toko tadi, dia berhasil membuat wajah Navya terlihat buruk.
Setelah mengetahui jika keduanya sama-sama tidak membawa uang, mereka tidak lagi memiliki niat ataupun semangat untuk menjelajahi tempat perbelanjaan itu.
Dan di saat Aeera berpikir untuk pergi pulang ke rumahnya, dia malah bertemu dengan sang kakak kelas yang selama beberapa hari ini sudah dilupakannya. Pemuda itu sedang berjalan-jalan bersama dengan teman-temannya, dan tidak sengaja berpapasan dengan Aeera dan Navya.
"Sungguh sebuah kebetulan.."
Aeera hanya bisa menunjukkan senyuman canggung saat Elang menyapanya, dia tidak pernah berpikir jika Elang memiliki hubungan yang baik dengan kakak kelas itu.
"Apa kalian baru saja datang?"
"Tidak. Aku sudah datang sejak tadi, sekarang aku akan pulang. Ketua, aku pamit dulu.." Aeera tidak tahan untuk tidak melirik ke arah seorang pemuda yang sejak tadi terus menatapnya, kakak kelas itu, setiap kali mereka bertemu, dia selalu saja menatapnya dengan tatapan tajam seperti itu.
"Kau mau pulang? Kenapa tidak tinggal sebentar lagi? Kami baru saja ingin mencari tempat untuk makan, kenapa kau tidak tinggal untuk ikut makan dengan kami?"
"Ti--"
"Tentu! Kami akan sangat berterima kasih jika kalian mengijinkan kami untuk bergabung dengan kalian!" potong Navya dengan tiba-tiba, gadis itu bahkan sedikit mendorong Aeera kesamping dan bergantian untuk berbicara dengan Elang.
Sebelum Aeera bisa mengatakan hal lain, Navya sudah menyeretnya pergi untuk mengikuti kelompok pemuda itu.
Mereka memasuki sebuah tempat makan yang cukup mahal, membuat Aeera merasa ingin pergi dengan sangat.
"Kau tenang saja, hari ini Yasa akan mentraktir kita. Jadi jangan sungkan untuk memilih makanan yang kau suka, tidak peduli semahal apapun itu, Yasa yang akan membayarkannya untukmu. Hahaha.." ujar seorang pemuda yang melihat ketidaknyamanan di wajah Aeera.
"Yasa..?"
"Ya, pemuda itu, namanya adalah Yasa." pemuda itu menunjuk ke arah kakak kelas yang saat ini masih menatap Aeera tanpa berkedip itu.
"...."
Selama acara makan-makan itu, Aeera mencoba untuk tidak terlihat mencolok, dia mencoba mengurangi keberadaannya sebanyak mungkin. Berbeda dengan Navya yang mulai mencari perhatian pada kumpulan laki-laki itu. Gadis itu dengan tidak tahu malunya, mencoba menggoda beberapa pemuda yang ada disana, bahkan Elang tidak lepas dari perhatiannya.
Meskipun, masih ada beberapa pemuda yang tidak termakan rayuan Navya, gadis itu masih dengan aktifnya berbicara dengan beberapa pemuda yang lainnya.
Melihat kelakuan buruk sepupunya, Aeera tidak bisa untuk tidak malu. Jika dia tahu dirinya akan berpapasan dengan kelompok Yasa dan Elang, dia akan memilih untuk menghabiskan akhir pekannya di rumah.
Gadis itu bahkan tidak bisa bertahan sampai satu jam sebelum akhirnya pamit untuk pergi, dia tidak peduli lagi jika Navya ingin ikut dengannya atau tidak. Aeera bergegas pergi setelah mengatakan salam perpisahan.
"Sungguh melelahkan.." gadis itu bergumam samar saat berjalan menuju pintu keluar.
Aeera tidak benar-benar langsung pergi, dia pergi ke kios makanan terdekat dan membeli beberapa camilan untuk perjalanan pulang. sebenarnya, dia tidak banyak makan saat di tempat makan tadi. Gadis itu terlalu enggan untuk mengambil begitu banyak keuntungan dari orang lain, apalagi dia dan Kak Yasa tidak benar-benar dekat.
Entah karena kebetulan atau tidak, Aeera bertemu dengan Naresh saat pergi ke sebuah kios yang menjual es krim. Dia tidak menyangka akan melihat pemuda itu disini. Dan karena mereka sedang dalam perang dingin, Aeera tidak tahu harus menyapanya dengan seperti apa.
"Ha-hai.."
"...."
Yang dia tidak pikirkan adalah, jika Naresh akan mengabaikannya!
