Benar kataku, Mob berubah menjadi iblis tidak terkendali. Meronta-ronta ingin keluar, kami hanya bisa menghindari serangannya, tak bisa melawan karena dia itu teman. Hanya Biru yang bisa menenangkannya kembali.
"Barqa!! Gunakan sihir ilusimu, buat Biru seakan ada disampingnya"perintah Rog. Lalu kemudian Barqa mendekati Mob lalu menyentuhnya kemudian mempengaruhinya, awalnya tak berhasil namun Barqa terus mencoba hingga akhirnya yang ketiga kalinya berhasil. Barqa menghabiskan banyak sihir untuk membuat ilusi persis mirip dengan Biru.
Elf itu terhenyak, dia terpukau melihat kejadian ini
"Oh jadi dia akan marah jika Biru ini jauh atau berada dalam bahaya? Baiklah, gau mau main, gua bakal bikin kalian saling bunuh satu sama lain"ucap Elf itu, lalu dia pergi keluar.
"Cih any*ng, as*. Elf tapi kayak setan anj*ng! Atta!! Lu cepetan lah rusak nih kunci anj*r, biar kita bisa keluar trus nonjok muka setan itu" Rintaf sudah mulai panas, Rey mencoba menenangkannya.
Lalu tak lama Elf itu kembali membawa sebuah kurungan beroda ditutupi kain hitam. Elf itu membuka kain hitam itu, disana Biru diikat tak berdaya, hanya kain tipis yang menutupi tubuhnya
"Bagaimana jika kalian melihat teman kalian ini dilecehkan didepan kalian?"ucap Elf itu lalu membuka pintu kurungan itu, mulai menyentuh tubuh Biru. Tak hanya Mob, sekarang kami semua sudah terbawa emosi, Mob kembali akan berubah menjadi Iblis. Biru semakin dilecehkan, kain tipis yang menutupi dirinya dirobek sedikit demi sedikit, Alea dan Senjani sudah tidak tahan temannya dilecehkan. Kami mencoba menyerang tapi sihir kami tidak bisa keluar dari kurungan ini, bahkan memantulkan serangan kami kembali.
Atta memberi isyarat bahwa dia sudah bisa membuka kunci kurungan ini, kami pun berpura-pura masih emosi dengan kelakuan Elf ini, tanpa ia sadari kunci kurungan sudah terbuka, kami melepaskan hewan buas kami. Mob mode Iblis, dalam keadaan seperti ini dia jadi jauh lebih kuat dari hewan buas. Elf itu kaget, wajahnya pucat, dia spontan lari meninggalkan kami. Pion Iblis? Dia yakin?. Mob tidak membiarkannya lari begitu saja, Elf itu terkejar, Mob dalam mode itu bisa membunuh dalam sekali tebas pedangnya. Elf ini tidak mau kalah, dia menulisi badannya dengan script kuno miliknya, tubuhnya berubah lalu menyerang balik Mob. Mob terlempar jauh, dan langsung kembali ke mode Manusia. Kami terlalu menganggap remeh Elf ini. Kita memang tidak bisa menganggap remeh anggota Pion Iblis.
"Dafaf!! Bawa gua pergi, males gua ngelawan rendahan kayak mereka" ucap Elf itu, lalu muncul portal berwarna merah hitam dilangit-langit, menarik Elf itu pergi.
Lenyap! Elf itu sudah tidak ada. Kami langsung pergi menyelamatkan Biru, Alea mengambil selimut besar menutupi Biru
"Biru, lu gpp kan?"tanya Mob khawatir kemudian memeluknya erat.
Tak ada jawaban dari Biru, wajahnya pucat, kedinginan, dan ketakutan. Sambil menunggu kondisi Biru membaik, Atta dan Disal mencari Kunci di Rumah ini.
"Ketemu!!" Atta berteriak dari ruang bawah,
"Ketemu dimana?" Tanya Disal
"Di taruh di berangkas yang make Solid Script kuno juga, untung gua udah ngerti soal sihir kuno ini"
Lalu setelah kondisi Biru mulai membaik, kami membuka pintu dinding ke dunia Manusia. Waktu kita kurang dari 1 bulan lagi, kita harus cepat.
Kami tiba di dunia Manusia, tepatnya di Earth Heart. Kami langsung pergi mencari petunjuk tempat pertarungan itu akan dimulai. Tapi, kami tidak menemukan apa-apa disini, kami berniat untuk singgah di rumah milik Orang tua Biru, tempat kami pertama bertemu Armi dan Biru, tempat kami memulai perjalanan ini.
"Sekarang bagaimana caranya kita pergi ketempat itu?"tanya Tara memecah keheningan
"Entahlah, kita tidak punya informasi apa-apa tentang tempat peperangan itu"ucap Rog berpikir keras. Setelah beberapa lama kemudian kami berniat untuk pergi ke Perpustakaan Ibu kota, mungkin disana kami bisa mendapat informasi lebih.
