Chereads / THE SEVEN WALLS: Dewa & Iblis / Chapter 23 - CHAPTER 22

Chapter 23 - CHAPTER 22

Aku belum pernah kesini selama di Earth Hearth. Mungkin pernah, tapi bentuknya sudah berubah karena hancur.

Kami sampai, team A langsung menyuruh kami bersembunyi. Dari kejauhan kami bisa melihat disana ada Dafaf(anggota Pion Iblis)

"Itu dia ngapain coba?" Tanya Mob penasaran, Biru mengangkat tangannya membentuk angka satu lalu mendekat kemulut, mengisyaratkan Mob untuk diam. Dari tadi disana hanya ada Dafaf, sepertinya dia sendiri. Lalu tangan Rog terangkat, mengisyaratkan untuk maju.

Kaki kami tidak bisa terangkat, sangat berat. Lengket dengan tanah.

"Ini apa anjay?!?" Rintaf menusuk-nusuk benda lengket dikaki kami, pedangnya juga ikut lengket. Dan benda ini semakin lengket jika kami bergerak terus.

"Ini sihir musuh! Hillain, sihir lengket." Aku baru teringat. Sepertinya kami terkena jebakannya, benda ini semakin lengket dan menarik kami.

Plup! Tara mencoba meledakkannya dengan ledakan tapi tetap tidak berefek apa-apa. Kami tidak ingin kalah secepat ini, Minyak! Ya minyak, itu bisa melepaskan lengket. Sebelum aku berbicara Atta sudah menggunakan Script magicnya menulis minyak lalu mengoleskannya pada benda lengket yang sudah mulai merambas ke pinggul kami. Berhasil! Atta berhasil lepas dari benda lengket ini, dan kemudian membantu yang lain. Tak ada pergerakan dari musuh, sepertinya mereka hanya memasang jebakan, kami beruntung. Kami sempat bersembunyi ketika salah satu anggota Pion Iblis mengecek jebakannya.

"Mereka datang, lihat! Jebakanku sudah rusak. Aku tidak pernah berfikir akan ada yang bisa lepas dari sihir lengketku" ucap Hillain(anggota Pion Iblis sihir Lengket).

-

"Ternyata memang benar, yang kalian lawan tadi bukan mereka. Dan apa yang mereka lakukan disini?"ucap Rog. Kami menggeleng, tidak tahu. Kami melihat 14 pion lain melindungi dan berjaga-jaga disekitar Dafaf. Aku tidak tahu seberapa penting Dafaf ini, tapi sepertinya dia sangat berperan di Pion Iblis. Rintaf sudah tidak tahan, dia langsung melompat menyerang. Kami sudah tidak bisa menahannya lagi, kami sudah ketahuan. Bersiap untuk bertarung. Kami langsung menyerang. Rintaf dan Ranra, mereka seperti punya masalah sendiri. Ranra mencoba membekukan kami sekaligus tapi Rintaf berhasil menepisnya. Tanah berubah, teksturnya menjadi lunak. Tapi, Arga langsung kembali mengeraskannya dengan sihirnya. Aku lupa bahwa Arga memiliki sihir pengerasan juga. Tidak hanya tanah, besi, batu, dll. Semua yang keras ia juga busa kendalikan. Kemudian maju bersama combo golem Area. Reynal dan Alea membantu kami dari belakang. Disal menggunakan ruangan bayangannya membawa kami berpindah-pindah, sesekali menyerang menggunakan bayangannya. Atta menggunakan kecerdasannya dalam menggunakan sihir Scriptnya, Black Hole. Seketika portal musuh lenyap ditelan script BlackHole milik Atta. Mob, dia selalu berhasil mengecoh musuh dengan kecepatannya. Membuat musuh memiliki banyak celah. Aku menggunakan kesempatan itu, memanah akurat dengan bantuan Polu. Membiarkan Byakko mengamuk diantara musuh. Sihir pembentukan Ingatan milik Senjani sangat luar biasa. Menciptakan sihir-sihir yang belum pernah kuliat sebelumnya. Barqa menggunakan ilusinya membuat musuh tertipu. Zira juga hebat, kekuatan kakinya luar biasa. Menendang keras musuh membuat musuh terlempar. Tara, dengan ledakannya yang dahsyat, membuat musuh bergetar.

Kami terus menerus menyerang, tidak membiarkan musuh menyerang balik. Brruuuk! Kami terlempar kebelakang. Kupikir kita bisa memenangkannya dengan mudah. Tapi, ini berbeda. Tekanan mereka semakin kuat. Mata mereka menyala terang, mirip seperti pada saat kami bertemu Ranra, dia ingin mengeluarkan sihirnya yang sebenarnya.

