Frencs masuk kedalam batu kristal, lalu kemudian aku memanggilnya kembali.
"Terimakasih tuan Senja. Apa yang anda butuhkan?"ucap Frencs, seketika malaikat tua dan berjenggot panjang tadi berubah menjadi remaja tampan sumuran kami, dengan bentuk tubuh manusia.
"Lah lu siapa anjir? Senja emanglu pernah jalin ikatan ama manusia?"tanya Mob
"Gak, ini Frencs"ucapku menggeleng
"Malaikat yang telah menjalin ikatan, akan mengikuti sesuai keinginan tuan kami. Salah satunya bentuk tubuh kami. Jadi? Apa yang tuan Senja dan teman-temannya inginkan?"
"Kami mau nanya lagi. Gimana caranya kita bisa berpindah dunia atau kelapisan dunia yang lain?"tanya Atta
"Caranya adalah melalui pintu. Setiap dunia memiliki pintu disetiap dindingnya, dan setiap pintu memiliki kunci"
"Dimana pintu itu?"
"Pintu itu adalah True Dungeon. Dan kuncinya ada pada Boss True Dungeon itu"
"Jadi sekarang kami berada dipintu itu. Pintu ini menuju kelapisan yang mana?"
"Ini menuju lapisan Orc. Setiap lapisan dunia akan memiliki 2 pintu, untuk ke kanan dan kekiri. Dilapisan Manusia ini juga ada Dua, tapi yang Dungeon dibarat telah di taklukkan"
"Siapa yang menaklukkannya?"
"Maaf tuan, saya tidak tahu pasti"
"Jadi, Apakah kami bisa kelapisan Orc?"
"Tentu. Tetapi dengan kuncinya" lalu Frencs mengambil sebuah kunci di dalam peti yang ada di dalam penyimpanan sihirnya
"Ini adalah kunci pintunya. Kalian bisa berpindah ke lapisan Dwarf dengan Kunci ini di tempat ini"
"Cuma tempat ini doang? Gk bisa tempat lain?". Frencs menggeleng mengisyaratkan tidak.
"Apakah ada cara agar bisa memberhentikan pertarungan antar Dewa dan Iblis ini?"ucapku bertanya
"Maaf tuan, Saya tidak tau pasti. Tapi yang saya tau adalah dengan memberitahukan atau mengajak Ras lain bersekutu dan tak ada lagi yang menjadi pion. Atau pergi ke dunia Iblis dan Dewa untuk memberikan bendera damai. Tapi itu sangat beresiko tuan"
"Jika pertarungan itu selesai apakah Dunia bisa kembali Damai?"
"Kemungkinan besar, Iya".
Setelah memperoleh informasi dunia ini dan mengetahui permasalahan yang ada pada dunia ini. Ini menggerakkan hatiku, aku berpikir untuk menyelamatkan dunia, mungkin ini terlalu heroik untuk seseorang lemah sepertiku, yang baru mengenal dunia ini.
"Senja. Gua tahu lu pengen banget nyelametin dunia ini, tapi lu sadar sama kemampuan kita. Gua juga gitu, tapi klo kita bisa kenapa nggak? Gua tau bakalan berbahaya, tapi jika hanya 7 nyawa yang akan tertumpah demi dunia ini. Kupikir tak akan terlalu berpengaruh. Senja, kuy kita nyelametin dunia"ucap Rey dan yang lain, mengulurkan tangan mereka dengan senyuman hangat. Tanpa sadar, air mata membasahi pipi ini, haru akan jiwa mereka yang selalu bersemangat, tak pernah padam walau mempertaruhkan nyawa sekalipun.
***
Sudah 6 bulan kami berlatih, meningkatkan kemampuan kami, agar bisa bersaing demi Dunia. Armi, Biru, dan Alea juga ikut berlatih, berniat ikut menyelamatkan dunia bersama kami.
Kami pergi keIstana, mencari Zira dan Tara mengajak mereka berdua untuk ikut, Zira tanpa berpikir panjang langsung mengiyakan, Tara awalnya dia takut, namun akhirnya mengiyakan. Kami tak berniat mengajak orang lain yang tak kami kenal, karena kami pikir bisa saja mereka membocorkan rencana kami ke lapisan Iblis atau Dewa, lalu mencegah kami.
