Chereads / THE SEVEN WALLS: Dewa & Iblis / Chapter 16 - CHAPTER 15

Chapter 16 - CHAPTER 15

Jadi selama ini suratku selalu sampai? Selalu dia baca? Terus bagaimana bisa surat itu sampai ke lapisan Dewa ini? Lalu kenapa Senjani tau kalau Nenek yang membawanya? Bukannya direkaman CCTV ada sosok bercahaya cepat membawanya?

"Aku tahu, kakak pasti bingung dan butuh penjelasan. Tapi, tunggu sampai kakak bertemu Nenek"

"Memang sekarang Nenek ada dimana?"

"Dia di Rumah, mengirim surat ke Ayah dan Ibu memberitahu mereka kalau kakak ada bersamanya"

"Sudah Reuninya? Sekarang kita kerumah Nenek"ucap Rog memotong pembicaraan kami.

Kami tiba disebuah rumah kecil, bangunannya tak sama seperti rumah di Kota ini, mirip seperti rumah biasa di Bumi.

"Oh, kalian sudah datang" ucap seorang Wanita paruh baya keluar dari pintu rumah itu. Rambut putihnya, kacamata bundarnya, tongkat ditangannya, serta senyumannya yang terpernah kulupa. Nenek, aku pernah bertemu dengannya ketika umurku 7 tahun, dia sangat ramah dan lembut sampai sekarang, tatapannya selalu hangat dan teduh.

Nenek mempersilahkan kami masuk. Rumah yang bersih dan rapih, sangat terawat, memanjakan mata.

"Mau minum apa? Nanti nenek siapkan". Rog meminta teh hangat dan yang lain juga mengikut

"Aku mau bantu nenek"ucap Senjani lalu beranjak mengikuti nenek pergi kedapur.

Tak lama kemudian Senjani datang membawa beberapa gelas teh hangat, kami bercerita panjang, dan sesekali bercanda membuat tawa pecah dirumah Nenek.

"Baiklah, mari kita mulai rapatnya"ucap nenek, wajahnya mulai serius.

"Sebelumnya Nenek ingin minta maaf kepada kalian karena membawa kalian kesini tanpa persetujuan dari kalian, ini juga tiba-tiba. Dan Senja? Nenek minta maaf tidak pernah menceritakan hal ini sebelumnya"ucapnya lalu aku hanya tersenyum lalu menggeleng pelan "tidak apa-apa Nek"gumamku.

"Sebab kejadian kemarin, kita kehilangan banyak Pion Dewa, ditambah dengan informasi bahwa Pion Iblis sudah siap. Kita memiliki banyak sekali berita buruk, sebenarnya Nenek ingin membiarkan kalian bergerak, menolong Lapisan lain. Tetapi karena terpaksa, Nenek harus memanggil kalian untuk menjadi Pion Dewa, nenek ingin bertanya sekali lagi, apakah kalian siap untuk menjadi Pion Dewa?"ucap Nenek, dari matanya terdapat banyak sekali harapan disana, dan itu ditujukan kepada kami. Aku melihat yang lain, mereka seperti membara, mereka siap menjadi Pion Dewa.

"Kami siap menjadi Pion Dewa, mempertaruhkan nyawa kami untuk menyelamatkan ke7 lapisan Dunia"ucap Rintaf bersemangat

"Terimakasih nak. Benar kata Gil, kalian memiliki hati murni yang sangat cocok untuk jadi Pion Dewa" mata Nenek berkaca-kaca, seperti lega mengetahui hal itu.

"Baiklah, sekarang kalian istirahatlah, karena besok kalian akan melakukan latihan untuk menjadi lebih kuat"ucap nenek kemudian mengantar kami kekamar.

Keesokan harinya kami dipaksa bangun oleh Senjani.

"Kalian terlambat 3 menit 2,7 detik! Ini bukan pertarungan biasa, ini adalah pertarungan demi keselamatan Dunia. Kalian harus berlatih keras" Nenek ramah yang kukenal tiba-tiba berubah 180°, dia menjadi galak dan sangat disiplin pagi ini.