Zira berlari mendekat, menyerang langsung. Tapi, tendangannya yang kuat seketika melemah. Kakinya teracungkan pas kewajah Hadrah(anggota Pion iblis sihir pelunak), tendangannya berhasil ditahan oleh Hadrah, lalu dilempar begitu saja. Seperti batu kerikil, tubuh Zira terlempar jauh, aman mengenai batu keras. Disal berhasil menangkapnya. Mereka sangat berbeda jauh dari awal kami bertemu.

"Sekarang saatnya Kami yang menyerang!" Ucap Ranra lalu tiba-tiba menghilang berada dibelakang kami. Secepat badai es. Aargh. Kami terlempar, ledakan Famas lebih kuat dari biasanya. Keadaan berbalik, sekarang kami yang dijadikan bulan-bulanan serangan mereka. Tiba-tiba suara musik merdu terdengar

"Tutup telinga kalian!" Rog memerintah, kami langsunh menutup telinga menggunakan tangan kami. Suara merdu tadi langsung menusuk masuk ke telinga kami, menyerang kami langsung ke otak. Atta langsung membuat penutup telinga dengan Script magicnya. Suara tadi sudah tidak terdengar lagi. Rey mengaktifkan Telepatinya, kami berbicara lewat telepati karena tidak bisa mendengar. Tiba-tiba dadaku sakit, sakit sekali. Dadaku seperti akan meledak, Sesak sekali. aku melihat Natha mengacungkan tangannya. Ini sihir Natha? Dia sudah berkembang. Pemberi rasa sakit, sihir ini bisa langsung menyerang di dalam, jantungku seperti akan pecah.

Rasa sakitnya mulai menghilang, ada apa? Aku melihat kebelakang. Rey, dia juga sudah bisa menyembuhkan tanpa memberi ramuan atau menyentuh. "Terimakasih!" Aku langsung kembali menyerang, Garuda membantuku, memanah sambil terbang lebih mudah. Tanpa Polu pun aku bisa melihat dengan leluasa. Kami mulai terbiasa dan beradaptasi. Lebih sering mundur dan menghindar dari pada menyerang, Atta sedang mempelajari apa yang terjadi dengan mereka. Sambil menunggu kami menyerang dan menahan musuh.

"Serang Dafaf! Itu kuncinya, ini salah satu kemampuan Alchemist. BodyUp!" Kami langsung bergerak mendekati Dafaf. Tapi itu tidak semudah yang dipikirkan. Mereka mengetahui rencana kami, dan menghalangi kami mendekati Dafaf.

"Senja! Dekati Dafaf. Biar kami yang mengalihkan perhatian mereka". Aku mengangguk lalu terbang setinggi mungkin bersama Garuda. Aku memanggil Bogulon(Blue Monster), membuat kami tidak terlihat. Lalu terbang mendekat, tak ada yang menyadari keberadaanku. Aku semakin dekat dengan Dafaf, sedikit lagi.

"Terlambat!!! Anak-anak sudah saatnya!" Dafaf melihatku. Apa maksudnya anak anak? Saatnya apa? Cahaya keluar dari tubuh mereka, Pion Iblis. Banyak yang tidak kami ketahui darinya.

Langit gelap. Cahaya dari tubuh mereka semakin terang. Membuat kami tidak bisa melihat. Dan hilang. Cahaya yang terang tadi seketika redup. Tubuh para Pion Iblis jatuh tergeletak dilantai, kecuali Dafaf. Cahaya dari tubuh ke14 pion Iblis berpindah ke Dafaf. Tubuh Dafaf berubah, dia menjadi besar dengan tanduk di dahi dan tubuh berwarna merah. Raja Iblis. Semua mata tertuju pada Dafaf, apa yang terjadi? Kami tidak tahu.

"Terimakasih buat kalian semua anak-anak. Karena bantuan kalian, aku bisa melakukan keinginanku selama seratus tahun terakhir." Kakek Angko!. Dia datang entah dari mana dan tiba-tiba muncul disamping Dafaf. Slruk! Pedang besar yang dibawa kakek Angko ditancapkan kedada Dafaf. Dafaf yang 100% sudah menjadi iblis itu langsung tumbang seketika. Tatapan matanya berubah menjadi tatapan penyesalan. Sebenarnya apa yang terjadi?.

Kakek Angko memakan tubuh Dafaf yang sudah menjadi Iblis itu.

"Aaahhh!!" Senjani teriak menutup mulutnya, ini kejadian yang sangat tidak lazim. Pion Iblis sudah tidak berdaya lagi, hanya tatapan kosong penuh penyesalan terlihat dari tatapan mata mereka.

