Chereads / THE SEVEN WALLS: Dewa & Iblis / Chapter 2 - CHAPTER 1

Chapter 2 - CHAPTER 1

Ketika aku sedang mencari novel yang menarik, aku melihat buku aneh yang sekilas bercahaya seperti menarikku untuk mengambil dan membacanya. Buku itu berdebu, polos dan hanya ada tulisan MANUSIA di sampul bukunya, aku hendak membuka lembaran buku itu, tapi.

"Lu ngapain?"tanya Atta, lalu ia melihat buku yang kupegang itu,

"Lu dapet ini dari mana?"tanyanya dengan wajah yang mulai serius, dan aku hanya menunjuk sebuah rak tempat aku mengambilnya tadi. Lalu Atta buru-buru kembali kemeja tempat kami belajar tadi dan menunjukkannya pada yang lain, "Disal, lu inget gak web aneh yang gak sengaja pernah kita buka? Web itu membahas tentang buku ini, buku polos dengan sampul MANUSIA didepan. Ini keren!!"Atta antusias sekali dengan buku aneh yang baru saja aku ambil dirak sana. Semuanya terdiam seketika perpustakaan lengang.

"Udahlah Ta, itu cuma web aneh, yang dibuat orang iseng, paling cuma kebetulan ketemu buku itu. Kita harus fokus belajar ujian udah gk lama lagi"tegas Disal tak tertarik dengan buku itu,

"Mungkin buku itu bisa membuka sebuah portal? Atau manggil roh wanita yang super sexy?"ucap Mob yang langsung memasang wajah mesumnya lagi, aku hanya tertawa melihat Mob dengan sifatnya itu. Lalu semua kembali belajar, kecuali Atta, yang masih sibuk melihat-lihat buku itu.

"Eh gua cabut duluan ya?"ucap Arga, "eh ikut"diikuti Mob. Dan akhirnya yang lain juga ikut pulang. Hingga hanya tersisa aku dan Atta.

"Ta, kamu kok dari tadi ngecek buku itu terus? Gaada kerjaan emang?"tanyaku mencoba mencari topik pembahasan, Atta tak menjawab dan masih mengecek buku itu dari tadi.

"Gua pernah liat buku ini disebuah web, web itu membahas tentang kehidupan selain dibumi dan banyak hal-hal misterius lagi yang gk manusia tau, jadi gua ingin cari tahu tentang hal itu, mungkin buku ini bisa menjelaskannya. Karena gua percaya bahwa kehidupan itu ada"jawab Atta, lah baru dijawab (batinku).

"Jadi sekarang kamu apakan buku itu?"tanyaku penasaran,

"Gua nyoba baca tapi gua gak ngerti ini bahasa apa, tapi disampul buku ini bertuliskan MANUSIA yang jelas itutuh bahasa Indonesia, tapi kok isinya bahasanya beda. Aneh"jawab Atta sembari browsing mencari bahasa apa itu. Aku mencoba melihat buku itu kali aja bisa membantu, "ini bahasa Sansekerta"ucapku setelah melihat beberapa penggalan kata dan kalimat dibuku itu.

"Tahu darimana?"tanyanya,

"aku sering baca novel yang banyak kata-kata dari bahasa sansekerta didalamnya, jadi aku tahu sedikit, lagi pula nama belakangku berasal dari bahasa sansekerta yang artinya mata".

"Yaudah, aku pulang duluan ya udah mau malam nih pengen liat senja jg dijalan"ucapku, "Siap, atiati awas jatoh!"jawab Atta yang dari tadi masih mencoba mencari tahu isi buku itu.

Kini kembali kunikmati senja sendiri. menikmati senja yang menyelimuti dirimu dan akan segera pergi. Tapi, ada yang ingin kukatakan padamu Bumi, Terimakasih, kau memberiku teman-teman yang hebat, teman-teman yang kutahu akan selalu ada untukku.

