Kamipun tiba dipusat kota, kami berhenti disuatu tempat yang kalau di film dunia kami biasanya ini adalah pasar gelap. Mereka menjual peralatan-peralatan sihir dan lain-lain secara ilegal.
"Kalian pergi cari barang-barang yang kalian mau yang sesuai. Jangan mahal-mahal juga ya"ucap Armi tertawa kecil.
Kamipun pergi mencari barang-barang yang menurut kami akan berguna. Sesekali Armi juga memberikan saran untuk perlengkapan kami.
"Kamu kenapa Rey? Kok dari tadi diem terus?"tanyaku
"Gapapa"
"Yasudahlah"aku tak yakin mengucapkan itu, karena dari kelihatannya Rey kenapa-kenapa.
"Keren, cuk!"Arga bersemangat sekali ketika melihat sebuah tombak besar yang ada disana.
"Fiks gua ambil"ucap Arga
"Klo gua ini aja deh, lebih simpel trus ringan"ucap Mob sambil mengambil dua buah Pedang kecil berbentuk pisau dua mata.
"Gua ini aja, keliatannya keren, kayak senjata pemeran utama di game RPG"ucap Rintaf sambil mengambil sebuah pedang besar lalu menaruhnya di punggung.
Atta mengambil tongkat besar pengendali sihir, Disal mengambil sepatu lusuh aneh berwarna gelap, yang entah fungsinya apa.
Rey kemudian mengambil sebuah Palu besar, beberapa botol ramuan penyembuh, dan buku peracik ramuan.
"Lihat Rey, dia udah tahu salah satu sihir. Itu sihir ruang, sihir ruang ada bermacam-macam, dan itu salah satunya, tempat penyimpanan. Ruang itu luas banget dan bahkan bisa dibilang gak ada batasnya, jadi Rey bisa mengumpulkan ramuan sebanyak-banyaknya"ucap Armi antusias.
Yang lain menjadi ikut bersemangat ketika mengetahui bahwa Rey sudah mengetahui sebuah sihir. Yang lain berlomba-lomba ingin menjadi yang paling kuat. Tapi sepertinya Rey tak senang dengan pencapaiannya itu, dia masih terlihat murung dengan senyumannya yang sedikit terpaksa.
Aku melihat sebuah batu aneh, seperti berlian terbuat dari kaca, dan isinya itu kosong.
"Itu batu pemanggilan, lu bisa make karena lu pnya dua tipe sihir kayak elf. Dan hanya elf ama manusia tertentu seperti bangsawan yang bisa melakukan pemanggilan"ucap Armi yang tiba-tiba berada di belakangku. Aku memutuskan untuk mengambil satu. Tetapi Armi menyuruhku untuk mengambil lebih, jadi aku mengambil tujuh batu itu dan mengambil tas pinggang kecil untuk menaruhnya.
Lalu Armi membayar semua peralatan yang kami ambil.
"Terimakasih Armi, kamu baik banget. Aku janji bakal membayarnya kembali"ucapku
"Oke, gua bakal nunggu"ucap Armi nyengir lebar lalu kembali masuk ke Mobil. Kami selesai berbelanja, Armi kemudian membawa kami ketempat lain.
Kami berhenti di depan sebuah gedung besar yang bentuknya aneh, tak sama seperti bangunan pada umumnya.
"Ini Perpustakaan Urea kota, perpustakaan ini umum bagi penduduk kota, tapi sudah gak banyak penduduk yang mau keperpustakaan ini karena hampir smua penduduk udah termakan dampak negatif teknologi"ucap Armi.
Lalu kami masuk kedalam perpuastakaan itu, Atta dan Disal sangat bersemangat,
"Masuk aja, mungkin disini kalian bisa menemukan jawaban pertanyaan kalian yang gak bisa gua jawab. Gua pergi bentar, nanti gua akan kembali"ucap Armi
Lalu aku kemudian mengangguk pelan mengiyakan. Sementara itu yang lain sudah sibuk mencari buku yang membahas tentang sihir mereka, mencari tahu informasi-informasi tentang sihir mereka.
