Tak lama setelah kami memukul mundur pasukan Orc itu, muncul sesuatu dari tanah. Tanah kemudian bergerak. Dari tanah keluar monster yang kami lihat ketika pertama kesini, tetapi dengan jumlah yang lebih banyak. Zira menahan menggunakan sihir gravitasinya,
"Ngakak, belum keluar udah ketahan, kayak t*i keras gitu. Susah keluar"Mob tertawa melihatnya.
Sebenarnya jika kondisi kita sekarang lebih baik, aku juga ingin tertawa karena memang ekspresi mereka yang belum keluar sepenuhnya dari tanah itu sangat lucu. Kami langsung memanfaatkan itu, menyerang mereka tanpa belas kasihan. Tapi belum lama kami menyerang mereka. Tanah itu retak, hancur.
"Bukan gua"Arga langsung membela diri, karena semua mata melihat kearahnya. Karena tanah itu hancur, mereka yang tadinya terjepit itu lepas. Kami terjatuh, lalu pertarungan berlangsung dibawah tanah. Kami terpojok oleh jumlah dan tempat, disini sempit dan terbatas, kami tidak bisa menyerang membabi buta, sebab yang lain nanti bisa terkena. Mereka lebih kuat dari pasukan Orc sebelumnya
"Mereka adalah ciptaan Raja! Makhluk hasil penelitian"Gil berteriak memberi tahu. Ini semakin sulit, tubuh mereka keras, mana mereka seperti tak ada habisnya, mereka memiliki banyak jenis sihir. Sekarang kami benar-benar terpojok yang lain sudah kelelahan dan mendapat beberapa cedera. Kami tertangkap, dibawa secara paksa kepenjara.
***
Aku terbangun melihat sekitar
"Ini dimana?"
"Ini dipenjara, sepertinya ini penjara Istana. Penjara ini sangat dijaga ketat"ucap Zira, lalu aku melihat sekeliling, hanya ada kami berdua
"Kita di tempatkan ke Sel berbeda, mereka ada di dekat kita, tenang aja"Zira seperti bisa mengetahui isi hatiku yang ingin menanyakan yang lain. Kulihat di Sel seberang depan kami ada Disal dan Arga, mereka berdua masih pingsan.
Aku mencoba mengambil batu pemanggilku. Tapi, tasku tidak ada.
"Hilang?!! Tasku mana?"aku panik, Monster yang terikat denganku sudah seperti teman dekatku, jadi aku sangat panik ketika mereka hilang.
"Mereka mengambilnya, tas lu dan sepatu gua, kayaknya senjata punya yang lain juga. Borgol ini juga bikin kita gak bisa make sihir"
"Trys gimana kita bisa keluar dari sini?"
"Entahlah, gua udah berpikir dari tadi. Tapi, gak nemuin caranya"
Penjara lengang, tak ada suara disini, sunyi hingga yang lain terbangun.
"Dimana Natha?"
Semuanya terlihat, tetapi Natha tidak ada, tidak ada jawaban darinya, ditempat ini hanya terdapat 5 Sel, dan setiap Sel hanya menampung Dua orang, kecuali Tara, Rintaf, dan Mob mereka bertiga berada dalam Sel yang sama. Yang lain sudah mencoba mencari tapi tidak ada.
"Mungkin dia berada di tempat berbeda"ucap Atta
"Tapi kenapa?"tanya Biru
"Mungkin karena racun ditangannya".
Sel kembali lengang, tidak ada pembicaraan.
"Senja?"Zira melihat kearahku
"Ya?"
"Gua bisa minta tolong? Tolong letakkan tangan lu diatas tanah. Terus kencangin borgolnya"ucapnya lalu menunjuk lantai tanah tempat kami duduk
"Untuk apa?"
"Lu mau nolongin atau gk?"
Lalu aku langsung meletakkan tanganku diatas tanah lalu meregangkannya. Kaki Zira terangkat lalu dia menghentakkannya kearah borgol di tanganku. Borgol ini sedikit retak. Zira terus mencobanya, dia terlalu memaksa hingga kakinya berdarah.
