Chereads / Zen Era / Chapter 3 - Awal mula perjalanan

Chapter 3 - Awal mula perjalanan

Saat Zen lahir, semua orang sangat senang akan kehadirannya. Namun itu tidak sepenuhnya benar, jika yang lain tahu, maka mereka tidak menyangka bahwa ibu Zen merasa gelisah karena anak yang dilahirkannya adalah Laki-laki. Dia selalu berharap untuk mendapatkan anak perempuan karena mendiang suaminya ingin memiliki anak perempuan dan disamping itu untuk memenuhi ambisinya, sebagai seorang bangsawan yang pastinya ingin naik ke tingkat selanjutnya, dia ingin menikahkan anaknya dengan bangsawan yang tingkatannya lebih tinggi dibanding keluarga Arcadia, oleh karena itu dia membutuhkan anak perempuan.

Bangsawan Arcadia adalah bangsawan yang memiliki keistimewaan yang tidak dimiliki oleh bangsawan lainnya, yakni setiap keturunan Arcadia bila dia perempuan maka perempuan tersebut memiliki kecantikan tiada tanding kecuali sesama keluarganya sendiri, dan sebaliknya apabila dia Laki-laki maka Laki-laki tersebut memiliki ketampanan tiada tanding.

Nyonya Arcadia ingin menggunakan putrinya untuk memikat bangsawan kelas atas bahkan putra mahkota kerajaan, namun Zen adalah Laki-laki. Dia tidak bisa memikat bangsawan kelas atas karena seorang putri bangsawan hanya bisa menikah dengan bangsawan 1 tingkat diatas dengannya atau lebih, karena itu Nyonya Arcadia merasa gelisah.

Zen tumbuh dengan baik, semua orang memberi perhatian kepadanya, walau begitu dia masih tidak tau apa itu kasih sayang orang tua. Entah kenapa Nyonya besar tidak menganggap Zen, bahkan dia tidak ingin memberi Zen Asi. Zen selalu berusaha mencari perhatian ibunya namun ibunya tetap cuek bahkan kadang kadang memarahinya hanya karena hal sepele. Hingga saat Zen berumur 5 tahun, sayap nya sama sekali tidak muncul. Para pelayan dan kakak kandung Zen, Lina Arcadia merasa itu hal wajar jika sayap muncul terlambat.

Namun umur Zen sekarang adalah 7 tahun dan sayapnya sama sekali tidak muncul, semua orang sudah mulai merasa ada yang aneh terhadap tubuhnya.

"Tuan muda Zen, Tuan dipanggil oleh Nyonya besar diruangannya"

Ucap Erina salah satu pelayan keluarga Arcadia, mendengar hal itu Zen sangat senang karena setelah sekian lama dia tidak berbicara dengan ibunya.

"Ibu aku telah datang"

Ucap Zen dengan nada senang, namun saat Zen melihat raut wajah ibunya dia heran, ibunya terlihat seperti memandang rendah dirinya.

"Ini untuk mu"

ucap Nyonya besar sambil melemparkan sebuah kantung, ternyata isinya adalah koin emas, Zen semakin kebingungan, dia bertanya apa yang akan dilakukannya dengan koin emas ini.

"Pergilah dari rumah ini, kau sudah 7 tahun dan sayapmu sama sekali belum muncul, kau itu hanyalah sampah yang akan merusak nama baik keluarga, jika kau ingin ibumu senang maka pergilah"

Mendengar hal itu dari ibunya, Zen shock, dia tidak bisa memikirkan apa apa. Di balik pintu Erina yang tak sengaja mendengar perkataan itu langsung pergi ke kamarnya dan menulis surat.

"Gunakan emas itu untuk membiayai perjalanan mu, setidaknya itu cukup untuk membiayai uang makan mu selama sebulan, tunggu apalagi? cepat kemas barangmu dan pergi"

Dengan hati yang hancur Zen melangkah keluar, tatapannya kosong, baginya dunia ini telah menjadi hitam putih.

"Tuan muda Zen!!"

Teriak Erina sambil menghampiri Zen, dia terlihat sangat tergesa gesa, saat melihat raut muka Zen, Erina tak sanggup menahan rasa kesedihannya dan memeluk Zen untuk menunjukkan rasa simpatinya"

"Tuan muda Zen, tidak, Zen kau harus pergi ke kerajaan Britannia, disana ada perpustakaan besar tetapi sangat jarang dikunjungi orang, yang mengurus perpustakaan itu adalah ayahku, berikan surat ini kepadanya, setidaknya kau akan hidup bahagia disana"

Melihat wajah Erina yang sangat berharap banyak padanya, Zen merasa bahwa dia telah menemukan secercah cahaya, ada cahaya terang tetapi menyilaukan. Dengan secercah cahaya ini Zen sudah merasa cukup.

"Terima kasih Erina, mulai saat ini aku akan memulai kehidupan yang ingin kujalani"

Kata kata terakhir Zen setidaknya membuat hati Erina merasa lebih baik, dan dengan ini perjalanan Zen pun dimulai.