Chereads / THE SEVEN WALLS: Dewa & Iblis / Chapter 15 - CHAPTER 14

Chapter 15 - CHAPTER 14

"Jadi? Apa yang harus kami para Orc lakukan?"tanya Raja

"Kalian hanya harus bersembunyi ketika Iblis datang, buatlah pertahanan terbaik. Kalau bisa, bawa para rakyat yang gak punya kemampuan bertarung ke Earth Hearth"ucap Atta menyusun rencana

"Baiklah. Tapi kami membutuhkan kunci True Dungeon untuk bisa menyebrang ke Earth Hearth lapisan Manusia bukan?"

"Ini kunci True Dungeonnya!"ucap Atta lalu memberikan kunci itu.

Raja mangangguk mengerti, kami kemudian bersiap-siap untuk berangkat besok menuju ke Lapisan Satan.

"Hati-hati!! Maaf kami tak bisa membantu banyak, kuharap perbekalan ini bisa membantu perjalanan kalian nanti. Pulanglah anak muda dan bawalah keselamatan untuk dunia"ucap Gil sebagai kalimat perpisahan darinya, dan memberikan kami perbekalan makanan dan barang-barang lainnya, mewakili Orc yang lain. Para Orc melepaskan kami dengan hormat dan ramah, tak seperti waktu pertama kami datang. Walau sebagian dari mereka tak tahu perjalanan apa yang akan kami lakukan.

"Bersiaplah! Ini masih permulaan dari perjalanan kita"ucap Atta dengan wajah serius. Kami melajutkan perjalanan, perjalanan kita lebih mudah dengan hewan tunggangan yang diberikan Raja kepada kami, terlebih lagi dengan kunci Lapisan Satan yang diberikan Gil, membuat kami tak perlu mencari lagi.

Belum genap dua belas jam kami berjalan,

"Cih, sebel bat gua disuruh sama Dafaf anj*r. Tapi, kayaknya lu semua bisa ngehibur gua"ucap Seseorang diujung atas pohon bersalju di depan kami, dia seumuran dengan kami dengan wajah mirip Rintaf. Dia hilang!! Lalu tak lama dia muncul dibelakang kami, menyerang kami tanpa basa-basi. Kami sempat menghindar, Zira langsung meloncat mencoba menandingi kecepatan Pria itu

"Percuma! Terlalu lamban untuk menandingi kecepatan badai es ku"pria itu langsung membekukan kaki Zira dengan esnya, Zira tak bisa bergerak. Kami berusaha membantu Zira, tapi kami lengah membuat Pria itu menyerang kami lalu membekukan kami.

Kami tidak bisa bergerak, hanya bisa melihat dibalik balok es tebal ini, kupikir kita akan kalah dan berakhir disini. Tapi, Rintaf masih berdiri tegak didekat es.

Sebenarnya, walau dia ceroboh, emosian, dan suka toxic, tapi tak bisa dipungkiri, dia juga hebat dalam bertarung dan bisa cerdas dalam keadaan kritis. Api dan Es, pertarungan yang hebat terjadi.

"Kok lu gk kena sih?"pria tadi melihat Rintaf

"Lu aja yang gblg, gk bisa make sihir"

"Bacot anj*ng!! Emang lu sehebat apa?"

"Lu yang bacot! Klo berani sini maju!"

Mereka berdua petarung yang hebat, tapi mereka berdua sama-sama toxic membuat pertarungan yang menegangkan ini ribut karena pertengkaran dari mulut mereka juga.

"Lumayan juga lu kampr*t!!"

"Lu aja yang lemah"

"Karena lu lumayan hebat, lu boleh tau nama gua. Nama gua Ranra"ucap Pria itu dengan kemudian menyeka keringat di lehernya

"Bodo amat! Gapeduli gua"

Rintaf lalu langsung menyerang Ranra, Ranra terpojok, Rintaf menyerang dengan cepat, tak memberi kesempatan Ranra untuk menyerang balik. Dengan suhu panas dari sihir api milik Rintaf, Ranra semakin sulit memakai sihir es miliknya.

Ranra sepertinya tidak mau kalah. Tiba-tiba langit gelap, udara semakin dingin, sebuah badai mulai terbentuk dan semakin membesar. Ranra seperti tidak sadar, matanya berwarna biru, tubuhnya mengambang sekitar satu meter, mulutnya seperti sedang mengucapkan mantra sihir.

Sebuah portal kembali terbuka sama seperti portal yang terbuka pada saat kami melawan Dafaf

"Ranra bodoh! Harusnya lu simpan kemampuan lu buat ngelawan Pion Dewa nanti. Bersiaplah Dewa!! 15 Pion Iblis sudah siap!"suara terdengar dari dalam portal, aku mengingat suara ini, ya itu suara Dafaf, lalu Portal itu membawa Ranra pergi.

5 jam kemudian akhirnya es yang membekukan kami meleleh menggunakan sihir Rintaf.

