Pagi sudah tiba dan hari ini juga aku harus pergi sekolah. Tidak seperti hari pertama, kali ini aku pergi menggunakan masker agar tidak terlibat dalam keributan di kota.
Perjalanan ku berjalan dengan lancar, meggunakan masker saat menuju sekolah adalah ide yang sempurna, walau begitu di pinggiran jalan banyak gadis gadis yang berkumpul , apa mungkin mereka menungguku?
Setelah beberapa menit aku berjalan akhirnya aku sampai di Akademi yang besar ini tapi aku tidak langsung melepas maskerku dan aku terus berjalan dan duduk di kelas, lalu setelahnya aku melepas maskerku
Pelajaran dimulai seperti biasa tetapi hari ini aku tidak melihat putri Cecilia, apa dia absen karena sakit atau alasan yang lain? biarlah, itu bukan urusanku.
Karena kejadian kemarin, pohon tempatku istirahat sudah dipenuhi oleh banyak murid membuat ku males pergi kesana.
Bel tanda istirahat makan siang sudah berbunyi, semua murid menuju kelasnya masing masing.
Sekarang semua murid sudah masuk ke kelasnya masing masing, tiba tiba ada beberapa prajurit kerajaan masuk ke ruang kelas kami. Dia berdiri dengan tegap dan Membuka selebaran kertas yang terlihat mewah, ternyata itu adalah surat undangan dari Cecilia untuk pesta pernikahan kakak pertamanya.
[ Dengan surat sederhana ini, aku, Cecilia Vermillion ingin mengundang kepada seluruh teman teman dikelasku untuk ikut merayakan pesta pernikahan kakak tertuaku dengan putri
dari kebangsawanan Myrane, Fira Myrane pada hari Senin empat hari mendatang. Kuharap teman teman sekalian mau menghadiri pesta ini ]
Surat sederhana? jangan bercanda! tali pita surat ini aja mengandung emas didalamnya. Menghadiri sebuah pernikahan ya? sejujurnya aku belum pernah menghadiri pesta pernikahan. Apa aku harus menghadiri perayaan satu ini? Lebih baik aku mengrahasiakan pesta ini dari ibuku agar aku bisa pergi berlibur pada hari Senin nanti.
"Surat resmi dari kerajaan Vermillion telah diantarkan ke kediaman Tuan dan Putri masing masing, dengan ini, kami permisi keluar"
Sudah? sudah diantar? bagaimana ini? semoga ibu itu tidak menyuruhku pergi kesana.
Kedua prajurit itu pergi meninggalkan kelas dan pelajaran kembali dilanjutkan.
Pelajaran telah selesai dan para murid bersiap pulang, begitu pula aku, aku buru buru pulang dan semoga saja ibuku belum membaca surat itu.
Aku bergegas dan sampai dirumah, aku telah mengecek kotak surat tetapi surat itu tidak ada, yang ada hanyalah surat lamaran kepada ibuku, cih. Aku terus menerus mencari surat itu kuharap dia belum membaca surat itu.
"wah, pas sekali Zen, cepat kemari"
Itu suara ibuku, Mau tak mau aku harus menemuinya segera.
"Ada apa?"
"Apa kau mencari surat ini?"
Suratnya sudah berada digenggamannya.
"Bukan"
"Baiklah, kalau begitu ibu ada permintaan untukmu Zen"
Aku sudah bisa menebak permintaan itu.
"Hadirilah acara pernikahan Pangeran mahkota kerajaan Vermillion"
Sudah kuduga.
"Untuk apa aku kesana?"
"Tentu saja untuk memikat bangsawan, ibu hanya berharap agar kau mendapatkan istri yang memiliki kedudukan yang tinggi, agar kau bisa tenang untuk sisa hidupmu"
Orang tua sialan ini jelas jelas ingin mendapatkan kekuasaan yang kebih tinggi, untuk apa dia menyembunyikan keinginannya itu.
"Semoga saja kau nanti mendapatkan putri kerjaa..."
"Baik baik,aku akan pergi"
Aku memotong perkataannya dan pergi menuju kamarku. haaaah, kapan aku bisa terbebas dari kehidupan ini?
Waktu berjalan dengan cepat, tak terssa hari ini sudah hari Senin. Hari ini mendung, aku memiliki firasat yang kurang enak. Karena mendung aku mulai mencari alasan namun tiba tiba ada kereta kuda yang datang ke kediamanku.