"Zira udah! Kakimu berdarah!"ucapku menegur. Tapi, dia seakan tidak mendengar dan terus mencoba, hingga akhirnya Terlepas!! Borgol itu hancur, tapi tadi sangat menegangkan, bagaimana jika tanganku yang kena bukan borgolnya?
"Tapi bagaimana bisa? Kamu kan gk make sepatu"
"Gua udah sering ngelatih fisik, terutama pada bagian kaki"
"Oh gitu. Lalu, sekarang apa?"tanyaku
"Gunakan sihirmu untuk lalu hancurkan Borgolku"
"Aku gk punya sihir seperti itu"
"Cobalah. Fokuskan sihirmu!"
Kemudian aku memfokuskan sihirku keborgol itu, mencoba menemukan titik lemahnya lalu menghancurkannya. Berhasil!!!. Aku baru tahu kalau aku bisa melakukannya.
Zira lalu menendang besi Sel, kakinya membiru dan berdarah. Tapi besinya mulai remuk, dia mencobanya lagi dan lagi
"Sudahlah Ra, jangan dipaksakan nanti kakimu terluka parah" ucapku, tapi tetap saja dia tidak mendengarkan.
Kakinya semakin berdarah namun ia tetap menendang besi itu. Setelah beberapa lama aku mencoba menghentikannya. Aku menyerah, dia keras kepala, kemudian aku membantunya menggunakan sihirku, sebenarnya aku tidak tau bagaimana caranya karena besi sel ini tidak memiliki sihir seperti borgol tadi. Aku tidak bisa menemukan titik lemah sihirnya, namun aku terus berusaha. aku hanya membantu Zira, mengobati lebam dan menghentikan pendarahan dikakinya. Dan akhirnya berhasil. Besi itu hancur, lalu kami membantu yang lain, mengambil kunci yang digantung di ujung lorong tempat ini membuka gerbong sel mereka.
"Sekarang kita cari Natha"ucapku, kemudian Alea menggunakan bunga petanya, disini banyak sekali sel, dan semuanya sama sekali tidak ada tanda-tanda yang meyakinkan, jadi kami bingung mencari dimana. Tak lama Alarm berbunyi, sepertinya mereka punya sistem pendeteksi yang akan berbunyi jika tahanan lepas atau kabur dari sel. Kami langsung berlari bersembunyi ke lorong bayangan dengan sihir Disal. Para penjaga berbondong-bondong mencari dan mengecek setiap sel tapi tak menemukan kami. Kami hanya berjalan melalui lorong bayangan milik Disal hingga akhirnya menemukan sebuah ruangan aneh, lalu kami berhenti, keluar dari lorong bayangan.
"Sudah kutebak, kalian pasti akan kesini. Tak kusangka kalian bisa lolos dari para penjaga penjara Istana. Mereka memang tidak bisa diandalkan"ucap seseorang yang ku taksir seumuran dengan kami, dia bukan seorang Orc.
"Dimana Natha?"ucap Biru geram
"Oh teman kalian satu itu? Itu adalah penelitian yang sangat berharga, tak kusangka para Elf Lythari benar-benar ada, kukira itu hanya mitos"ucap Pria itu dengan nada sombong.
"Oh perkenalkan, aku Dafaf sang peneliti terhebat di seluruh Dunia. Sekaligus raja baru di Lapisan Orc"
"Apa maksudmu raja baru?"Atta
"Oh sepertinya informasi yang kudapat tidak salah, kalian memang bukan dari Lapisan ini, kalian tak tahu apa-apa"
"Bacot lah"ucap Rintaf santai
"Apa kamu bilang? Pasukan serang!!"ucap pria itu marah.