***
Tak ada apa-apa disini, kami tidak menemukan informasi apapun tentang peperangan itu. Kami pun pergi melanjutkan perjalanan, mencari kemungkinan informasi yang mungkin bisa kami dapatkan, tapi ketika kami keluar dari perpustakaan. Ditengah Kota ramai oleh keributan
"Ada apa?"tanya Senjani
"Entahlah, mungkin demo Rakyat?"jawab Atta ngasal.
Aku terus kepikiran tentang kata-kata Nenek,"kamu akan segera mengetahui kebenarannya". Apa maksudnya? Tapi pikiran itu segera kulupakan, aku harus fokus mencari tempat pertarungan itu, dan membantu yang lain. Natha, entah,dimana dia sekarang, tak ada diantara kami yang mau membahasnya, tak ingin merusak suasana. Keadaan kota semakin ribut oleh sorakan masyarakat, karena penasaran kami berniat untuk mendekat dan memastikan apa yang sedang terjadi. Ada pertunjukan kota, ini seperti Teater Drama, ada 15 orang disana sedang berakting mengikuti dialog drama. Teater drama ini lebih baik dari pada yang ada dipermukaan (Bumi), ini terlihat lebih real dan keren.
"Dulu, setiap Seratus Ribu Tahun sekali akan ada pertarungan antara Dewa dan Iblis, Pion Dewa bertarung demi menyelamatkan 7 lapisan dunia dari keserakahan Iblis, Pion Dewa dan Pion akan bertarung habis-habisan, mempertaruhkan nyawa demi tujuan mereka. Yang kalah akan kehilangan tujuan mereka. Jika Dewa kalah, 7 lapisan dunia akan diambil alih oleh Iblis. Dan jika Iblis kalah maka Dewa akan kembali menjadi kepala dari 7 lapisan Dunia" ucap seseorang bercerita melalui pengeras suara, lalu panggung drama itu mengikuti alur yang diceritakan oleh pemilik suara itu.
Drama selesai, para rakyat pun bubar meninggalkan panggung
"Ayo!! Ikuti aku!" Rog berbisik
"Kemana? Buat apa?" Senjani bertanya
"Ini aneh bukan? Seharusnya tidak sembarangan orang yang mengetahui cerita ini, tapi kenapa ini malah dipertontonkan?"ucap Rog menjelaskan, kami terdiam kemudian mengikuti Rog. Kami pergi mendekati teater ini, disana ada seseorang yang mungkin pemilik suara yang bercerita tadi
"Ikuti dia!" Rog memerintah, lalu kami mencoba mengendap-endap mengikuti pria pemilik suara itu. Dia masuk ke sebuah ruangan, kemudian kami bersiap-siap memasuki ruangan itu, mengepung pria itu agar tidak lari.
Kami membuka pintu ruangan itu, pria itu tampak kaget dan panik ketika melihat kami semua masuk memenuhi ruangan
"Ada apa ini?"tanyanya
"Siapa kamu?" Tanya Senjani
"Kalian yang siapa" ucap pria itu dengan nada bergurau
"Kami adalah Pion Dewa. Dari mana kamu tau cerita itu?"tanya Rintaf blak-blakan, Rog langsung menutup mulutnya tapi terlambat sudah terucap.
"Hahaha, Saga. Kamu masih saja peduli tentang pertarungan itu walau sudah tau tentang kenyataannya"ucap Pria paruh baya itu, dia tahu nama Nenek?, dia juga seumuran dengan Nenek
"Dari mana kamu tahu nama Nenekku?" Senjani lebih dulu bertanya
"Kenalkan, aku Angko. Aku adalah teman lama Nenekmu, sudah 30 tahun aku tidak bertemu dengannya"
"Kakek Angko?!? Nenek selalu bercerita tentang paman dan juga Kakek Goro, cerita tentang kalian bertiga sangat seru dan menyenangkan" Senjani langsung antusias ketika mendengar nama kakek itu
"Oh, si Goro... lupakan saja tentang dia, dimana Saga sekarang? Maksudku Nenekmu"
"Nenek sudah... meninggal kek" Senjani mencoba untuk tetap kuat setelah mengingat kembali kejadian itu
"Maaf, aku turut berduka, semoga Nenekmu tenang disana. Apa tadi kalian bilang? Kalian Pion Dewa? Kenapa kalian masih berada disini tersisa 7 hari lagi maka pertarungan itu akan dimulai"
"Kami tidak tahu dimana tempat pertarungan itu akan dimulai kek"
"Apa? Kalian tidak tau? Bagaimana bisa para petarung tidak tau dimana dia akan bertarung?. Tolong ceritakan detailnya". Atta menceritakan detail kejadian dengan ringkas dan tepat.
"Bagaimana kau bisa menceritakan cerita itu ke masyarakat? Bukankah mereka akan ketakutan mendengar itu? Atau akan membahayakan bagi mereka?" Rog bertanya
"Tenang, sebagian besar masyarakat Earth Hearth sudah mengetahui cerita itu, dan anak-anak disini hanya menganggap itu sebagai dongeng saja" jawab kakek Angko.
Setelah mendengar cerita kami, kakek Angko memberi tahukan kami banyak informasi yang kami belum ketahui, dan akan mengantarkan kami ketempat pertarungan nanti akan dimulai.