"Tuan Zen...?? aku kemari untuk menjemputmu!"
Astaga, dia adalah Eleonora, perempuan yang menanyakan tingkat kebangsawanan ku pada hari pertama sekolah.
"Zen, Cepat ikut dia"
Tiba tiba ibuku menyerukan itu kepadaku dari jendela.
"Permisi Ibu mertua, tidak, maksudku Nyonya Arcadia, bagaimana kabar Nyonya akhir akhir ini?"
"Terima kasih Eleonora, Aku sehat, terima kasih karena mau mengantarkan anakku"
Mau? ahhh, sepertinya ibuku yang meminta untuk Eleonora agar menjemputku.
"Tidak apa, yuk Zen! kita pergi"
"ya"
"kalau begitu, Nyonya Arcadia, kami permisi undur diri dulu"
"hati hati dijalan"
Ibuku mengantarkan kami dengan senyuman yang haus kekuasaan itu. Tapi aku heran dengan Eleonora ini, kenapa dia tidak menyadari kalau ibuku itu hanya memberikan sedikit perhatiannya kepada ku.
Setelah beberapa lama di jalan, kami akhirnya sampai dilokasi pesta pernikahan itu. Kereta kuda ini sangat cepat, mungkin sekitar 20 kali lebih cepat dibanding kuda yang kunaiki saat pergi ke kerajaan Britannia itu.
Aku turun dari kereta dengan Eleonora, semenjak turun dari kereta, Eleonora terus memegang tangan ku, sepertinya dia tidak ingin kalau aku dijumpai oleh putri bangsawan lainnya, ah mungkin aku hanya GR sendiri.
Kami duduk di kursi pertengahan, pendeta gereja ini sedang naik Altar pernikahan.
"Di hari yang berbahagia ini, Akan ada kedua orang dari darah yang berbeda akan bersatu bagaikan pisang yang diselimuti dengan kulit pisang"
Bagai pisang yang diselimuti kulit pisang?dari mana asal peribahasa itu? kenapa yang lain malah terkesima dengan perkataan itu?"
"Disini ada Pangeran mahkota dari kerajaan Vermillion, Pangeran Narits Vermillion. Dan dilain sisi adalah kepala keluarga Myrane, Fira Myrane"
Semua pengunjung berdiri dan memberikan salam. Aku harus memberi salam juga.
Kedua mempelai naik ke Altar dan aku merasakan hal yang aneh. Ehh? apa aku salah lihat? apa ke GR-an ku sudah kelewat batas? rasanya gadis yang bernama Fira Myrane itu melirikku? ah mana mungkin, sepertinya aku berlebihan.
"Pangeran Narits? apa kau bersedia menemani Fira Myrane selama sisa hidup mu?"
"Aku bersedia"
Si pangeran itu terlihat sangat bahagia, wajahnya tidak bisa berhenti tersenyum.
Eh? kenapa aku dari tadi merasa dilirik oleh mempelai wanita itu? Perasaan ku mulai tidak enak.
"Putri Fira Myrane? apa kau bersedia meneman Pangeran Narits selama sisa hidup mu?"
"Aku....."
Dari tadi dia bergumam sendiri, aku mulai merinding dan tidak tau kenapa.
"Aku menolak"
Apaaa???!!! Pangeran itu baru saja ditolak. Semua tamu undangan ribut dan kehebohan, putri keluarga Myrane itu menolaknya sambil tersenyum, aku tak menyangka akan melihat hal yang seperti ini dalam hidupku.
"hahaha"
"hey tunggu!"
"kenapa?!"
Berbagai seruan menghujaninya dan tiba tiba pendeta itu menegur para hadirin karena kehebohan itu.
"Biseng anje*k!!!!"
Semua hadirin terdiam sedangkan aku mencoba untuk menahan tawa.
"Tapi? Kenapa kau menilakku Fira?"
"maafkan aku pangeran, aku baru saja jatuh cinta pada pandangan pertama"
"dengan siapa? apa dengan salah satu tamu disini?"
Lalu gadis itu mengangguk senyum dan berakhir dengan kemarahan sang pangeran.
"Bangsawan mana yang berani merusak pernikahanku ???haaaa?!"
Rasanya masalah besar akan menghampiriku lagi.
Kenapa masalah selalu mendatangiku? apa masalah juga mencintaiku?
—Zen