Tumben pada semangat belajar.
Diantara kesibukan yang lain mencari informasi sihir. Rey hanya terdiam, duduk sendiri menjauh dari yang lain.
"Rey, klo kamu ada masalah cerita sama aku, jangan jadiin beban sendiri"ucapku melihat Rey menyendiri. Dari kemarin Rey sudah seperti ini, hanya diam tidak cerewet seperti biasanya.
Rey terdiam sebentar lalu matanya berkaca-kaca
"Senja... menurut lu dunia ini adil gak?"
"Jelaslah! Dunia ini sangat adil,saking adilnya dia. Dia sampai mempertemukanku dengan kalian. Memberikan aku teman-teman sehebat kalian"
"Iya itu menurut lu. Menurut lu adil, karena lu punya sihir yang hebat dan keren, nah gua apa? Penyembuhan? Kek nenek-nenek aja. Gua gk mau sihir ini, gua gk mau jadi beban buat kalian, gua gk mau kalian terhambat karena gua" tangisan Rey pecah. Ini pertama kalinya aku liat Rey nangis sejak 2 tahun terakhir.
Yang lain meninggalkan kesibukannya lalu mendekat.
"Rey, itutuh gak seperti yang kamu pikirin, kamu gk bakal menghambat, kamu malah akan menyelamatkan kita disaat-saat sekarat. Kamu punya kemampuan yang sangat berguna buat kita nanti, sihirmu sangat cocok untuk kamu, kamu yang selalu memikirkan kita, kamu yang selalu perhatikan kita, kamu sudah seperti kakak bagi kita semua. Rey dunia itu adil, dan kamu bisa buktiin itu!"tegasku
"Bener tuh kata Senja. Klo di game moba, support gak terlalu bagus sih, tapi klo penggunanya hebat, dia berguna banget buat tim"ucap Mob mencoba ikut memperbaiki suasana. Tangisan Rey mulai terhenti.
"Maafin gua temen-temen. Gua gak mikir jernih, gua langsung berpikiran negatif"ucap Rey sembari menyeka pipinya yang basah karena air mata.
"Udah gapapa, sekarang kita harus pelajarin ama nguasain sihir kita masing-masing"ucap Atta
"Eh tapi, emang sih... masa Senja punya dua tipe sihir, gak adil curang!!!"ucap Mob tidak terima.
"Kok aku yang salah, mana kutahu bisa dua"ucapku membela diri
"Sudah-sudah. Jangan berantem mulu. Semangaaat!!"ucap Arga menyemangati.
Yooshh!!! Reynal kembali bersemangat seperti biasa, lalu kami kembali kekesibukan masing-masing, mempelajari sihir masing-masing dari buku.
Aku senang melihat Rey kembali bersemangat. Malah lebih bersemangat dari biasanya, dia semangat membaca dan mempelajari cara-cara membuat ramuan. Aku pun ikut mempelajari sihirku sendiri. Tidak terlalu banyak buku yang membahas tentang Sihir Pemanggilan ini. Tapi, dari beberapa buku yang membahas tentang penjelasan sihir pemanggilan. Kita harus membuat ikatan dengan roh atau monster sebelumnya, lalu kemudian bisa melakukan pemanggilan.
***
Setelah pulang dari perpustakaan kota, kami berniat untuk kembali ke hutan, rumah Armi untuk melatih sihir kami.
"Oi Arga, tanding kuy yang kalah jadi bahan bully selama satu minggu. Berani gak?"ucap Mob mengajak Arga untuk tanding.
"Boleh!! Siapa takut?"ucap Arga.
