Chereads / THE SEVEN WALLS: Dewa & Iblis / Chapter 12 - CHAPTER 11

Chapter 12 - CHAPTER 11

Kami langsung berlari menuju sumber dari suara teriakan itu. Disana nampak gadis kecil bertelinga dan ekor serigala dikerumuni oleh serigala besar. Aku spontan melompat kearah gadis itu, mencoba menyelamatkannya dari terkaman serigala besar lainnya. Darah muncrat keluar dari punggungku karena luka dari terkaman serigala itu. Zira langsung melompat, menendang serigala itu dan terpental sekitar 5 meter, yang lain juga langsung bersiap mengambil posisi menyerang. Tak sulit mengalahkan mereka, kami menang, dan sebagian dari mereka lari.

"Aku tak percaya ras Elf Lythari masih ada"ucap Biru bersemangat

"Namamu siapa? Kamu tinggal dimana? Dimana Elf Lythari lainnya?"tanya Biru antusias melihat gadis itu. Aku menatap Biru bingung, apa itu Elf Lythari?

"Biru, tenanglah kamu lihat kondisinya, dia ketakutan"ucap Alea, lalu Biru terdiam merasa bersalah.

"Gimana? Udah agak enakan?"tanya Rey. Rey sekarang memiliki kemampuan meracik yang hebat tentu dengan bantuan Alea yang juga hebat dalam skill pembantunya. Lalu aku mengangguk mengisyaratkan iya sudah tidak apa, aku kemudian melihat sekitar mencari gadis kecil itu, aku melihatnya tenang ketika dirawat oleh Alea dan Biru.

"Kita harus mencari tempat yang lebih aman"ucap Atta

"Sini kak, ikut Natha"ucap gadis kecil itu, dia pendek memiliki rambut panjang hitam dengan telinga dan ekor serigala.

Kami tiba disebuah gubuk tua yang lusuh dan sudah tak layak huni

"Masuk kak"ucap gadis kecil itu lalu kami semua masuk, didalam sempit, lantainya tanah yang lembab, atapnya sudah bolong-bolong pasti ketika hujan rumah ini basah diluar dan dalam.

Lama kami menunggu, gadis kecil itu tak kunjung kembali

"IBUUU!!!"suara teriakan gadis kecil itu terdengar dari sebuah ruangan dalam gubuk tua kecil ini, lalu kami bergegas masuk keruangan itu

"Ada apa?"tanyaku

"Ibu, Natha mohon tolong ibu"ucap gadis itu dengan pipi yang basah karena air mata, wajahnya pucat dan penuh kebingungan. Rey dan Alea maju mencoba melihat kondisi ibu itu. Rey dan Alea sudah mondar-mandir mencari ramuan di tasnya. Sibuk mengatasi Ibu gadis kecil ini.

Rey kemudian tiba-tiba terdiam, melihatku dan gadis itu lalu menggeleng pelan. "Maaf, dia udah gak bernyawa"ucapnya. Tangis gadis itu pecah, menangis sejadi-jadinya. Gubuk lusuh ini lengang, hanya menyisakan suara tangisan gadis itu, kami terdiam.

Ini terlalu dini untuk gadis sekecil ini, mengalami masa kecil yang menyedihkan kuharap ia bisa kuat menerimanya.

"Maafkan aku, aku dan teman-temanku tidak bisa menolongnya"ucapku

"Gak apa-apa kak, aku sudah tau hari ini akan terjadi"ucap gadis kecil itu dengan senyuman yang terpaksa dan masih menyisakan pipi yang basah. Dia gadis yang tangguh Biru tersenyum melihatnya lalu spontan memeluknya mencoba menghangatkannya di malam yang dingin tapi dia langsung menghindar.

"Maaf kak, jangan sentuh Natha, Natha tidak ingin kakak jadi kenapa-kenapa"ucapnya, yang lain bingung tidak mengerti apa yang dia maksud

"Natha punya sihir racun dan rasa sakit. Siapapun yang Natha sentuh dengan tangan ini akan terkena racun berbahaya yang akan langsung menjalar keseluruh tubuh"ucapnya.

