Chereads / THE SEVEN WALLS: Dewa & Iblis / Chapter 13 - CHAPTER 12

Chapter 13 - CHAPTER 12

Toktoktok!! Suara ketukan dipintu rumah. Suara itu hampir tak terdengar karena badai diluar sangat keras.

"Yah? Sepertinya ada yang mengetuk pintu"ucap seorang wanita berusia 20an.

"Tidak mungkin Bun, masa hujan badai begini ada yang bertamu"jawab seorang pria seumuran dengannya yang duduk santai di depan televisi.

"Yasudah biar Bunda yang buka"

Ketika wanita itu membuka pintu rumah. Tak ada siapa-siapa diluar sana, hanya ada sebuah keranjang bayi yang diletakkan dikaki pintu, suara tangisan terdengar dari dalam keranjang bayi itu. Ketika wanita itu membuka keranjang itu. Nampak seorang bayi laki-laki disana. Wanita itu melihat sekeliling mencari orang yang meninggalkan keranjang bayi disini, tapi tak ada siapapun disana, hanya ada angin kencang membawa sampah-sampah beterbangan. Dia membawa bayi itu masuk

"Ayah!! Tolong"

"Ini anak siapa Bun?"ucap pria tadi melihat bayi yang digendong wanita itu.

"Bunda tak tahu Yah"

"Trus untuk apa bunda bawa dia masuk?"

"Kasihan pah, dikuar hujan deras dan badai bersusulan. Kita rawat ya Pa? Kita beri nama Senja, menandakan suatu hal indah yang dimiliki langit"

***

Sudah tiga tahun sejak kejadian itu.

"Bunda? Adik kecil nanti namanya siapa?"tanya Bayi polos itu

"Senjani. Senjani Akyan, mirip seperti namamu"ucap wanita itu membelai perutnya yang sedang mengandung dan kepala anak kecil itu bersamaan dengan lembut.

6 bulan pun berlalu, malam itu di kaki wanita keluar banyak sekali darah, wanita itu berteriak meminta tolong untuk segera dibawa ke Rumah sakit.

"Yah? Senja ikut"ucap anak kecil itu lalu memegang kaki pria yang sudah menjadi ayah angkatnya.

"Jangan ganggu!! Bunda harus segera dibawa ke Rumah sakit"Pria itu lalu melepas pegangan anak kecil itu dikakinya dengan kasar, membuatnya terhempas kelantai. Anak itu menangis. Tapi tak ada yang mendengarnya dia sendirian dirumah tak ada siapa-siapa. Dia akhirnya tertidur, didekat pintu menunggu pria dan wanita itu kembali.

"Ini semua karena anak bangs*t ini!"

"Sudahlah Yah, dia tidak bersalah, dia hanya anak kecil polos yang tak tahu apa-apa". Pertengkaran terjadi antara wanita dan pria itu. Wanita itu kemudian menggendong anak kecil itu, menidurkannya di pangkuannya.

"Tidur tidur, tidurlah Senja sayang. Dunia indah ini akan selalu bersamamu, dia tidak akan meninggalkanmu. Jadi tidurlah sayang"ucap wanita itu bernada indah dengan suara lembutnya, mengelus-elus kepala anak itu. Air matanya berjatuhan mengenai anak itu, membuat anak itu semakin terlelap. Ketika anak itu terbangun, ia sudah berada di atas kasur tak dipangkuan wanita itu lagi. Anak itu langsung pergi melihat keranjang bayi yang sudah disiapkan Mama untuk adiknya Senjani. Dia pikir adiknya akan berada disana, tapi disana kosong tak ada siapapun.

"Bun? Adik senjani mana?"tanyanya berlari kedapur menemui wanita yang sudah menjadi ibu angkatnya.

"Oh, dedek ada di rumah nenek. Kata nenek, dedek disana dulu"ucap wanita berbohong. Anak itu berpikir bahwa kata-kata wanita itu benar. Akhirnya anak itu selalu menulis dan mengirimkan surat untuk adiknya di rumah neneknya. Sekarang anak itu sudah tahu kalau wanita itu berbohong, namun tetap berpura-pura percaya.

Sudah 5 tahun sejak saat itu, dan Senjani adiknya belum pernah datang kerumah. Hingga akhirnya mereka pindah kesingapura, anak itu terus menulis surat untuk senjani, lalu mengirimnya kerumah nenek. Tapi tak pernah ada jawaban. Anak itupun terus mencari kebenarannya, ternyata Senjani hilang ketika dirumah sakit. Para penjaga Rumah Sakit sudah mencari dan memeriksa semuanya tetapi tidak ada, bukti satu-satunya hanyalah rekaman CCTV yang menunjukkan ada sosok bercahaya masuk keruangan tempat senjani ditempatkan. Lalu menghilang, dan setiap anak itu ingin membahas tentang Senjani, Ayahnya langsung memarahimya, memintanya untuk tak membahasnya.