Mob dan Arga bertarung satu lawan satu. sedangkan Rintaf sedang melatih fisiknya dan membiasakan dirinya dengan pedang besar dan berat yang dia ambil. Atta dan Disal masih belajar dan membaca tentang sihir-sihir dan sesekali mencobanya. Rey, dia duduk disampingki melamun
"Kamu gk latihan juga Rey?"tanyaku
"Latihan apa coba. Eh temenin gua cari bahan-bahan racikan buat ramuan kuy"ajak Rey. Lalu aku mengangguk pelan lalu berdiri mengikutinya. Kami beruntung tinggal di dekat hutan dan lumayan jauh dari kota jadi jika kami latihan, kerusakannya takkan terlalu berpengaruh, dan jika Rey mencari bahan akan jauh lebih mudah.
"Udah nih! balik kuy"ucap Reynal. Aku mengangguk pelan mengikutinya. Tapi, belum jauh dari tempat tadi, aku mendengar suara aneh dari belakangku.
"Senja awas dibelakangmu!!!"
***
Kami berdua berlari mencoba mendekati rumah, kami tidak bisa melawan, karena Rey hanya memiliki sihir tipe pertolongan, dan aku hanya memiliki batu pemanggilan dan belum memiliki ikatan dengan makhluk manapun. Kami dikejar oleh makhluk aneh, makhluk ini besar mirip seperti harimau, ia berwarna putih dengan polkadot hitam. Makhluk apa ini?
Kami sudah dekat dengan rumah, dari kejauhan kami melihat yang lain sudah mengambil ancang-ancang untuk menyerang, mungkin mereka mendengar teriakan Rey.
Aku terkena pukulan dari makhluk itu, tepat mengenai punggung ku, lalu aku terlontar ke depan sampai dikaki pintu rumah. Rey, tiba-tiba larinya menjadi lebih cepat, langsung mendatangiku dan mengambil ramuan dari penyimpanan sihirnya mencoba mengobatiku.
Mob dan Arga gerakan mereka cepat, mereka langsung berada di samping Makhluk itu mencoba mengepung lalu Rintaf dari depan mencoba menahan, Atta beberapa kali menyerang menggunakan sihir cahayanya, membuat Makhluk itu buta karena terlalu terang, dan Disal mengeluarkan bayangan dari tangannya lalu menyerang dan mengikat Makhluk itu juga. Mereka berkali-kali menyerang makhluk itu tapi makhluk itu seperti tak memiliki titik lemah.
"Serang bagian bawah kepalanya!!!" Armi berteriak dari dalam rumah, ia baru sadar bahwa kami sedang diserang. Mob mencoba menyerang bagian belakang monster itu, namun ia lengah membuat celah untuk monster itu menyerangnya,Mob terlempar sekitar lima meter dari tempatnya namun serangan itu tak melukai Mob, seperti ada tameng yang mengelilingi Mob. Aku langsung melihat ke Rey, tangannya teracungkan ke depan nice Rey, tepat waktu.
***
Tapi sebelum mereka mencoba membunuhnya, Aku berdiri, mencoba mendekati makhluk itu, aku tau makhluk ini. Byakko harimau putih penjaga barat. Aku pernah membacanya di sebuah novel fantasi.
"Lu ngapain kampr*t. Pengen mati lu?"ucap Rintaf dengan keringat mengalir di sekujur tubuhnya, sihir Atta dan Disal mampu menahan pergerakan Byakko ini, aku jadi bisa mendekat. Aku percaya pada Atta dan Disal bisa menahannya untuk sementara. Aku mengambil batu pemanggilan dari tasku, berniat untuk membuat ikatan dengannya,
Terbukalah pintu gerbang ikatan. Jalinlah ikatan yang kuat!!! seketika ditanah terbentuk lingkaran sihir, Cahaya Keluar dari lingkaran itu sihir Atta dan Disal lepas, namun Rintaf, Arga, dan Mob masih bersiap-siap menghadapi setiap kemungkinan. Byakko bercahaya bersama dengan Batu pemanggilan itu, Byakko menghilang, masuk kedalam batu pemanggilan. Aku berhasil menjalin ikatan dengan Byakko itu.