Sudah 9 tahun semenjak aku tiba di perpustakaan ini. Sekarang umurku sudah 16 tahun, kemampuan berpedang ku pun sudah sangat baik, bahkan aku bisa mengalahkan paman tua yang menggunakan Armor itu dengan mudahnya.
Aku sempat kepikiran untuk mencari istri, saat aku mengatakan hal itu kepada paman tua itu, dia malah tertawa terbahak bahak. "Kenapa harus tergesa gesa? hidup mu masih panjang nak, apa jangan jangan kau sudah tak sabar melakukan itu? hahaha" jawabnya.
Ngomong ngomong, aku tidak pernah pergi ke kota selain saat peristiwa 5 tahun lalu. Paman itu melarangku pergi kekota, katanya kalau aku pergi ke kota, akan terjadi keributan. Memangnya kenapa kalau aku ke kota? aku kan bukan teroris atau pengkhianat kerajaan.
"Paman? aku sangat ingin pergi ke kota paman, tolong berilah aku izin"
Aku sering meminta izin kepadanya kalau hendak melakukan sesuatu, kalau tidak maka aku akan kena hukumannya besok saat latihan pagi.
"Ayolah Zen, kau tau kan kalau kau memiliki darah bangsawan Arcadia?"
Arcadia dan Arcadia, aku sudah tidak memiliki hubungan lagi dengan kebangsawanan ampas itu. Memangnya kenapa kalau aku memiliki darah Arcadia? bukankah aku sudah keluar dan menjadi rakyat biasa?
"Paman, memangnya apa hubungannya dengan darah Arcadia? kan aku bukan termasuk keluarga bangsawan itu?"
"Sebenarnya aku tidak mau memberitahu mu alasannya karena aku cukup malu mengatakannya Zen, apa kau tidak sadar dengan kelebihan mu dibanding pria yang lainnya?"
Kelebihan? apa kelebihan ku? aku hanya pandai dalam berpedang, apa dia berpikir kalau aku sampai dikota, aku akan menantang orang orang disana untuk berduel?
"Paman, aku janji tidak akan menantang duel kepada orang orang yang disana"
"Bukan begitu Zen, duhh, gimana cara aku bilangnya, ahem, gini Zen, kau tau kan kalau bangsawan Arcadia itu istimewa?"
"Ya"
"Bangsawan Arcadia itu memiliki ketampanan dan kecantikan alami yang tidak akan bisa dikalahkan kecuali sesama keluarganya sendiri"
"jadi? apa hubungannya dengan keributan di kota?"
"Zen, gini, begini Zen, aku merasa agak aneh mengatakannya. Kau itu sangat tampan Zen! kalau kau pergi ke kota, akan banyak gadis yang akan menyerbu mu, karena kau adalah seorang rakyat biasa, para gadis tidak akan menahan diri, lalu para pria disana pasti banyak yang merasa iri dan akhirnya menantang mu untuk berduel, aku mengatakan ini demi kebaikan mu Zen"
Sial, kalau begini aku tidak bisa membantah perkataan nya, hemm? tapi kalau aku menutup wajahku, apa aku diizinkan pergi kesana?
"Surat surat!"
Tiba-tiba ada orang yang berteriak dari pintu depan. Dia adalah seorang pengantar surat, dia meletakkan surat kiriman dari orang yang pastinya tidak ku ketahui. Aku segera mengambil surat itu, dan membawa masuk surat itu kedalam untuk ku berikan ke paman itu.
"Paman!!!??? ada surat! kalau kau dengar, cepatlah datang kemari"
Aku memanggilnya, tapi sama sekali tidak mendengar jawabannya, apa yang sedang dilakukannya. Aku kembali membaca buku, saat aku membaca, mata ku tak kuasa menahan rasa penasaran terhadap isi surat itu, aku melirik surat itu terus terusan. Karena tidak tahan, aku akhirnya membuka surat itu dan membacanya, isinya adalah
[Untuk Zen, dari ibumu tersayang, Zen? Apa kabarmu? ibumu ini kesepian... kakak mu sekarang sudah tinggal di istana Florence dan sekarang ibumu ini sendirian dirumah. Maafkan ibu sudah bersifat kasar kepada mu, ibu janji akan menyayangi mu. Karena itu, ibu mohon, kembalilah kerumah, kalau tidak, ibu akan merasa sedih dan akan memberi sebuah paket yang isinya adalah kepala Erina, lengkap tanpa tubuhnya, aku akan menunggumu Zen]
Bangs*t! dia memancingku menggunakan Erina sebagai umpannya, kalau aku tidak kesana, Erina akan dibunuh, dasar orang tua sialan! Padahal aku sudah hidup dengan tenang disini, bisa bisanya dia menggangguku! kalau sudah seperti ini, aku sudah tidak punya pilihan lain.
"Aku kembali"
Paman tua itu datang, aku masih memasang muka marah karena tak tahan dengan sikap ibuku ini.
"Zen? kau kenapa?"
Paman itu melihatku dan bertanya tanya apa yang terjadi sampai membuatku marah.
"Paman, aku akan kembali menuju kediaman Arcadia"
"Kenapa tiba tiba? ayolah, santai sedikit"
"maaf paman, aku tidak bisa melakukannya, karena kalau aku tidak pergi kesana dengan cepat, seseorang yang berharga bagiku akan mati"
Paman itu berpikir sejanak, ntah apa yang ada dibenaknya itu.
"Baiklah, tapi sebelum itu, kau harus menerima satu pemberianku, ikut aku kegudang!"
Dia mengajakku pergi ke gudang belakang.
"Terima ini"
"apa ini paman?"
Dia memberikan ku sebuah kalung berlian, dan kalung itu sangat terlihat keren.
"Kalung? kenala kalung paman?"
"Itu adalah Diamond Class Armor yang bisa berubah menjadi kalung. Ingat Zen, jangan gunakan Armor itu untuk kejahatan! dan juga, sebenarnya kalung itu memilih tuannya sendiri, dia sangat ingin kau menjadi tuannya tapi aku tidak memberikannya kepadamu"
"Paman? bukankah ini sudah berlebihan? kalau tidak salah harga Diamond Class Armor cukup untuk membuatmu jadi keluarga kerajaan(bangsawan)"
"Tak apa, bahkan sekarang aku senang memberikan Armor itu kepadamu"
"Terima kasih paman"
Aku sangat senang atas pemberiannya, Kalung ini pasti akan kujaga dengan Nyawaku!
Aku mulai berkemas kemas dan paman itu sedang membuatkan bekal perjalananku nanti. Padahal dulu aku sudah bisa bernapas lega karena tidsk berhubungan dengan bangsawan Arcadia itu. Tapi, bagaimana cara mereka tau kalau aku ada disini? dan kenapa Erina yang digunakan untuk memancingku?
Barang barang ku sudah siap, bekal telah tersedia, aku menggunakan kuda liar sebagai transportasi, karena kuda liar itu gratis. Dan akhirnya perjalanan ku menunu kadiaman Arcadia dimulai, semoga saja aku masih sempat, atau Erina akan mati.