Chereads / THE SEVEN WALLS: Dewa & Iblis / Chapter 25 - CHAPTER 24

Chapter 25 - CHAPTER 24

Auman itu sangat keras, mungkin seluruh 7 lapisan dunia mendengarnya. Kisah legenda pengantar tidur ini sekarang berada di depan kami. Tubuhnya yang gagah berdiri tegak didepan kami, sayapnya yang besar melentang menutupi cahaya matahari.

Kakek Angko alias Iblis ini berdiri, berjalan mendekati Sang Penjaga. "Selamat datang Tuanku, sekarang adalah saat yang tepat untuk tuan mencarinya. Biarkan saya membantu tuan, kumohon terimalah saya tuan." Ucap Iblis itu lalu melentangkan kedua tangannya pasrah. Seperti memberikan segalanya kepada Sang Penjaga.

Seperti tak punya hati, Sang Penjaga langsung menghancurkan tubuh Iblis itu dengan kejam. Lalu dia melihat sekeliling, lalu seketika terbang dengan cepat menjauh dari kami.

"Ikuti dia!" Ucap Rog, memerintah. Aku mengangguk kemudian membawa Garuda terbang mengikuti Sang Penjaga. Dia sangat cepat. Terbang mendekat ke permukaan lalu sesekali menghancurkan ala yang ia lewati.

"Dia sepertinya sedang mencari sesuatu" Ucap Atta melawan kerasnya suara angin dan ledakan dari Sang Penjaga. Kami spontan melihat kearah Atta. Bertanya apa maksud dari kata-katanya.

"Kalian tahukan? Dari kisahnya, dia sendiri yang pergi lapisan Hilang itu. Dia tidak terkurung apalagi dikurung. Dan Iblis itu tadi bilang "inilah saat yang tepat untuk mencarinya". Berarti jelas dia sedang mencari sesuatu, yang kita sendiri juga gk tahu itu apa. Tapi, itu bisa saja membahayakan 7 lapisan Dunia. Kita harus terus mengikutinya". Aku mempercepat terbang Garuda, mencoba lebih dekat dengan Sang Penjaga.

Tiba-tiba terbang Garuda melambat. Aku mulai lelah dan manaku mulai habis karena memanggil White Monster terlalu lama. Rey menyadari itu, lalu langsung mengobatiku dari belakang, mendonorkan mananya. "Terimakasih Rey". Rey hanya tersenyum tipis lalu kembali fokus mengobati.

Tiba-tiba Sang Penjaga berhenti, kemudian terbang tinggi. Lalu mengaum dengan keras, ini lebih keras dari pada sebelumnya. Sekarang kami sudah tidak menggunakan tutup telinga dari Atta, dan berada dekat dengan Sang Penjaga. Garuda lunglai, seketika menghilang. Aku kehilangan fokusku membuat Garuda kehilangan kontak lalu kembali kebatunya. Kereta kencana milik Atta yang tadinya terpasang di tubuh Garuda sekarang jatuh dari langit yang tinggi.

Famas meloncat turun keluar dari kereta, lalu melentangkan sayapnya. Dia mencoba membawa kereta kembali terbang. Namun, terlalu berat membawa 28 orang secara langsung. Zira menggunakan sihir gravitasinya membuat kereta semakin ringan. Posisi kami terlihat, Bogulon(Blue Monster dengan kemampuan menghilang dan menghilangkan) juga sudah kembali kebatu pemanggilannya. Sang Penjaga melihat kami, matanya tertuju pada ku. Lantas terbang cepat mendekat, Famas menghindar terbang membawa kami menjauh dari Sang Penjaga. Kami diikuti. Sang Penjaga terbang dengan cepat mencoba menangkap kami, namun Famas juga tak kalah cepat. Terbang melesat dilangit. Kami terus terbang, membawa Sang Penjaga menjauh dari Bumi.

Kami mendarat di Bulan. Famas terlihat kelelahan terbang melesat cepat dengan membawa kereta besar dgn jumlah 28 orang didalamnya. Kami sudah bersiap. Jelas Sang Penjaga akan datang dengan cepat. Kondisi Pion Iblis sudah membaik, dan mereka berniat untuk menjadi sekutu.

Tekanan tiba-tiba berbeda, Sang Penjaga datang dengan gagahnya. Matanya selalu tertuju padaku.

"Eh lu ngapain liat-liatin temen gua? Homo lu ya?" Tanya Mob sadar kalau Sang Penjaga selalu melihat kearahku. Seandainya sekarang kami dalam kondisi yang lebih baik, ingin sekali ku jitak kepala Mob. Orang lagi tegang dia malah bercanda.

Rintaf selalu, tanpa basa-basi dia meloncat menyerang Sang Penjaga. Diikuti Mob, Arga, Disal, Atta, Zira dan yang lain termasuk Pion Iblis. 29 lawan 1, kami menang jumlah. Tapi jelas kalah dalam hal kekuatan. Sang Penjaga tidak mengeluarkan kekuatannya sama sekali. Hanya serangan fisik yang itu saja sudah sangat kuat untuk melawan kami. Kami terus menyerang menggunakan tenaga kami.