***

Sudah setahun sejak saat itu, kami selalu melakukan latihan keras. Kami mendapat banyak peningkatan. Seperti,

Alea mulai bisa menggunakan Bunga Peta menjadi Tiga dimensi lebih real dan bisa bergerak, dan mendapat banyak sekali pengetahuan baru. Biru bisa memanggil Tsunami, Hujan, Badai, dan mengeluarkan Air, dulu dia hanya bisa mengendalikan Air disekitarnya. Ledakan Tara meningkat, dia sudah bisa melakukan ledakan dari jarak jauh dengan ledakan besar dahsyat yang bisa menghancurkan gunung sekali serang. Armi dari sihir Beast Soul sudah bisa menggunakan Ultra Beast Soul, memakai roh White dan Black Monster bahkan Gold monster untuk berubah. Zira meningkat pesat, kakinya semakin kuat, ia bisa membelah tanah sepanjang 5 meter tanpa sepatu, lalu membuat gempa radius 1 kilometer, dia juga bisa meringankan badannya menggunakan sihir gravitasinya. Rey sudah bisa meenyembuhkan tanpa ramuan, sihir peningkatan, dan juga sudah mulai mengetahui cara bertarung menggunakan palu besar yang selalu dia bawa di sihir ruangnya. Disal sudah bisa mengendalikan lorong bayangannya secara penuh, masuk kebayangannya sendiri dan keluar dibayangan orang lain, membuat lorong bayangannya seperti portal untuk dirinya dan yang lain, juga bisa menggunakan bayangan sebagai senjata lalu menyerang. Atta bisa menggunakan sihir Script Magic menjadi lebih maksimal, dengan informasi yang banyak, ia bisa membuat sihirnya menjadi lebih kuat, dan bahkan dia juga mulai bisa membuat monster dari gambarannya. Mob meningkat drastis, sihir listriknya berevolusi menjadi petir, tegangan listriknya meningkat, penggunaan samurainya menjadi lebih cepat, dia juga bisa membuat sepatu dari listrik yang membuat pergerakannya sangat cepat, tak terlihat. Arga tak hanya mengendalikan tanah, tetapi batu, besi, logam, dan bahan keras lainnya bisa dia kendalikan, dia juga mulai belajar menggunakan ninchaku alias double stick miliknya. Api milik Rintaf berevolusi menjadi api hitam, dia bisa membakar apa saja dengan mudah, suhu apinya juga semakin panas. Dan kini aku bisa memanggil 2 White monster, atau 3 Red monster, bahkan 5 Blue Monster secara bersamaan, Panahanku semakin akurat, pengendalian sihirku juga lebih terkendali.

"Sudah saatnya kalian mendapatkan senjata baru"ucap Nenek

"Tidak usah nek, kami sudah memiliki senjata kuat yang diberikan Frencs"

"Itu masih senjata lemah, mengalahkan ksatria kerajaan Dewa saja mustahil menggunakan senjata itu. Senjata tidak bisa digunakan jika level penggunanya lebih rendah dari level senjatanya, dan senjata yang diberikan Frencs kepada kalian itu setara dengan level sihir kalian dulu, sekarang kalian menjadi jauh lebih hebat. Dan kalian butuh senjata baru yang lebih kuat! Ikuti Nenek" lalu kemudian kami pergi kesuatu tempat jauh diluar kota, kita sedang berada dihutan luas dengan pohon besar menjulang tinggi

Krakatugasir pruolipskugy

Nenek merapalkan sebuah mantra dan tiba-tiba didepan kami terdapat sebuah gubuk tua sangat kotor seperti tak pernah tersentuh. Nenek membuka pintu, kemudian masuk diikuti oleh yang lain. Didalam sini kosong dan tidak terlalu luas, hanya ada sebuah lemari tua di ujung sana.

Kami menatap kosong ruangan ini, tak ada apa-apa disini. Dimana senjata yang kami butuhkan?

"Senja! Pikirkan senjata yang ingin kamu miliki, lalu kemudian buka pintu lemari itu"ucap Nenek memerintah. Aku tak mengerti apa maksud nenek, tapi aku mencoba melakukannya. Aku memikirkan batu sihir yang terdapat Monster terkuat didalamnya, bisa menghemat mana jika digunakan, dan juga Busur sihir yang pernah kumiliki dari desa Falru tapi dengan desain lebih sederhana mudah dibawa dan tentunya lebih kuat.

