Ini adalah misi pertama kami. Membasmi monster di Desa Falru. Armi meminjamkan kami mobil untuk pergi ke desa itu
"Untung gua bisa bawa mobil, klo gak ya gak bisa jalan kita"ucap Arga memuji diri
"Gua juga sebenarnya bisa, tapi ntar bikin jalan baru ketemu tuhan"ucap Mob membuat ketawa pecah di mobil.
***
Ketika kami tiba, kondisi desa ini porak poranda, banyak rumah yang berserakan, seperti bukan sebuah desa lagi.
"Tolong kami anak muda, tolong kami"ucap lelaki paruh baya itu, sepertinya dia yang mengirim quest itu ke guild. Kami mengangguk pelan lalu bersiap-siap mengambil senjata kami
"Disini gaada apa-apa cuk"ucap Mob sambil melihat sekitar, sudah agak lama kami mengecek desa ini tapi tak ada monster satu pun.
Tiba-tiba dari langit betebaran bulu dimana-mana, dan ketika kami melihat ke atas, diatas banyak sekali monster terbang seperti burung, menyerang kami dalam hitungan detik. Kami belum siap, tapi tiba-tiba ada tameng yang melindungi kami, tangan Rey sudah teracungkan dan mulutnya membaca mantra. Kami langsung mengambil posisi bersiap, aku langsung memanggil Byakko lalu Rintaf naik di punggungnya, melumpuhkan beberapa monster burung itu. Atta dan Disal juga mencoba menyerang burung itu dari jarak jauh. Sedangkan Mob dan Arga, mereka menjadikan ini sebagai bahan latihan mereka, siapa yang paling banyak membunuh monster itu, dia yang menang. Sihir element listrik Mob sangat berguna dan bisa juga digunakan untuk jarak jauh, sudah hampir 2 jam kami bertahan dan menyerang burung ini, tapi semakin banyak kami bunuh semakin banyak pula burung ini berdatangan.
"Ini tidak bisa dibiarkan, jika begini terus kita bisa kalah karena mana kita akan habis"Rey menggunakan telepatinya.
"Mungkin mereka punya atasan/boss yang ngatur mereka. Mungkin dengan cara itu kita bisa memenangkan pertarungan ini"ucap Atta menebak-nebak. Tapi dari kelihatannya tak ada yang berbeda dari burung ini, semuanya tampak sama seperti tak ada boss mereka disini. Tapi, jika kita perhatikan baik-baik ada satu burung kecil diantara mereka, burung itu tak pernah maju dan hanya terbang ditempat,
"Masa bosnya burung kecil, jangan becanda lu"ucap Rintaf
"Coba aja dulu" Atta menjawab.
Lalu mereka mencoba mendekati burung kecil itu. Benar saja, semakin dekat kami dengan burung kecil itu maka semakin banyak pula burung besar yang melindunginya. Perkiraan Atta benar, ternyata burung kecil itu yang menjadi pemimpinnya.
Setelah beberapa lama mencoba mendekat tapi jumlah mereka tidak ada habisnya, kami tidak bisa mendekat. Yang lain kelihatannya sudah lelah, kita tidak boleh kalah
"Rey, berikan ramuan penyemangat ke yang lain!!"ucapku memerintah.
Rey mengangguk lalu melemparkan ramuan ke yang lain. Yang lain mulai bersemangat kembali, tinggal bagaimana cara kita agar bisa menembus penjaga bos itu, kami mundur sebentar memikirkan sebuah rencana
"Kita gak bisa gini trus, kita bisa kalah"ucap Disal
"Trus gimana anjir?"tanya Rintaf menyekah keringat di dahi. Lumayan lama kita berfikir
"Gimana kalau kita make sihir kegelapan punya gua? Klo gua liat sepertinya mereka bukan hewan nokturnal dan mereka juga gak bisa melihat di kegelapan. Apa salahnya mencoba?"ucap Disal memberi saran
"Tapi gimana caranya? Hanya kamu yang bisa melihat dalam gelap Sal"ucap ku
"Kita gunakan telepati Rey untuk saling berkomunikasi, dan gua akan memberikan arahan pada kalian"ucap Disal
"Baiklah"yang lain setuju untuk mencoba cara itu.