Pemuda itu benar-benar mengabaikan Aeera. Dia bahkan hanya mengambil lirikan singkat sebelum pergi tanpa kata-kata apapun.
Sungguh. Sikapnya membuat Aeera semakin sakit hati.
Gadis itu ingin menyumpahi Naresh dengan kata-kata sampah, tapi dia ingin jika Aeera sudah bersikap seperti itu juga pada Naresh beberapa hari lalu. Jadi wajar saja jika pemuda itu akan balas mengabaikannya untuk kali ini.
'Baik. Siapa juga yang membutuhkannya? Bahkan tanpa dia pun, aku masih bisa menjalani kehidupanku dengan baik!' sambil menegaskan hal itu dihatinya, Aeera kembali melanjutkan perjalanannya.
Dia tidak tahu, saat gadis itu berjalan pergi dengan suasana hati yang buruk. Naresh telah berbalik untuk melihat ke arahnya, pemuda itu bahkan menatap tempat yang sama dengan waktu yang cukup lama.
******
Aeera sangat kesulitan untuk mencari kendaraan untuk pulang, dia juga tidak bisa menghubungi Pak Bayu, jadi gadis itu terpaksa untuk pulang dengan berjalan kaki. Dia tidak memiliki pengalaman untuk naik transportasi umum, jadi pilihan satu-satunya hanyalah dengan berjalan kaki.
Jarak tempat perbelanjaan itu dengan rumahnya sangat jauh, jadi Aeera tidak benar-benar berpikir untuk pulang dengan berjalan kaki. Dia berencana untuk berjalan kaki sampai ke jalan besar, dan kemudian mencari taxi untuk pulang.
Tapi bahkan, di jalan besar pun, Aeera masih kesulitan untuk menemukan kendaraan.
Gadis itu berdiri di pinggir jalan selama hampir setengah jam, sebelum akhirnya menemukan sebuah taxi.
Setelah menyerahkan alamat rumahnya, dia duduk bersandar di kursi penumpang yang ada di belakang. Butuh beberapa menit untuk tiba dirumahnya dengan mobil, tapi di tengah perjalanan, Aeera merasakan sebuah firasat buruk.
Sudah dua puluh menit, tapi mobil itu masih berada di jalan besar. Bahkan Aeera mulai memperhatikan jika jalan yang dilaluinya sangat asing.
Jantung gadis itu berdetak kencang, beberapa spekulasi mulai muncul dibenaknya.
'Tunggu, apa ini benar-benar kasus penculikan?! Jika ya, maka apa yang harus aku lakukan?! Tidak, siapa yang harus ku mintai bantuan?! Ponsel.. aku harus menghubungi seseorang dan meminta bantuan!'
Sambil mempertahankan ekspresi malasnya, gadis itu meraih ponsel di dalam tasnya. Diam-diam dia mencari sebuah kontak yang dapat dihubungi. Gadis itu benar-benar membutuhkan bantuan!
******
Di sebuah perusahaan besar, seorang pria dengan jas abu-abunya tengah sibuk mengurus sebuah dokumen yang menumpuk di mejanya. Wajah pria itu sangat serius saat dia mengerjakan semua tugas-tugasnya, tapi saat nada dering tertentu terdengar dari ponselnya. Pria itu segera melempar semua tugasnya dan bergegas mengangkat panggilan masuk itu.
Wajahnya terlihat sangat lembut saat dia menyapa dengan nada yang tak kalah lembut.
"Halo.."
******
Naresh sedang menonton film seorang diri di sebuah bioskop, memakan pop cornnya tanpa semangat, dan memainkan ponselnya dengan diam-diam di tempat duduk bagian paling belakang. Fokus pemuda itu sama sekali tidak ada di filmnya, dia hanya dengan malas bermain permainan di ponselnya sambil terus mengunyah pop corn itu.
Disaat permainannya akan mencapai tugas akhir, sebuah notifikasi muncul di teleponnya. Pemuda itu mengumpat sesaat, sebelum tiba-tiba bangkit dari tempat duduknya dan bergegas pergi meninggalkan teater itu.
******
"Hei, bisa aku pinjam telepon mu sebentar?"
Elang mengangguk, kemudian menyerahkan ponselnya pada Yasa. Setelah itu dia kembali sibuk dengan teman-temannya yang lain.
Mereka tampak sibuk bersenang-senang di tempat makan itu. Bahkan tidak ada yang menyadari kepergian Yasa setelah pemuda itu melihat sebuah pesan singkat di ponsel milik Elang yang dipinjamnya untuk membuat sebuah panggilan.
.
.
.
Tbc