Cahaya keluar dari sela-sela pintu lemari tua itu, kemudian aku membukanya disana terdapat senjata yang persis aku inginkan, ini keren. Kemudian yang lain juga mencoba, Alea mendapatkan sebuah tas kecil dengan kapasitas luas yang penuh dengan bibit tanaman didalamnya. Biru mendapat sebuah Trisula berwarna biru laut yang bisa menghilang dan terbang sendiri mengikutinya. Tara mendapat sepasang sarung tangan yang bisa membantunya mengeluarkan ledakan terkendali. Tak ada apa-apa di lemari ketika Armi membuka pintu lemari

"Dia mengambil arwah para Monster kuat"ucap Atta memberi tahu. Zira mendapatkan sepatu dari desa Fanalis yang lebih kuat. Rey mendapat Palu besar yang bisa berubah menjadi tameng, dan bisa menyerap segala macam bentuk sihir. Disal mendapat sebuah Hook atau sabit yang bisa berubah menjadi bayangan. Atta mendapat alat penulis diudara dan buku mantra kuno. Mob mendapat sebuah samurai biru petir yang bisa menyerap kekuatan petir lalu melepaskannya dalam sebuah serangan. Arga mendapat sebuah tombak yang bisa memanjang dan menjadi ninchaku. Dan terakhir Rintaf mendapatkan pedang besar berwarna merah bercampur hitam yang ketika Rintaf memegangnya, pedang itu akan menciptakan suhu disekitar memanas seketika, energi sihir Rintaf keluar, membantunya mengendalikan sihir.

"Sepertinya kalian sudah siap"ucap Nenek, lalu entah kenapa tiba-tiba Mob bertingkah aneh, dia berteriak keras. Pedang iblis yang dulu diberikan Frencs menyala terang berwarna biru, Mob mengambil pedang itu, matanya juga berwarna biru terang menyala. Dia langsung meloncat menyerang kami, Rey langsung mengubah Palunya menjadi Tameng lalu menahan serangan Mob. Amukan Mob menjadi-jadi. Tanduk biru keluar dari dahinya, apakah dia menjadi iblis?

"Apakah temanmu ini mempunyai keturunan darah iblis?" Nenek bertanya kepada kami, kami menggeleng tidak tahu

"Sepertinya dia terinfeksi darah iblis akibat pedang yang diberikan Frencs, kita harus menghentikannya sebelum dia semakin menjadi"

Barqa memberikannya sihir ilusi, mencoba menahan, Senjani membuat sebuah kurungan sihir menggunakan memory makenya. Anggota pion dewa sebelumnya memang hebat! Tanpa perintah mereka langsung bergerak. Mob hanya mengaung-ngaung tidak jelas, mencoba mengahancurkan kurungan namun tidak bisa, Nenek kemudian mendekat

"Siapa orang yang paling dekat dengannya?" Nenek bertanya, mata kami langsung tertuju pada Biru. Dia adalah kekasihnya Mob, kami rasa dialah yang paling dekat dengannya selama disini.

"Kemarilah!. Terus panggil namanya, ceritakan tentang kenangan kalian, hanya itu yang bisa membuatnya kembali." Lalu nenek menyuruh kami keluar membiarkan Biru dan Mob berdua.

Sudah lama kami menunggu diluar, tapi tak ada pergerakan hingga akhirnya kami mendengar sesuatu.

"Aggghhh! Pergi!!!"kami mendengar teriakan Mob dari dalam, kami langsung masuk memeriksanya. Kondisi parah, kurungan hancur, Mob mendorong Biru ketembok dengan keras, kami hendak membantu tetapi Biru menyuruh kami mundur.

"Mob!! Sadarlah! Ini aku Biru!!"Biru meneriaki Mob yang dalam keadaan tidak sadar. Biru terus meneriaki namanya, menceritakan tentang kenangannya selama ini. Aku tergerak, tiba-tiba mulutku menceritakan semua kenangan kami dulu, yang lain juga mulai bercerita. Hingga mata Mob yang menyala biru mulai berubah menjadi normal kembali, dia mulai sadar, tanduk di dahinya mengecil kemudian menghilang, dia lemas lalu tumbang memeluk Biru.

"Terimakasih Biru. Yang lainnya juga"ucapnya tersenyum lalu pingsan.

"Mob!! Bangun Mob!"ucap Biru menggoyang-goyangkan tubuh Mob, air mata membasahi pipi Biru. Air mata itu semakin deras tak terkendali, membuat seisi rumah ini banjir tergenang air mata.

"U.u..udah nangisnya" Mob setengah sadar berbicara

"Mob? Mob gak mati? Mob gak ninggalin aku kan?"air mata Biru semakin deras

"Gak lah! Gua masih belum mau mati, belum juga nyelametin Dunia, berhenti yah nangisnya, banjir nih"ucap Mob masih sempat bercanda dalam keadaannya seperti ini.

Kami kembali kekota, Mob sudah kembali, lebih ceria dan juga kembali menjadi mesum seperti biasa.