Kemudian dari tanah dan dinding keluar Red monster yang menyerang kami ketika di rumah Gil. Mereka langsung menyerang kami tanpa basa-basi. Ini akan sulit karena senjata kami berada di genggaman Pria itu, kami bertarung dengan tangan kosong, monster itu tetap tidak ada apa-apanya dengan Zira. Tanpa sepatunya zira tetap petarung yang tangguh, Disal memanfaatkan waktu, semuanya sedang sibuk bertarung dia mencari kesempatan untuk mengambil kembali senjata kami. Lama kami menunggu, tapi itu membuahkan hasil. Akhirnya Disal kembali membawa senjata kami lengkap
"Gua juga udah tau dimana Natha di tahan"ucap Disal lalu memberikan kami kembali senjata kami, kami mendominasi pertarungan, Pria itu tampak panik, dan mencoba lari, namun Pintu sudah tertutup oleh Script magic milik Atta. Hingga akhirnya monster itu habis, tersisa pria itu disitu.
"Kalian pikir kalian sudah menang? Hahaha, ini masih terlalu awal. Tunggu pembalasanku"ucap pria itu lalu tertawa, tawanya menjijikkan membuat yang lain geram ingin membunuhnya secepatnya. Tapi, sebuah portal merah gelap tiba-tiba terbuka disamping pria itu, lalu melahap pria itu tak menyisakan apapun.
"Kemana si kampr*et? Tadi itu apa t*i!!"ucap Rintaf emosi dan bingung dengan kejadian tadi, yang lain tak tahu dan segera melupakan itu, Disal langsung mengantar kami ke Ruangan tempat Natha ditahan. Kosong??!! Disana kosong, tak ada apa-apa
"Sial!! Sepertinya dia juga membawa Natha"ucap Atta. Kami terdiam memikirkan kira-kira tempat mereka lari, ya Lab yang ada di hutan!! Aku langsung memanggil Garuda, membawa kami terbang mencari Lab itu.
Garuda terbang perlahan diatas hutan. Mencari-cari sebuah lab yang kata Gil terletak di tengah hutan.
"Disana!!" Ucap Atta berteriak menunjuk sebuah bangunan aneh di tengah hutan. Kami langsung turun di tempat itu, ketika kami masuk benar ini sebuah lab, kami langsung memeriksa sekitar, kosong tak ada siapa-siapa. Tapi, masih ada beberapa alat yang menyala, dan bahan-bahan disini masih baru. Sepertinya lab ini baru saja ditinggalkan beberapa menit lalu
PPAAKKK!!
"Anj*ng!! Telat"ucap Rintaf emosi lalu memukul meja.
Tak ada pilihan lain, kami tak tahu dimana Natha dibawa, kami kembali ke Istana, mencari informasi tapi tak mendapat apa-apa, lalu bertemu Gil di sebuah Sel bersama seseorang.
"Tolong!! Tolong Raja!"ucap Gil
Raja?? Alea dan Rey langsung memeriksa kondisi orang itu. Mengobati orang itu dengan cepat.
"Udah gak apa-apa, kondisinya udah baikan"ucap Rey
"Memangnya dia siapa?"Atta penasaran
"Dia adalah Raja Orc yang sebenarnya. Aku tidak tahu kalau dia ditahan dan digantikan oleh Raja itu"
Kami sekarang mengerti kenapa para Orc membenci para Bangsawan, dan kenapa keadaan Dunia Orc rusak dan kacau seperti ini.
***
Satu minggu kemudian Raja kembali berkuasa dan menerima tawaran kami untuk menjadi sekutu, para rakyat bersorak bahagia mendengarnya. Malam ini adalah malam perayaan Raja mereka kembali, banyak pertunjukan menarik disini, seperti tarian adat mereka tunjukkan dan ritual-ritual lainnya. Untuk malam ini kami kembali tenang menikmati indah dan sejuknya angin malam, besok atau seterusnya kami tak tahu. Orc sudah menjadi sekutu kami, masih ada Tiga Dunia lagi yang harus kami ajak untuk bersekutu, dan Natha, dimana dia sekarang?.