Chereads / THE SEVEN WALLS: Dewa & Iblis / Chapter 27 - CHAPTER 26

Chapter 27 - CHAPTER 26

***

"Senja!! Nak bangun! Ini hari kelulusanmu bukan? Teman-temanmu sudah menunggu didepan!" Bunda berteriak membangunkanku. Aku beranjak dari kasur. Ya, sekarang hari kelulusan ku.

Aku segera membasuh wajah, menggosok gigi, dan mengganti pakaian. Lalu segera turun, menyusul mereka yang sudah menunggu didepan. "Ini bekalnya. Jangan lupa dimakan! Kamu belum sarapan loh" ucap Bunda lalu menyodorkan kotak bekal. Aku senyum lalu menyalaminya. "Kamu sudah besar ya"ucap Bunda mengusap kepalaku. Aku langsung mengingat sosok Sang Penjaga, yang juga pernah berkata seperti itu. Teringat tentang ayah aku sudah hampir tidak pernah menanyakannya lagi. Entah dimana dia sekarang, selalu pulang malam dalam keadaan mabuk.

Sebenarnya ada rasa sesak dihatiku setelah tau bahwa orang yang selalu merawatku, menjagaku, dan membesarkanku hingga sampai saat ini bukanlah orang tua kandungku. Terutama Bunda yang selalu merawatku selama ini.

"Oi lama banget lu kampret!" Ucap Mob menyambutku ketika keluar rumah. Rintaf, Arga, Atta, Disal, juga Rey sudah menunggu disana.

"Maaf" jawabku singkat tersenyum tipis lalu ikut berjalan bersama mereka.

Pagi ini, setelah kejadian itu. Setelah Sang Penjaga mengeluarkan cahaya terang yang membuat kami tak sadarkan diri. Dan ketika terbangun, kami semua sudah berada di rumah masing-masing. Pada malam itu aku langsung menanyakan yang lain di group whatsapp.

"Kalian gapapa kan?"

"Gapapa gimana?"

Atta

"Yang lain mana? Syukurlah kalau kalian gapapa"

"Lah kan emang gapapa, lu kenapa coba? Kan tadi malam abis dari Cafe kita gk kemana-kemana"

Mob

"Serangan terakhir Sang penjaga

ngambil ingatan kalian ya?"

"Iy gua tau Nenek lu udah pergi. Tapi gk harus sampe bikin lu kayak gini Ja!"

Rey

"Eh. Kalian gk ingat?  Pas Sang Penjaga ngeluarin cahaya terang aneh itu"

"Cahaya apa coba? Mabok lu ya? Oh lu minum-minum? Parah lu"

Rintaf

"Kalian bener gk inget?"

"Gk inget apa sih Ja? Gk paham gua"

Arga

"Sang Penjaga? Nama itukan ada di buku MANUSIA yang lu temuin diperpus?"

Atta

"Gapapa. Lupain😊"

"Tidur gih, besok hari kelulusan sekaligus perpisahan"

Disal

"Kacang_- Ja! Jawab oi"

Atta

"Eh, berangkat bareng yuk! Ntar Disal kerumah gua, terus barengan kerumah Rey, trus kerumah Atta, trus Rintaf, Arga, dan terakhir Senja. Gimana Sal? Sekali-sekali, kan besok udah perpisahan"

Mob

"Bagus tuh! Gua setuju. Jarang lah kita berangkat bareng"

Rey

"Kok gua yang kerumah Mob duluan? Kan rumah Mob yang paling ujung jauh dari sekolah?"

Disal

"Ah bawel, pokoknya gua maunya gitu. Gua tidur duluan ya gua tungguin ya Sal?"

Mob

"Serah lah"

Disal

Malam itu juga aku sadar. Sepertinya hanya ingatanku yang tidak hilang, banyak hal misterius disini. Waktu kembali terulang namun kepergian seseorang tetap terjadi. Disini, Nenek meninggal karena penyakit. Dan Tara meninggal dibunuh oleh perampok. Kepergian mereka tidak bisa dipungkiri, walau waktu kembali terulang.

Ada sesuatu yang mengganjal dipikiranku. Apa maksud Sang Penjaga dengan ucapan "Anakku sudah besar ya". Aku spontan melihat liontinku, apa yang spesial dari liontin ini? Kenapa Sang Penjaga mencari-carinya?.

