Chereads / Zen Era / Chapter 8 - Pertarungan sesungguhnya

Chapter 8 - Pertarungan sesungguhnya

Aku pernah melihat zirah yang digunakan oleh ksatria ini, kalau tak salah paman tua itu pernah memakainya sekali saat melawanku, mirip sekali, kata paman tua itu, zirah ini memberi kekuatan dan perlindungan tambahan kepada penggunanya. kalau hanya pelindung aku bisa saja menahannya namun penambahan kekuatan adalah hal yang membuatnya jauh lebih sulit dilawan.

"Hey ksatria, kalau kau setia ke kerajaan, apa alasan mu membunuh putri ini? memangnya dia siapa?"

Perempuan ini sepertinya agak kesal dengan perkataan ku tadi saat aku mengatakan kalau aku tidak tau siapa dia.

"Ini bukan urusan mu bocah"

"aku tidak peduli ini urusan siapa, kalau ada hal yang salah di mata ku maka aku tidak akan membiarkannya!"

Aku mengatakan itu sambil berusaha membuat dia sedikit tenang namun sepertinya dia malah semakin marah.

"Apa kau tau seberapa manjanya putri ini? dia harus segera dihabisi jika tidak kerajaan ini akan runtuh!"

Gawattt, dia semakin marah, rasanya ingin kabur dan mengurung diri dikamar karena rasa takut ini.

"Untuk apa kau membunuhnya? bukankah kau bisa memberitahu ayahnya dan menghukumnya"

"Diam kau!"

Perkataan ku tadi malah membuatnya semakin marah dan beradu pedang dengan ku. Sial, dia marah tapi bisa santai saat beradu pedang denganku, dari sini saja sudah terlihat perbedaan kekuatan kami.

"swiiing, swiiing" (suara pedang :v) semua serangannya berhasil kutangkis namun aku masih tidak dapat kesempatan untuk menyerang balik.

"Hey bocah sialan, apa kau ingin menjadi ksatria sungguhan? dengan skill mu yang sekarang kau bisa saja jadi ksatria kelas "Diamond" awal "

Dia mengajakku bergabung menjadi ksatria kerajaan, namun syarat yang pertama adalah memberikan putri ini kepadanya. Tapi sudah pasti aku tolak, buat apa aku menjadi ksatria ampas seperti ini.

"Jangan tinggalkan aku! kumohon jangan tinggalkan aku!"

Si putri tadi akhirnya mulai berbicara dengan lantang, dari tadi dia hanya bersender di pohon sambil menangis ketakutan.

"Siapa namamu putri ?"

"Yang Mulia Reese Vi Britannia"

Dia menjawabnya dengan nada agak sombong, sekarang aku mengerti kenapa ksatria ini bertanya padaku seberapa manjanya tuan putri kecil ini.

"Hey, Reese, kalau kau berkata sombong seperti itu aku akan meninggalkan mu lho"

"Oh maafkan aku, aku tidak akan melakukannya lagi"

Dia mulai terlihat merasa bersalah walaupun sedikit. "Swiiingg". ksatria tadi menyerangku tiba tiba.

"Jangan mengalihkan pandanganmu dari mata lawanmu, jika tidak kau akan mati

bocah!"

Hampir saja kepalaku copot dari tubuhku, untung saja reflekku sangat baik, karena dari dulu paman tua itu sering menyerangku diam diam saat aku membaca buku membuatku terbiasa dengan serangan tiba tiba, dan itu adalah hal yang biasa bagiku, aneh bukan?

"Sekali lagi aku akan bertanya kepadamu bocah, kalau kau ingin menjadi ksatria menyingkirlah, jika ingin mati majulah"

Wah bangsat kau, semakin lama ucapannya membawa hawa mengerikan kepadaku, walau begitu, apa salahnya mati demi melindungi wanita? bukankah itu adalah hal heroik yang biasanya ada dibuku. Tanpa basa basi aku maju menyerangnya, walau dia bisa menangkisnya demgan mudah, itu tidak akan mematahkan semangatku.

"Ternyata kau ingin mati ya demi melindungi wanita yang baru kau temui itu? kalau begitu aku bersumpah akan untuk menguburmu dengan putri kecil ini"

Dilihat dari pergerakan dan caranya bersikap padaku membuatku yakin kalau dia ini sepele dengan keahlian ku, tapi dalam pertarungan ini dia benar benar kuat, bahkan aku merasa kalau aku tidak akan dapat mengalahkan.

"Bocah? kau sudah sadarkan dengan perbedaan kekuatan kita? tidak mungkin kau bisa mengalahkanku, bahkan pedang mu saja tidak bisa mendekatiku"

Saat dia mengatakan kekuatan itu membuatku mengingat perkataan paman tua itu "kalau kau menghadapi lawan yang jauh lebih kuat, maka gunakanlah cara licik"

Teringat hal itu, aku diam diam mengambil buah pleach, buah ini memiliki banyak serbuk didalamnya. Lalu aku berlari dengan cepat dan melemparkan buah itu kepadanya dan ternyata hal yang mengejutan terjadi, Ksatria tengik ini alergi dengan buah pleach dan itu membuatnya pusing dan ingin bersin selalu.

haaa, haaa, haaaachiiiim!!!!

Muke gile, bersin nya sangat keras dan membuat serbuk tadi masuk kemata ku, namun aku tetap maju karena ini adalah pertaruhan hidup dan mati, mataku berair membuat penglihatan ku terhalang. karena itu aku menyerang asal asalan.

"Sreeet"

Suara tebasan dari pedangku, sepertinya aku berhasil melukainya dan itu semua berhasil karena dia terlalu meremehkanku, aku menggosok mataku dan dapat melihat kembali, namun hal yang kulihat adalah setengah dari leher ksatria itu telah kutebas, aku berhasil, tapi aku merasa agak takut, karena dia adalah orang pertama yang aku bunuh.

"Hey Reese, ikuti aku, kita akan bersembunyi"

"baik"

aku merasa sangat bersalah, sebenarnya aku tidak tahu niat dari ksatria ini baik atau tidak. tapi aku hanyalah melakukan apa yang benar dimataku.