Setelah hari kedatanganku diperpustakaan ini, aku langsung disuguhi berbagai kegiatan. Setiap pagi sebelum ayam berkokok aku harus pergi ke sungai dekat di dekat bukit untuk mengambil air, ember yang digunakan bukan untuk ukuran anak-anak berumur 7 tahun sepertiku tapi melainkan ember untuk orang dewasa. Di dekat bukit ini ada ladang bunga, walaupun aku terus menggendong ember dengan rasa mengeluh, pemandangan indah ini membuatku lupa kalau aku sedang menggendong air di ember yang besar ini.
Setelah sampai dirumah paman Richemon menyediakan roti tawar untuk sarapan pagi, roti itu adalah buatannya sendiri, dia belajar cara membuatnya dari salah satu buku yang ada diperpustakaan. Setelah kami makan paman itu langsung mengajakku keluar perpustakaan, ku kira dia akan langsung melatihku berpedang ternyata aku salah total.
"Zen, larilah mengitari perpustakaan ini sebanyak 7 kali, lalu saat kau istirahat bacalah buku ini, kemudian lari kembali sebanyak 8 putaran dan saat istirahat baca buku ini. Ulangi terus dan tambah jumlah putaran setiap kali istirahat"
"haah? paman apa kau ingin menyiksaku? kenapa aku harus membaca buku saat istirahat? dan sampai kapan aku harus berhenti lari?"
"Jangan membantah! jika kau hebat dalam berpedang tapi staminamu sedikit itu akan percuma, kita akan latihan berpedang sebelum makan malam. kau akan melakukan ini selama 4 tahun kedepan"
Apa orang tua ini gila? apa aku akan bertahan selama 4 tahun jika keseharianku seperti ini? rasa semangatku mulai meleleh cair.
"Tunggu apa lagi? segera lari! akan kujadikan kau ksatria terhebat yang pernah ada!"
Orang tua ini membentak ku, mau tak mau aku mulai latihan, dia hanya memberiku waktu selama 5 menit setiap aku istirahat dan harus diisi dengan membaca buku.
"hah huh hah huh"
aku terus berlari dari tadi, matahari yang tadinya baru terbit sekarang berada diatas ku.
"Paman, aku sudah berlari selama 5 jam, dan sekarang sudah 64 putaran setelah istirahat tadi, apa tidak bisakah kau memberiku istirahat yang lebih banyak?"
Orang tua yang asik membaca buku sambil minum kopi itu terkejut setelah aku bertanya kepadanya.
"Apaaa???!!! kau? apa kau sudah sampai putaran ke 64? "
"tidakkah kau lihat kalau keringatku sudah membanjiri badanku ini?"
Setelah melihatnya dia mempersilakan ku untuk istirahat. Dia kira aku akan pingsan sebelum menyentuh putaran ke 20 dan itu agak membuatku kesal mendengarnya. Aku segera meminta makan siang namun dia malah memberiku kertas berisikan soal soal.
"Jika kau ingin makan siang, jawablah pertanyaan ini dan jika benar semua aku akan memberimu makan siang yang enak"
Tanpa basa basi aku langsung mengambil kertas itu dan mulai mengerjakannya, soal yang ada didalamnya cukup mudah, hanya dengan melihatnya aku langsung tau jawabannya. dan setelah selesai ku kembalikan kepada paman sialan itu.
"Zen, kau ini sangat hebat, bisa bertahan hingga putaran ke 64, dan dapat menjawab pertanyaan ini dengan mudahnya, eh? dia tidur?"
Karena saking lelahnya, aku ketiduran dan tiba tiba ada aroma yang membangunkan ku dari tidurku yang lelap.
"Kau sudah bangun, Zen? makan siang sudah siap, kau boleh makan sepuasnya"
Melihat makanan yang sangat enak ini merubah paman tua ini dalam pikiranku dari orang yang paling jahat menjadi orang yang paling baik sedunia. Wajah ku tak bisa berhenti tersenyum karena saking enaknya makanan ini.
"Zen, setelah makan, bacalah buku yang kuletakkan diatas meja itu, dalam 2 jam aku akan memanggilmu untuk latihan berpedang"
"baik"
Setelah itu, paman itu pergi kegudang bawah tanah, aku tak tau apa yang akan diambilnya dan aku sendiri tidak perduli terhadap apa yang dilakukannya, yang hanya kupikirkan sekarang hanyalah bagaimana cara menikmati makanan ini dengan nyaman.