Aku mencoba mengotak-atik liontin itu hingga larut malam, tak ada apa-apa disana. Aku menyerah, menutup mata lalu membayangkan seperti apa wajah orang tua kandungku sebenarnya. Tiba-tiba dari liontin itu keluar cahaya redup, kemudian terbuka. Disana terpampang foto kecil yang buram. Sepasang kekasih yang memegang anak bayi kecil, wajah Wanita difoto itu tidak jelas karena sudah kusam dan sudah tua. Tapi wajah Pria dan anak itu jelas. Sang Penjaga dan itu... Aku. Aku adalah anak dari Sang Penjaga dan wanita itu, jadi maksud dari kata Sang Penjaga itu adalah... air keluar dari mataku. Ternyata aku sudah melihat ayahku. Walau hanya sebentar dan tidak sadar siapa dia. Tak ada lagi jejak dari orang tuaku, siapa Ibuku?.Apakah yang dikatakan Nenek itu benar? Apakah aku akan mengetahui kebenarannya? Entahlah.

***

"Peringkat pertama. Siswa dengan Nilai terbaik tahun ini, sudah bisa ditebak. Disal!! Silahkan nak, naik keatas panggung" ucap guru Sejarah kami. Setiap tahun, setiap kelulusan, Bu Setia guru sejarah kami akan menjadi MC dan akan membacakan 10 peringkat siswa dengan nilai lulus terbaik. Ya tentu Disal akan menjadi yang pertama, semua sudah tau.

"Peringkat keDua, dengan nilai yang hanya selisih tipis saja dengan Disal. Atta!! Silahkan naik keatas panggung" Buset, itulah nama panggilan yang dibuat-buat oleh siswa lain. Juara ketiga Arga, keempat Rey, kelima Zira. Lalu siswa lain yang juga berprestasi disebutkan.

"Ini yang paling mengejutkan. KeTujuh adalah siswa yang tidak pernah kita duga-duga. Rintaf! Silahkan nak, naik kepanggung". Siswa-siswa langsung menghentikan aktifitas mereka. Fokus kepanggung melihat Rintaf masuk ke 10 besar. Ini kejadian langka bagi mereka. Mob naik keperingkat 8, lalu siswa lain. Senang bisa melihat mereka semua bahagia dan memiliki nilai-nilai yang bagus. "Dan yang keSepuluh ada Senja!!" Aku terbelalak. Hah? Aku masuk 10 besar? Ini gak bohongkan?. Aku sama sekali tidak berpikir bisa masuk 10 besar, setidaknya lulus saja itu sudah membuatku bahagia. Kami berTujuh berada di depan. Seperti panggung itu milik kami berTujuh, walau ada 3 orang lain disini. Semua mata tertuju pada kami.

"Bu? Kami boleh menyumbang lagu?" Rey bertanya. Apa yang Rey lakukan? Nyanyi? Ya kalau mereka berenam ya gapapa. Tapi kalau ada aku ya jangan. Tapi mau bagaimana lagi, mungkin ini adalah hari-hari terakhir kami. Mungkin kejadian yang kami lalui itu hanya bisa kukenang seorang. Jadi, biarkanlah lagu ini yang mengakhiri.

Datang akan pergi

Lewat kan berlalu

Ada kan tiada bertemu akan berpisah

Awal kan berakhir

Terbit kan tenggelam

Pasang akan surut bertemu akan berpisah

Hey!

sampai jumpa di lain hari

untuk kita bertemu lagi

ku relakan dirimu pergi

meskipun

ku tak siap untuk merindu

ku tak siap tanpa dirimu

ku harap terbaik untukmu

Endank Soekamti

SAMPAI JUMPA

Hari itu pecah akan tangisan dari siswa-siswa yang hadir. Hari terakhir kami melewati masa-masa SMA ini. Masa-masa terindah, masa-masa pertemuan kami dimulai, masa-masa indah tempat kami bertengkar, bercanda tawa, dan tempat kami selalu bersama-sama. Dan ternyata benar. BERTEMU AKAN BERPISAH.

Ingatan itu, ingatan bahagia petualangan kami menjelajahi dunia. Hilang begitu saja, entah itu baik atau buruk. Tapi, sepertinya itulah jalan terbaik, menghentikan cerita ini.

Mungkin kami harus berpisah setelah ini. Aku akan mengambil kuliah Sastra, belajar untuk merangkai sebuah cerita. Membuat kisah petualangan kami dulu menjadi sebuah karya yang akan selalu bisa dibaca dan diabadikan.

Namun, ini bukanlah akhir. Ini adalah Awal. Awal dari petualang menegangkan kami.