"Namaku Natha, nama kakak siapa?"ucap gadis itu, sebenarnya kami sudah tau karena dia slalu menyebut namanya. nama yang indah, dari bahasa sansekerta yang artinya pelindung. Biru kemudian memperkenalkan diri dan yang lainnya juga.

"Kata Ibu, kita para ras Elf Lythari hidup berpisah dan bersembunyi, karena ketua ras elf sudah tak menganggap kita sebagai ras elf karena sihir kita yang berbeda dengan mereka. Kita bisa berubah menjadi serigala dan mempunyai sihir mematikan lainnya. Karena itu, kita pergi dari lapisan elf dan sampai disini kak. Natha tidak tau dimana yang lain. Kata ibu, Natha dan ibu terpisah dengan yang lain"

"Ibu terkena penyakit karena Natha, Natha tidak sengaja menyentuhnya karena ingin membangunkannya, Natha bukan anak yang baik"ucapnya lalu memukul-mukul dirinya sendiri

"Sudahlah, Natha anak yang baik kok, sudah mau membawa kami kesini untuk menyelamatkan ibu"ucap Biru

"Benarkah? Natha anak baik?"dia langsung tersenyum lebar seperti melupakan beban yang ia rasa. Memang dia masih kecil dan polos

"Baiklah, gua rasa ini udah cukup. Kita harus terus berjalan ke Istana Orc untuk mengajak mereka bernegosiasi agar mau bersekutu"ucap Rintaf langsung serius

"Tapi bagaimana dengan Natha?"Biru

"Gua gak tau"ucap Rintaf tak peduli

"Natha boleh ikut gak? Pliss Natha boleh ikut ya kak"ucap Natha

"Serah" jawab Rintaf tak menghiraukan

Sekarang anggota kami bertambah, jadi 13 orang, seorang gadis kecil dengan sihir mematikan.

Sepanjang perjalanan ini, tidak ada apa-apa yang mengganjal, tetapi ketika kami hendak masuk kekota ada seseorang di depan gerbang itu.

"Berhenti!! Ras lain dilarang keras untuk memasuki kota!"ucap seorang penjaga gerbang itu

"Kami hanya sekumpulan petualang yang ingin mencari tempat menginap"ucap Disal berbicara

"Tidak!! Pergi kalian, kami melarang ras lain memasuki kota kami"ucapnya lagi membentak. Kemudian kami hanya bisa terdiam, tak bisa melawan, lalu menjauh. Kami berniat untuk memasang tenda dihutan dekat kota itu untuk mengistirahatkan tubuh, Laki-laki ditugaskan untuk berjaga bergantian.

Aku jadi yang pertama berjaga. Tak cukup lama, yang lain sudah tertidur pulas

"Capek mungkin"ucapku lalu menguap. Sudah setengah jam aku menjaga tapi tak ada apa-apa, membosankan. Aku kemudian memanggil Polu untuk menemaniku sekaligus melihat sekitar, aku melihat masuk ke dalam kota itu dari langit, benar nampaknya mereka tidak akan membiarkan ras lain masuk, didalam sana hanya ada para Orc yang hidup tenang.

Sudah 1 jam aku berjaga, masih ada 1 jam lagi, aku melatih sihirku ditengah hutan, agar tidak terlalu membosankan. Aku membuat tameng hijau besar mengelilingi hutan seluas 5 meter, aku baru mempelajari sihir ini, sihir support/penolong. Didalam tameng ini aku bebas melakukan apa saja karena kedap suara, dari luar tameng ini tak ada yang bisa melihatnya, tapi dari dalam aku bisa bebas melihat kemana saja dan bisa tetap berjaga, aku berlatih sihir baruku memanggil garuda, aku belum pernah memanggilnya dari dulu, dan ini yang pertama kalinya

Dia tampak lebih besar dari dekat

"Ada apa tuan?"ucap garuda, aku langsung kaget karena dia menciptakan suara yang besar tapi tak membangunkan yang lain, karena tameng ini juga kedap suara

"Para White Monster dan Black Monster memiliki kemampuan khusus. Tidak seperti monster lain, salah satunya adalah kami bisa berbicara setelah menjalin ikatan"

Garuda menjelaskan banyak, dia memiliki banyak informasi tentang para monster dan monster-monster milikku, sudah hampir 2 jam, saatnya bergantian. Aku lengah tidak memperhatikan Tenda lebih ketat, aku tidak melihat Natha di tenda, aku memanggil Polu untuk membantuku melihat sekitar mencari Natha, tapi tak ada, hanya ada serigala aneh disana. Sudah lumayan lama aku mencari Natha, tapi tak melihat apapun.

