Gunung Hancook sudah ku lalui, berarti kerajaan Britannia sudah dekat, setelah 6 hari berkuda akhirnya aku akan tiba dikerajaan tempat aku akan memulai kehidupan baruku.
Namaku Zen Arcadia, aku adalah keturunan bangsawan Arcadia namun tidak diakui oleh ibuku sendiri dan malah aku telah dibuang. Tujuanku kesini adalah untuk memulai kehidupan baruku sebagai seorang rakyat biasa, tapi akhir-akhir ini aku ingin menjadi seorang ksatria agar bisa berdiri tegak, gagah, dan berani didepan anakku dimasa depan nanti.
Setelah berhari-hari aku memulai perjalanan, rasa sedihku mulai berkurang seiring jalannya waktu. Banyak yang mengatakan jika penyakit
hati itu tidak semuanya bisa disembuhkan dengan obat, tetapi ada juga yang bisa disembuhkan dengan waktu dan itu adalah suatu hal yang benar. Pemandangan indah yang selalu tampak dalam perjalananku membuat ku lalai akan waktu dan akhirnya aku sampai di perpustakaan terbesar di kerajaan Britannia ini, anehnya disini sangat sepi bahkan aku belum melihat seorangpun disekitar perpustakaan ini.
"Permisi"
Ucapku dengan nada gugup, didalam perpustakaan yang gelap ini sama sekali tidak ada orang dan semakin membuatku ingin berlari menjauh secepatnya.
"Jangan berisik, ini didalam perpustakaan"
Aku terkejut karena tiba tiba ada orang tua berada tepat disampingku dan bahkan hampir membuatku berteriak.
"Maafkan saya, apakah Tuan adalah penjaga perpustakaan ini? jika benar Erina menitipkan surat ini kepada Tuan"
Orang tua itu segera mengambil surat itu dan membacanya, aku sendiri bahkan belum membaca surat itu dan sedikit membuatku penasaran.
"Hey nak, apa kau suka membaca buku?
Orang tua itu bertanya kepadaku dan ekspresinya mulai terlihat ramah.
"Lumayan tertarik, tetapi menurutku ilmu berpedang adalah hal yang paling menarik dari pada hal-hal yang ku ketahui"
Setelah itu dia terus bertanya tentangku dan perlahan aku merasa jika aku dapat akrab bersama orang tua ini.
"Hey nak, apa kau ingin belajar berpedang? jika kau ingin mempelajarinya, aku bisa mengajarimu secara langsung, tapi aku tidak akan melatihmu setengah-setengah"
Mendengar hal itu membuatku sangat senang, saat pertama kali aku melihat orang berpedang saat itu juga aku ingin mempelajari ilmu berpedang tetapi di kediaman rumahku dulu tidak ada yang bisa bermain pedang.
"Ya, aku sangat ingin mempelajarinya, terima kasih Tuan"
"Jangan sungkan, Namaku adalah Richemon, kau boleh memanggilku dengan sebutan paman. Dan juga, Erina itu adalah anak kandungku"
Entah kenapa aku tidak terlalu terkejut mendengar hal itu, karena kalau dilihat-lihat Rambut dan bola mata mereka persis.
"Baiklah, terima kasih paman. kalau boleh tau, dimana paman belajar ilmu berpedang?
Dari tampang paman ini jelas sudah kalau dia terlihat seperti seorang ahli pedang.
"Aku dulunya adalah komandan Ksatria kerajaan, aku belajar berpedang dari pengalaman yang tak terhitung jumlahnya, tetapi walau begitu aku masih memiliki sebuah kekurangan"
Kekurangan? kurasa itu adalah hal yang tidak mungkin, dia baru saja mengatakan jika pengalamannya tak terhitung, aku berusaha menebak tetapi tetap tidak dapat menemukan jawabannya, karena penasaran aku pun bertanya kepada paman itu.
"Kalau boleh tau, apa kekurangan itu?"
Aku berusaha sesopan mungkin agar tidak menyindirnya namun malah dia terlihat heran dengan ucapan ku tadi.
"Ayolah jangan sungkan, anggap saja aku ini sahabat mu"
Dia mengatakan itu sambil menepuk punggungku.
"Kekurangan ku hanya satu, aku itu bodoh, sekalipun aku ahli pedang tetapi aku kekurangan wawasan terhadap dunia ini, karna itu saat aku pensiun aku ingin bekerja sebagai penjaga perpustakaan agar dapat membaca buku sebanyak mungkin"
Kata yang diucapkannya sedikit memotivasiku untuk melangkah maju, tak disangka paman ini tidak merasa kekuatan ith adalah segalanya.
"Kau pasti lelah kan setelah perjalanan? ikut aku, aku akan mengantarmu kekamar mu, kita akan mulai latihan besok pagi"
"Baik paman"