BRUUK!! tubuh Ranra terlempar terkena pukulan Sang Penjaga. Luka yang cukup parah, Rey dan Alea langsung mengobati dari jarak jauh. Berkali-kali kami terlempar dan terluka parah, 2 tenaga support masih kurang. Kami menggunakan sisa-sia sihir kami untuk bertahan. Yang lain sudah kelelahan terutama para Supporter.

"Kita gk bisa gini terus, kita harus punya rencana" Atta bersuara

"Rey, perluas jangkauan Telepatilu, usahakan Kita semua dapet. Kita tidak bisa berdiskusi secara tenang jika seperti ini, belum lagi suara terganggu karena serangan-serangan ini". Rey mengangguk lalu mencoba mmeperluas jangakauan telepatinya, tak semudah seperti yang diucapkan. Rey membutuhkan waktu untuk mencakup 29 orang sekaligus. "Bagus Rey!". Rey berhasil menghubungkan.

"Oke sekarang kita gunakan kemampuan sihir kita sebaik-baiknya. Arga ama Alea pake combo kalian sekarang, bantu petarung jarak dekat" Arga dan Alea mengangguk kemudian membuat Golem besar, melakukan combo.

"Para petarung jarak dekat, usahakan terus tahan Sang Penjaga, jangan sampe dia dekatin Senja terus dapetin liontin itu. Jangan sampe!"

"Liontinku? Kenapa dengan liontinku?"

"Sang Penjaga mengincarnya Senja. Entah kenapa, namun jika lu liat baik-baik itu bukan liontin biasa yang didapat oleh orang tua angkat lu di keranjang bayilu. Itu sepertinya lebih spesial". Aku terdiam mencoba mencerna kalimat Atta barusan. Apa yang spesial dari liontin ini? Ini hanya liontin pemberian Bunda yang dia dapat di keranjang bayiku dulu.

"Rey? Lu masih bisa healing kan? Bantu para petarung jarak dekat dengan healingmu. Disal, gunakan sihir ruang bayanganmu untuk membantu pergerakan para petarung dekat, buat Sang Penjaga terkecoh, kerja samalah dengan Naz. Nitya? Bantu para supporter, gua tau lu bisa make musik lu buat healing." Atta memerintah, menggunakan kepintarannya menyusun strategi.

Kami sudah menggunakan strategi Atta, mengerahkan seluruh kekuatan kami. Kami berpikir untuk membuat Sang Penjaga kehabisan sihir dengan terus bertahan melawan. Mengulur waktu. Namun, sihir kami lebih terbatas dibanding dia, kami sudah hampir sampai batas. Tiba-tiba Tara maju mendekat ke Sang Penjaga sendirian. "Woi lu ngapain goblog?!" Rintaf terbawa emosi.

"Seenggaknya gua bisa bermanfaat bagi kalian". Apa maksud Tara berkata seperti itu? Tara semakin dekat dengan Sang Penjaga. Zira, Rintaf, Mob, dan Arga mencoba menahan Tara namun tidak bisa. Tara sudah berkeputusan, entah apa yang akan dia lakukan. Kami tidak bisa mendekat, terlalu berbahaya.

Tara tepat berada didepan Sang Penjaga, berbalik melihat kami lalu memasang senyum terbaiknya. Pelawak kami ternyata bisa bikin sedih juga. Tara meloncat cepat melesat, mengunci tubuh Sang Penjaga lalu Meledak. Dia melakukan bom bunuh diri. Jadi itu yang selama ini dia bilang dengan jurus terhebatnya. Ledakan besar terjadi, kami terlempar jauh. Ledakan itu bisa menghancurkan Bulan ini sekaligus namun anehnya, tiba-tiba ledakan itu hilang begitu saja. Asap-asapnya mengumpul disatu titik lalu menghilang. Sang Penjaga memakannya. Memakan ledakan dari bom bunuh diri Tara. Pengorbanan terakhirnya berakhir seperti ini? Ini tidak adil. Kenapa dia begitu hebat. Nyawa teman kami lenyap begitu saja hanya karena dia. Sekarang Sang Penjaga sudah tidak ingin bermain-main, dia langsung menyerang kami dalam keadaan sedih dan terpuruk. Air mata mengalir deras dari mataku. Tak ada lagi yang bisa kami lakukan. Sang Penjaga berdiri tepat dihadapanku, yang lain terkapar tidak berdaya.

Matanya tidak jahat. Matanya menunjukkan kebahagiaan, kesedihan, dan harapan. Tak ada niat jahat yang kurasakan dari dirinya. Dia memegang liontin yang tergantung dileherku. Mengambilnya, lalu air keluar dari matanya. Dia menangis, sosok besar ganas yang tidak bisa kami kalahkan ini, sosok legenda menyeramkan itu menangis dihadapanku. Seketika Bulan dengan tekanan dahsyat akan peperangan itu berubah menjadi Bulan yang penuh kesedihan. Bulan yang banjir dengan air mata.