"Natha bilang, ras mereka bisa menjadi serigala bukan? Jangan-jangan serigala tadi Natha?"aku langsung pergi mengambil busurku lalu mencari serigala itu.

"Natha? Itu kamu kan?"

Serigala itu menggeram melihatku, matanya terang di kegelapan malam. Dia langsung loncat menerkamku, aku tak bisa apa-apa, aku tidak bisa bertarung jarak dekat. Dia berdiri diatasku, mengunci badanku dengan kaki besarnya. Tapi kaki serigala ini tidak mengeluarkan racun seperti tangan Natha. apa aku salah? Ini bukan Natha? Kaki serigala itu membiru, seperti akan mengeluarkan sesuatu.

Tiba-tiba ada tanah keras terbang mengenai serigala itu, membuat serigala itu terlempar melepaskan genggamannya terhadap tubuhku.

"Arga?" Aku spontan melihat kearah tanah itu berasal. Disana Arga berdiri mengacungkan senjatanya.

"Cepet bangun trus lari. Lu disuruh jaga kok malah jauh banget dari tenda, yang lain lagi pusing nyariin"

"Rey! bilang ke yang lain, Senja udah ketemu. Tapi, Natha blum"ucap Arga menggunakan telepati Rey

"Itu Natha. Awalnya aku tak percaya karena dia tidak beracun, tapi ketika kakinya membiru dan akan mengeluarkan sesuatu, aku percaya itu Natha"ucapku menunjuk serigala itu.

Tak lama, yang lain datang menolong kami, sebenarnya Arga bisa saja dengan mudah membunuhnya tapi aku melarangnya karena itu Natha.

"Seharusnya para Lythari bisa mengendalikan dirinya ketika menjadi serigala"ucap Biru. Tak ada yang menjawab, yang lain berusaha mengepung serigala itu, lalu mengikatnya.

"Jika memang ini Natha, pasti dia akan berubah kembali ketika terkena sinar matahari nanti"ucap Alea. Ini sebenarnya terlalu kejam untuk seorang gadis kecil, tapi sekarang dia bukan gadis kecil, lebih tepatnya serigala besar yang bisa mengamuk kapan saja.

"Hey bangun!"ucap Armi, dia yang terakhir berjaga tadi malam. Aku langsung melihat keserigala itu, benar saja dia Natha, dia memiliki banyak luka lebam-lebam ditubuhnya karena tadi malam. Aku langsung melepaskan tali yang mengikatnya, Rey dan Alea mengobati luka-lukanya.

"Kak?"

"Hmm?"

"Natha nakal ya kak?"

Aku langsung tersenyum melihatnya

"Gk kok, bukan Natha yang nakal. Tapi Dunia yang nakal biarin gadis imut kayak kamu jadi gini"tanpa sadar air mata keluar dari mataku, aku seperti merasakan rasa pahitnya dunia yang selama ini ia jalani. Diusir karena Rasnya, Hidup terpisah dari keluarganya, ditinggalkan oleh Ibunya, memiliki sihir yang tidak bisa ia kendalikan, Menjadi serigala buas setiap malam. Banyak masalah yang ia hadapi dalam usia seperti ini.

"Gapapa Natha, kita semua ada kok untuk Natha. Natha gk bakal sendiri lagi"ucapku lalu memeluknya dia mencoba menjauh, tapi aku tetap menariknya lalu memeluknya, dia membalas pelukanku dengan erat. Mungkin dia tidak pernah memeluk seseorang sejak dulu, bahkan walau hanya menyentuh. Tiba-tiba pengelihatanku kabur lagi, mungkin aku terkena racunnya. Yang terakhirkali kuliat disana ada Natha yang sedang menangis memanggil-manggil namaku.