"Hahaha!!" Slrup!! Kakek Angko memakan daging Dafaf tanpa henti. Bagaikan Anjing diberi tulang. Dia terlihat bahagia dengan darah yang mengenai tubuhnya, seperti mandi darah. Kemudian dia berubah. Tubuhnya berubah, dia menjadi Iblis, tidak lebih tepatnya Monster. Tubuhnya membesar, sudah tidak berbentuk manusia lagi. Wajahnya menjijikkan, dia terus memakan daging Dafaf yang tersisa. Ini sangat diluar nalar

***

Dulu, kakek Goro selalu disanjung-sanjung oleh masyarakat Earth Hearth. Setelah pertarungan Dewa dan Iblis yang ke 99 kalinya selesai, hanya ada 3 Pion Dewa yang selamat. Goro, Saga, dan Angko. Mereka masih sangat muda masa itu. Setelah memenangkan pertarungan Dewa dan Iblis itu, mereka selalu dijunjung tinggi oleh Masyarakat, dan selalu disanjung.

Hingga suatu hari, Goro mengajak Saga dan Angko untuk pergi berpetualang ke Lapisan dinding Lain. Angko awalnya tidak mau karena Ibunya sendiri dirumah, tidak ada siapa-siapa dan dia sudah tua. Tapi Goro memaksa. Jadi mereka pergi, sudah 5 tahun mereka berjelajah ke Lapisan dinding luar, Angko selalu meminta Goro untuk segera menyelesaikan penjelajahan ini namun selalu ditolak. Hingga akhirnya dia pulang ke Lapisan Manusia Earth Hearth. Angko berlari cepat menuju rumahnya, ingin melihat keadaan Ibunya. Tapi, tak ada siapa-siapa disana. Dia sudah mengelilingi Rumah dan mencari Ibunya dikota ditempat biasanya dia pergi tapi tidak ada. Hingga ada tetangganya yang memberitahu bahwa Ibunya sudah meninggal 5 tahun lalu, 1 minggu setelah mereka berangkat. Seketika hati Angko remuk. Air keluar dari matanya tanpa sadar. Andaikan dia tidak pergi dulu, mungkin tidak akan begini.

Lihatlah, Goro yang mengajaknya untuk berjelajah, membuatnya meninggalkan Ibunya. Sekarang dia sedang berbahagia, dipuji-puji oleh Masyarakat, bercerita tentang Penjelajahan mereka dia Lapisan luar.

Angko tidak ingin dikuasai amarah. Dia melupakan kejadian itu, menjalani hidupnya seperti biasa. Membiasakan diri tanpa Ibunya. Kemudian datang seorang prajurit kerajaan

"Mohon maaf, tempat ini sekarang akan diambil alih oleh raja Goro. Akan digunakan sebagai tempat peletakan patung Emasnya" ucap Prajurit itu. Setelah membuatnya meninggalkan ibunya, sekarang Goro ingin mengambil rumah peninggalan Ibunya hanya untuk patung dirinya? Angko sudah tidak tahan. Dia langsung menuju kekerajaan detik itu juga.

"Oh teman lamaku. Ada apa?" Ucap Goro duduk santai di singgasana raja dengan mahkota diatas kepalanya. Angko tidak menjawab sapaan Goro, ia langsung mengacungkan pedangnya kewajah Goro. Dia sungguh marah. Ketika perang dulu, Goro hanya penyihir tidak berguna, dia hanya bisa berteriak dan menjadi beban bagi Pion Dewa yang lain. Dia hendak dikeluarkan namun Angko penyihir luar biasa itu tidak ingin Goro dikeluarkan. Dia berkata jika Goro dikeluarkan, dia juga akan keluar. Karena hal itu Goro masuk sebagai anggota Pion Dewa. Ketika perang Goro tidak bisa apa-apa, dia hanya seperti anak kecil yang kehilangan ibunya. Angko selalu melindunginya. Menganggap Goro itu sebagai adiknya sendiri. Tapi apa? Ini balasan Goro? Angko sudah tidak tahan. Dia ingin sekali membunuh Goro detik itu, tapi dia urungkan niatnya. "Aku akan membalas lebih dari ini!"  Ucapnya, lalu pergi meninggalkan Earth Hearth, tidak ada yang tahu kabarnya, dia dikabarkan sudah meninggal. Saga yang tidak tahu apa-apa hanya mengikuti arus kehidupan.

Angko menyusun rencana pembalasan ke Goro. Dan sekarang adalah saat yang tepat baginya.