***

"Woi senja bangun!! Bangunlu kampret"

"Senja bangun! Jangan buat yang lain khawatir"

"Kak Senja, maafin Natha! Natha harusnya menghindar bukannya meluk kak Senja"

Aku mendengar suara yang lain, aku membuka mataku perlahan. Mereka tampak khawatir, aku mencoba tersenyum

"Aku gakpp kok"

"Gapapa gimana? Lu udah kayak mau mati anj*r, badan lu biru semua. Lu udah sering pingsan, pengen matilu?"ucap Rintaf tampak sangat khawatir, membuatku senang melihat yang lain mengkhawatirkan aku, lalu Alea membawa sebuah gelas berisi cairan Hitam pekat

"Minumlah, ini ramuan penangkal racun yang baru kubuat"

Aku meminumnya, rasanya pahit sekali, tapi itu langsung membuatku menjadi lebih baikan.

"Lu jangan sok kuat, ada kami disini, kita semua teman lu, kalau lu ada apa-apa bilang, cerita sama kita jangan jadiin beban sendiri. Dulu lu kan yang bilang gitu ke kita kalau kita ada masalah? Sekarang, lu yang harus cerita ke kita"ucap Rey. Itu adalah kalimat yang ingin sekali kudengar dari orang. Tidak, ini bukan pertama kalinya, mereka selalu berkata seperti itu, tapi aku tak pernah memaknainya. Air keluar dari mataku tanpa sadar.

"Maaf, aku cengeng"ucapku lalu tersenyum

"Bukan cengeng itu. Tapi, matamu berkeringet"ucap Arga, lalu yang lain tertawa.

"Eh Mob, kok lu diem-diem aja? Tumben"Arga bertanya

"Gpp, males aja".

Kami melanjutkan perjalanan, mencari tahu Ibu kota Negeri ini, karena kata Frencs Lapisan lain hanya memiliki Satu Negara, tidak seperti bumi yang memiliki banyak negara. Jadi kami bisa lebih mudah mencari Istana dan bertemu dengan Raja, sekarang hanya tinggal mencari ibu kota. Dari peta bunga milik Alea, 20kilometer dari sini ada perkotaan, mungkin disana kami bisa menanyakan ibu kota berada.

Kota ini lebih ramai dari yang sebelumnya, dan tak ada penjaga digerbangnya, disini tak terlalu banyak ras lain. Entah kenapa bagi mereka ras berbeda tak menjadi pertanyaan lagi, tapi bagi manusia? Mereka menganggap makhluk-makhluk itu seperti sangat berharga yang berbeda dari yang lain. Manusia terlalu berambisi dengan rasa ingin tahunya, membuat mereka berbeda. Dan bahkan membuat mereka memiliki keegoisan dan keserakahan yang besar.

"Permisi? Tuan tau dimana ibu kota berada?"aku bertanya kepedagang sekitar, tapi mereka malah mengusirku.

"Kalian kemarilah!"teriak Seseorang memanggil kami. Aku hendak kesana tapi Disal memegang tanganku mencegahku

"Jangan terlalu cepat percaya sama orang Ja"

Aku mengangguk, lalu bertanya kepedagang lain namun responnya sama.

"Jarang sekali ras Manusia ada disini, apalagi Elf. Bangsawan!!?"ucap pria yang berteriak tadi datang disamping kami

"Ikut aku"ucap pria itu kemudian menarikku dan yang lain hanya mengikut.

"Kalian tidak boleh berkeliaran, kami para Orc tidak menyukai Bangsawan, makanya kalian diusir oleh pedagang-pedagang tadi" pria itu membawa kami ke sebuah rumah, lalu masuk keruang bawah tanah.

"Ada apa dengan Bangsawan?"tanya Disal "Bangsawan menurut kami hanyalah manusia rendahan dengan darah suci yang mengalir ditubuh mereka, memanfaatkan kedudukannya untuk menindas masyarakat biasa"

"Tapi tid--"

"Kenapa kalian berkata seperti itu?"Disal memotong pembicaraan Alea

"Karena Raja baru kami merupakan bangsawan. Bangsawan yang tamak akan harta dan pengetahuan. Dia sering menjadikan masyarakat sebagai bahan percobaan penelitiannya, dan memanfaatkannya lagi untuk di jual ke Lapisan Satan. Lalu dijadikan sebagai pembantu atau petarung"

"Kalau boleh tau. Dimana Raja itu berada?"

"Raja ada di Istana, tapi dia lebih sering ke Labnya di Tengah hutan"

"Dimana istana itu berada?"