"Xiany*ng, kok dia kuat asw. Esnya dingin banget"ucap Rintaf emosi

"Udahlah. Tapi.. lu semua inget gak, yang pas Dafaf bilang 15 pion Iblis sudah siap itu maksudnya apa?"tanya Atta penasaran. Tiba-tiba keluar cahaya dari tasku, kulihat cahaya itu berasal dari batu Frencs, lalu aku memanggilnya

"Maaf tuan Senja, saya harus memberitahu sebuah informasi. Sekarang lapisan Dewa diserang dari dalam, sepertinya ada penyusup yang masuk. Tapi ini aneh, orang luar yang mengetahui jalan ke Lapisan Dewa hanya tuan dan teman-teman, itupun saya yang memberitahu. Raja Dewa meminta Tuan untuk segera kesana membantu" dulu Frencs pernah memberi tahu kami jalan menuju lapisan Dewa dan Informasi penting lainnya.

"Tapi bagaimana? Kami tidak mempunyai kunci pintu dinding lapisan Dewa, dan itu bukan perjalanan dekat"

"Raja akan membuka portal melalui saya"

"Baiklah"

Lalu tak lama kemudian sebuah cahaya keluar di depan kami, tiba-tiba ada sebuah portal disana. Frencs menyuruh kami masuk kesana, Aku yang masuk pertama lalu disusul yang lainnya.

***

Kondisi Kota ini porak poranda, kebakaran dimana-mana. Tapi, kami tidak melihat pertarungan terjadi. Frencs kemudian mengantar kami ke tempat medis atau Rumah Sakit didunia kami, disana banyak sekali orang-orang terluka. Kami terus berjalan mengikuti Frencs, hingga akhirnya kami sampai disebuah ruangan. Ada 12 orang diatas kasur, ditutupi oleh sebuah kain.

"Siapa mereka? Kenapa mereka di tutup kain?"tanya Atta ke Frencs, tapi dia tidak menjawab dan kemudian masuk lagi kedalam sebuah ruangan kecil diruangan itu, disana ada seorang Pria berbadan besar, umurnya kisaran 20an.

"Mereka tadi adalah Pion-Pion Dewa yang sudah dilatih keras. Mereka harusnya tidak mati semudah itu, mereka diserang secara langsung dalam keadaan tidak sadar. Yang tersisa hanya 3 Pion Dewa lagi. Aku, Barqa, dan Senjani"ucap Pria itu. Senjani?? Aku langsung membuang pikiran bahwa senjani yang dimaksud itu adalah adikku, mungkin hanya orang lain yamg bernama sama.

"Apa tujuan Raja manggil kami kesini?"tanya Atta

"Sebenarnya bukan raja yang meminta, tetapi aku mengatas namakan Raja Dewa. Dan tujuan ku memanggil kalian adalah untuk menjadi Pion Dewa dan membantu saat peperangan tiba. Sebelum itu, perkenalkan namaku Rog"ucap pria itu sembari mengukurkan tangannya menjabat tangan kami. Aku awalnya tak mengerti apa maksudnya

"Aku tahu tujuan kalian untuk menyelamatkan Dunia, tapi ini berbeda. Kalian akan melawan Pion-Pion milik Iblis, yang kekuatannya melebihi dari batas kemampuan penyihir pada umumnya, Dafaf dan Ranra adalah salah satunya--"

"Ranra? Pion iblis? Apaantuh lemah kyk gitu dibilangin kuat"Rintaf memotong pembicaraan Rog

"Pada saat itu Ranra belum mengeluarkan kemampuan sebenarnya, dan dibantu oleh kecerdasan Dafaf dalam menciptakan alat-alat sihir yang kuat, mereka bukan tandingan kalian. Butuh seribu tahun lagi untuk mengalahkan mereka". Ucapan Rog membuatku gemetar, seberapa kuatkah mereka? Aku melihatnya sendiri ketika Ranra hendak mengeluarkan sihirnya itu, itu bisa saja membunuh kami semua.

Kami diberi waktu 7 hari untuk menanggapi tawaran Rog, sekarang kami sedang berkeliling dikota, dalam sekejap kota yang tadinya hancur porak poranda tiba-tiba menjadi bagus hanya dalam waktu satu malam, Dewa memang terbaik. Kota ini sangat indah, semuanya bersih dan rapih, penduduk yang ramah dan langit yang bersih. Benar-benar seperti kota idaman. Malam ini adalah perayaan tahunan, pada malam ini akan ada acara makan besar-besaran oleh masyarakat kota, disambut dengan tarian dan drama tentang 7 lapisan Dunia, disini 7 lapisan dunia hanya dianggap legenda atau mitos dulu, dan dijadikan sebagai dongeng penghantar tidur anak-anak. Dan besok ada pertandingan, para rakyat berpotensi akan melakukan bertarung satu lawan satu, mencari siapa yang paling kuat, dan hingga malam tiba, dengan lingkaran bulan purnama sempurna, Orang itu akan diberkahi oleh Raja Dewa, ayah dari para Dewa dan Manusia, lalu diberi kekuatan sihir yang kuat.