Kami masih sering berlatih dan mencari informasi melalui Frencs. Kami meningkatkan skill, dan mencari skill baru. Atta menemukan sihir baru yang lebih cocok untuknya Magic Script, begitulah nama sihir yang baru ia kembangkan, sihirnya dapat membuat/menciptakan sesuatu dari apa yang dia tuliskan misalnya dia menulis api, tulisan itu akan terasa dan berbentuk persis seperti api. Dan dengan kecerdasan yang ia miliki, sihir itu sangat membantu banyak, jadi Atta lebih memilih untuk fokus pada sihir itu. Banyak peningkatan yang terjadi pada kami, Mob dan Biru sudah menjadi pasangan, mungkin sejak dua bulan terakhir. Arga Alea sudah mempelajari banyak combo skill yang hebat, begitu pula dengan Mob Biru.
Frencs memberi kami senjata baru yang lebih kuat, Rintaf pedang Api baru yang bisa memudahkannya untuk menggunakan sihir elementnya. Zira diberikan sebuah sepatu milik keluarga Fanalis, sepatu yang sekali menendang bisa menghasilkan guncangan bertegangan tinggi, dan bisa meruntuhkan sebuah rumah besar sekali serangan, sepatu ini terbuat dari besi dari tanah Elf yang terbaik, sihir Zira adalah penguatan diri, dan gravitasi. Lalu Tara dengan sihir ledakannya, diberikan pisau kecil dan armor tahan ledakan. Arga diberikan tombak baru, terbuat dari besi terbaik sama seperti milik Zira dan tombak ini bisa berubah menjadi Double Stick/Ninchaku. Atta dengan pulpen udara, dia bisa menulis di udara tanpa harus membawa kertas untuk menggunakan sihirnya. Disal tak meminta senjata baru, tapi ia tetap diberikan Gelang bayangan, bisa mengeluarkan bayangan dan menyerap bayangan dengan mudah. Aku diberi monster-monster dan batu pemanggilan baru, dan sekarang jumlah Monsterku ada 12. Reynal diberi palu baru yang bisa berubah menjadi tameng dan menyerap serangan lawan. Biru dan Alea mendapatkan cincin pengendali mana, bisa membuat mana mereka bertambah banyak. Armi tak meminta apa-apa, bergantung pada sihirnya sendiri dan banyak mendapatkan skill baru berkat Frencs, seperti memerintah Monster di sekitar. Mob sudah punya pedang Iblis yang diberikan di Dungeon dulu. Kami merasa sudah siap melakukan perjalanan ini, kami sudah melakukan latihan yang cukup keras, dan dengan senjata dan peralatan yang diberikan Frencs, membuat kami semakin kuat.
"Buat apa coba kita latihan trus dikasih senjata kalau Frencs bisa memberikan dan mengabulkan semuanya"ucap Mob
"Maaf tuan Mob, saya sebenarnya tidak bisa mengabulkan semua permintaan kalian, tetapi saya hanya memberikan apa yang saya miliki di penyimpanan saya yang mungkin bermanfaat untuk kalian. Dan kelemahan kami para malaikat ikatan adalah tak bisa terpanggil tanpa adanya cahaya yang tetap, semakin kecil cahayanya saya akan semakin lemah, serta semakin kekanan Lapisan dunia, akan semakin Gelap"
***
Kami sudah berada di dalam Dungeon Timur, aku sudah memegang kuncinya lalu membuka portal ke Lapisan Orc.
Setelah melewati portal itu, kami berada di sebuah ruangan, ruangan ini agak gelap. Sepertinya ini juga adalah Sebuah Dungeon, dungeon tua yang sepertinya belum pernah tersentuh. Kami sudah agak lama berkeliling, mencari jalan keluar dari Dungeon ini
"Sepertinya pintu keluarnya sudah tertutup oleh reruntuhan dan lumut, karena dungeon ini sudah lama"ucap Atta. Lalu Alea menggunakan sihirnya untuk melihat posisi atau peta di tempat ini. Tapi tak lama setelah Alea mengeluarkan sihirnya, suara muncul dari arah lain, seperti suara monster. Kami bersembunyi, Monster itu berbeda dari monster lainnya, bentuknya mirip dengan tubuh manusia, tidak seperti monster pada umumnya, dan anehnya monster ini bisa berbicara.
"Dunia ini juga berbeda, kita harus segera terbiasa"ucap Disal, kemudian kami mengangguk mengiyakan, lalu kami mengikuti monster itu, dia sedang berjalan-jalan di Dungeon ini
"Dungeon ini aneh ya, tapi keren juga"ucap salah satu monster itu, kami bisa mengerti bahasa mereka karena bantuan dari Frencs memberikan kami Mantra agar bisa mengetahui semua bahasa.
"Pulang aja yuk, udah gelap"ucap monster itu, lalu mereka berjalan sepertinya mereka mau keluar lalu kami mengikuti mereka dan akhirnya melihat jalan keluar.
Setelah berpikir bahwa monster itu sudah jauh, kami melangkah keluar.
"Tolooong!!!"suara wanita berteriak dari luar.