"Tapi kalian harus bisa menggunakan waktu sebaik mungkin, soalnya sihir gua udah gak banyak jadi gk bisa lama"
"SIAP!"ucap kami bersemangat dengan senyum lebar dibibir.
Disal mengeluarkan kegelapan dari tangannya, dan tiba-tiba semua gelap, kami tak bisa melihat. Tapi dengan arahan yang diberikan Disal kepada kami melalui telepati Rey kita seakan bisa melihat.
"Cepat, gua udah gk kuat"
Kegelapan dari sihir Disal mulai memudar, lalu lama kelamaan sekitar kami kembali terang. Tapi kami sudah berhasil menembus penjaganya. Mob, Arga, dan Rintaf serta Byakko menyerang dengan seluruh sisa tenaga yang ada. Dan akhirnya kami menang, burung-burung yang tersisa terbang menjauh dari kami.
"Capek bat gua"ucap Mob
"Bodoamat!!"Arga kemudian tertawa.
Ternyata setelah mendengar cerita dari warga sekitar burung Kaplygo itu sedang melakukan migrasi untuk bertelur, dan pada tahun ini burung itu memilih untuk bertelur di desan Falru ini.
"Maaf, tapi kami belum bisa membayar imbalan quest kalian, karena kondisi kami sekarang. Kami tak punya apa-apa belum lagi untuk pembangunan ulang desa"ucap seorang warga, mungkin kepala desa.
"Ya gk bisa gitulah, kita udah cap---"
"Tidak apa pak, nanti kalau desa sudah kembali normal bapak bisa membayarnya"ucapku memotong pembicaraan Mob.
"Terimakasih nak, kalian memiliki hati yang sangat baik. Tapi mungkin telur dan busur ini bisa menjadi jaminan untuk pembayaran kami nanti"ucap Orang itu lalu memberikanku sebuah telur dan busur
"Telur itu milik burung Kapylog itu mungkin hanya akan menjadi Pet. Dan Busur itu adalah busur terbaik yang ada di Desa kami, hanya itu yang sempat kuselamatkan ketika bencana ini menyerang. Aku harap kamu bisa menerimanya"jelas orang itu. Lalu aku mengangguk mengambil pemberiannya itu lalu berterimakasih padanya.
***
Misi pertama kami selesai, lalu kami pulang ke rumah Armi karena lelah.
"Jadi gimana misinya?"tanya Armi ketika mengetahui kami sudah pulang
"Lumayan sulit, kami sampe ngabisin banyak tenaga"ucap Rey
"Hahaha, seharusnya gua gak ngambilin kalian misi class A, harusnya C dulu sebagai pemula"ucap Armi tertawa.
"Itu misi class A? Hadiahnya ampas doang anj*r"ucap Mob
"Emangnya kalian dapet apa? di kertas questnya bilang 300 keping koin Emas?"tanya Armi penasaran
"Kami diberi telur Kapylog dan sebuah Busur yang katanya busur terbaik yang ada didesanya"ucapku lalu memperlihatkannya pada Armi
"Hey!! Itu sangat bagus, kalian tahu? Desa Falru itu dikenal sebagai desa penghasil busur terbaik di negeri ini. Dan lu dikasih busur terbaik dari desanya? Pasti harganya melebihi 300koin Emas"ucap Armi antusias.
"Bodoamatlah, gua capek. Gua masuk kekamar ya?"ucap Mob lalu yang lain juga ikut masuk kekamar mengistirahatkan badan mereka.
Aku membuatkan telur itu tempat yang hangat dengan kotak sihir, sebagai pengeramnya. Lalu aku membaca buku-buku tentang busur cara menggunakan busur, dll.
Kata Armi, busur yang diberikan ini busur langka, busur ini tak memerlukan anak panah. Ini busur sihir, jadi aku tak perlu mengumpulkan atau membuat anak panah.
Aku kemudian berlatih menggunakan busur itu. Tak semudah yang dipikirkan, tapi aku terus berlatih tanpa henti hingga akhirnya aku mulai terbiasa.
Dan sesekali kami mengambil misi class C atau B, mengumpulkan uang agar tidak terlalu membebani Armi dan Biru lagi.