Yang lain berniat ikut, tapi Mob tidak. Entah, dari kita berasal di Lapisan Orc dia sudah seperti ini, tidak seperti biasanya. Jadi yang ikut hanya Arga, Zira, Tara, Armi, dan Rintaf. Sisanya tidak ingin ikut. Termasuk aku, Disal dan Atta lebih memilih untuk mencari informasi lebih banyak lagi disini.

***

Pertarungan terus berlanjut, peserta mulai berguguran. Hingga akhirnya tersisa 8 orang. Zira, Armi, Tara, Arga, Rintaf, Rog, Barqa, dan Senjani. Pertarungan mereka berbeda dari sebelumnya. Sekarang, area bertarung mereka adalah seluruh kota. Jadi mereka bisa bersembunyi dan menyerang secara bebas, perbaikan kota akan diurus oleh Raja. Lima Belas menit berlalu, belum terjadi apa-apa, tak ada pertarungan. Hening, tiba-tiba langit menjadi gelap, hujan deras membasahi kota

"Ini bukan hujan biasa. Ini ciptaan sihir seseorang"ucap Atta datang ikut menonton

"Sihir jenis apa ini? Apakah ini sihir cuaca?"tanya Biru

"Bukan, ini adalah salah satu lost magic, memory make. Sihir ini bisa menciptakan apa saja hanya dengan ingatannya"

"Bukankah itu terlalu hebat? Siapa pemilik sihir ini?"

Atta tak menjawab, tiba-tiba jumlah peserta berkurang 2, Armi dan Tara tumbang, sihir Hujan tadi membuat seisi kota tergenang air, lalu diikuti dengan listrik dari sambaran petir membuat air itu mempunyai tegangan sihir listrik. Tara dan Armi tak menyadarinya. Sekarang terisa 6 orang, tampaknya Rog, Barqa, dan Senjani bekerja sama. Membuat Rintaf, Arga, dan Zira juga bekerja sama, mereka bertanding 2 lawan 3, Senjani belum terlihat sama sekali sejak awal. Tendangan Zira yang keras bisa ditahan oleh Rog dengan mudah, Rintaf dan Arga melawan Barqa, sihir Rog dan Barqa masih belum terlihat, dia hanya menggunakan serangan fisik biasa dari tadi. Tanpa sadar Zira sudah tumbang, Pertarungan fisik masih terjadi sekarang 2 lawan 2, Arga dan Rintaf terpojokkan, tapi dari tadi Senjani masih belum terlihat, aku penasaran seperti apa rupanya. Tanpa tersentuh Arga dan Rintaf tiba-tiba tumbang

"Kok?"Atta bingung

"Itu sihir ilusi, sihir itu juga termasuk lost magic, dia bisa membuat ilusi masuk kedalam pikiran lawannya hanya dengan sentuhan sedikit saja"Ucap Disal

"Jadi, sihir Barqa itu ilusi? Trus tadi pas pertarungan fisik, Barqa memberikan ilusinya melalui sentuhannya?"

"Tepat sekali".

Setelah yang lain tumbang, berarti sekarang adalah pertarungan antar teman sendiri

"Kami nyerah!!"Rog berteriak mengangkat tangan bersamaan dengan Barqa. Hah? Nyerah?. Tiba-tiba sosok gadis muncul dari depannya

"Jangan berikan aku belas kasihan hanya karena aku seorang perempuan, aku gk suka"ucap gadis itu. Rambutnya panjang, dikuncir satu dibelakang. Dia mengingatkanku pada Bunda.

Matahari terbenam, bergantian dengan bulan untuk menyinari Dunia, Bulan purnama ini lebih bersinar dari bulan biasanya, dengan bulat purnama yang sempurna Cahayanya menyinari tubuh Senjani, dan tiba-tiba hilang seketika.

"Kita nyerah bukan karena kamu perempuan. Soalnya kita udah tau kalau kita bakal kalah, masih sayang nyawa"ucap Rog tertawa melihat wajah cemberut Senjani. Wajah itu kembali mengingatkanku kepada Bunda.

"Senjani udah 5 kali memenangkan pertandingan ini. Blum ada yang bisa mengalahkannya walau aku sekalipun"ucap Rog mendekat

"Ih gak gitu juga kok, dianya aja yang gk mau serius"bela Senjani. Dia sama seperti perempuan pada umumnya cerewet dan suka ngambek.

"Hai namaku Senjani"sapanya lalu mengulurkan tangannya. "Senja"jawabku singkat membalas jabatan tangannya. Wajahnya tiba-tiba berubah marah, matanya berkaca-kaca, kupikir dia akan marah dan memukulku. Tapi

"Kak Senja!! Ini aku Senjani, kok kakak udah lama banget gak ngirimin surat lagi ke aku? Aku nungguin terus loh. Aku pengen balas suratnya, tapi kata nenek gak usah, karena nanti kita bakalan ketemu juga"ucapnya lalu memelukku erat. Bajuku mulai basah karena air matanya. Jadi, dia benar-benar adikku.