"Dipusat kota ini, pusat Ibu Kota Diroar"

Susah payah kita bertanya, ternyata kita sudah berada di ibu kota. Bikin capek aja

"Kalau Labnya?"

"Labnya berada di tengah Hutan Croa, hutan itu terletak jauh dari sini"

"Terimakasih atas informasinya tuan"

"Sama-sama. Gilga panggil saja Gil"ucap pria itu menjabatkan tangannya

"Jadi apa tujuan kalian pergi kelapisan Orc ini. Aku tahu kalian bukan penghuni Lapisan ini"

"Kami hanya petualang biasa Gil"ucap Disal merahasiakan tujuan kami

"Jangan berbohong, aku tak suka dibohongi"ucap Gil dengan nada tinggi

"Maaf. Tapi ini rahasia"

"Kalian masih tidak percaya denganku? Aku mengetahui Lapisan dunia yang tak semua orang tau, aku juga mempunyai kunci untuk pergi ke Lapisan Satan"

Kami terkejut dengan pernyataan Gil barusan.

"Kami berniat untuk menghentikan pertarungan Dewa dan Iblis, dan membuat ke7 lapisan dunia tetap damai"ucapku membocorkan

"Demi Tuhan!!? Kalian yakin dengan keputusan kalian itu? Kalian tahu apa yang akan kalian hadapi? Iblis dan Dewa!"ucap Gil tidak percaya dengan kami

"Kami yakin dengan keputusan kami, menyelamatkan dunia, melindungi orang yang tidak tahu apa-apa"

"Sungguh, kalian memiliki hati yang mulia, sudah sekitar tiga ratus tahun lalu aku tidak melihat sekumpulan orang seperti kalian. Kalian akan melewati perjalanan yang panjang anak-anak. Berhentilah, tidak akan ada yang bisa menghentikan pertarungan itu, aku tahu tujuan kalian baik. Tapi, itu sangat berbahaya"

"Tidak Gil, kami sudah membulatkan keputusan kami, kami tahu didepan akan banyak sekali rintangan yang tidak mudah, tapi ini jalan yang kami pilih, tak ada lagi kesempatan untuk mundur bagi kami. Kami akan melanjutkannya"tegasku

"Hati yang sungguh suci, kupikir takkan ada orang dengan hati seperti kalian lagi, kupikir dunia ini akan hampa dan berjalan mengikuti alur. Tapi, Tuhan mengirim kalian, mengirim kalian untuk Dunia. Ini ambillah kunci untuk membuka Lapisan Satan, aku akan mengantarkan kalian ke Istana"ucap Pria itu dengan mata berkaca-kaca memberi kami kunci Tembok selanjutnya. Tapi, sebelum itu kami harus bisa meyakinkan Rajanya agar bisa bersekutu.

"Jangan bergerak!!"ucap seorang penjaga. Rumah Gil dikelilingi oleh banyak sekali pasukan. Entah bagaimana caranya mereka bisa mengetahui bahwa kami ada disini. Tanpa basa-basi Rintaf langsung meloncat menyerang barisan pasukan itu, yang lain juga langsung menyerang, pertarungan terjadi. Makin lama jumlah mereka bertambah, mereka mengirim pasukan tambahan untuk menangkap kami. Arga membuat sesuatu dari tanah, itu berbentuk sebuah Golem tapi tak bisa bergerak, Alea menggunakan sihirnya merasuki Golem itu, bergerak!, golem itu berada dibawah kendali Alea, nice combo!! Arga Alea! Pertarungan masih berlanjut, kami kelelahan, ramuan penyemangat Rey juga sudah habis. Kami terpojokkan, yang lain memasang wajah pasrah

"Jangan menyerah!! Gimana mau nyelametin dunia? Klo pasukan Orc gini aja udah kalah"ucap Rintaf membuat yang lain tersenyum, kembali bersemangat, Rintaf, Zira, dan yang lain membara. Dalam ikatan yang terjalin, aku membutuhkanmu, penjaga bumi. Datanglah Garuda!!! Serangan Garuda langsung merobohkan sebagian dari pasukan itu, Sayap besarnya membuka membuat langit gelap. Tapi, pasukan Pemanah Orc datang menyerang Garuda dari jarak jauh, pasukan mereka memiliki rencana Matang, kami terus bertahan. Sulit untuk bisa memecahkan Formasi mereka. Garuda menguras banyak sihirku, aku mengembalikkannya dan memanggil Orthus dan Polu. Blue Monster tak terlalu banyak menguras sihir.

Sudah hampir 2 jam kami bertarung, dengan rencana efektif dari Alea, akhirnya kami menang, kami bisa memukul mundur pasukan kerajaan. Tapi, ini baru saja dimulai.