#titiksenja

"Woi!, ngapain lu disini? Pulang gih ntar mamamu itu nyariin Aowkwkwk"ucap Rintaf yang joging sore lalu melewatiku. "Yasudahlah, aku pulang saja, udah larut juga"ucapku lalu pulang kembali kerumah.

"Aku pulang!!"

"Gimana belajarnya? Lancar?" Tanya Bunda

"Iya Bun, lancar kok"

"Makan malam udah siap, kamu ganti baju terus makan ya"

"Oke Bun!". Aku lalu naik kekamarku, memang ruangan ini tidak terlalu luas. Tapi aku suka, ruangan sempit ini. Sebenarnya ini atap yang dulunya gudang. Hanya ada dua kamar dirumah ini. Satu dipakai orang tuaku, dan satunya kosong. Katanya untuk kamar untuk tamu yang akan bermalam.

Aku tahu itu hanya bualan Ayahku saja, dari sejak aku kecil Ayah seperti tidak suka denganku. Bahkan mungkin sudah lama aku tidak pernah berbicara dengannya.

***

"Woi, kalian ingat buku kemarin yang Senja dapet diperpus? Gua udah bisa mahamin sebagian isi buku ini"ucap Atta yang baru datang.

"Emang isinya apaan?"Arga bertanya,

"Buku ini menceritakan tentang dunia lain selain Bumi. Dunia terbagi menjadi 7 oleh dinding-dinding besar. Persis seperti yang tertera di web aneh yang gua sama Disal buka dulu"jawab Atta sambil menunjukkan buku yang kutemukan kemarin.

"Udahlah Ta, udah gua bilang itu paling cuma bikinannya orang iseng"ucap Disal tak peduli. Atta bersikeras meyakinkan yang lain bahwa itu nyata.

"Eh lu kenapa? Kok bonyok gitu"tanya Arga ketika melihat Rintaf datang dengan badan penuh lebam-lebam

"Bacot gak usah banyak nanya tolongin kek!"ucap Rintaf dengan nada yang agak serak. Aku langsung pergi ke UKS untuk mengambil kotak P3K dan segera mengobati luka Rintaf.

"Lu kok bisa gini sih?"tanya Rey sambil mencoba membantu mengobati

"Paling gara-gara berantem lagi, Baj*ngan gitu emang dateng pas ada butuhnya doang"ketus Mob,

"Bacot as*"jawab Rintaf emosi, dan Rey pun mencoba menengahi.

"Bawahan gua as* semua, penghianat cuih!"ucap Rintaf meludah. Lalu, dia menceritakan semua. Ternyata Rintaf selama ini hanya dimanfaatkan oleh bawahannya. Rintaf sebenarnya anak dari keluarga terpandang, melihat hal itu para bawahannya itu memanfaatkannya. Rintaf dikeroyok sama bawahannya sendiri, bahkan dipermalukan. Rintaf tidak bisa melawan karena kalah jumlah, dan akhirnya lari kesini.

"Kamu di UKS aja dulu, nanti abis bel pulang, kami balik trus nganterin kamu ke Rumah Sakit kalau memang dibutuhkan. Biar ibu Miya(penjaga UKS) yang rawat kamu untuk sementara"ucapku memberikan saran, karena sebebtar lagi waktu istirahat akan habis.

"Kata bu Miya, pendarahannya udah berhenti dan yang tersisa hanya luka-luka biasa aja jadi Rintaf gak perlu dibawa ke Rumah Sakit" ucapku memberitahu, setelah berbicara dengan Ibu Miya.

"Biar kita-kita nganterin lu pulang"ucap Rey, lalu aku mengangguk setuju.

"Gua gk bisa pulang klo gini"jelas Rintaf. Dia takut orang tuanya akan bertanya-tanya tentang kejadian tadi, bahkan bisa jadi dipindahkan kesekolah lain. Aku akhirnya membawanya kerumah karena yang lain tak bisa.

"Aku pulang Bun"ucapku sembari memasuki pintu rumah,

"Selamat datang. Eh, Senja itu siapa?"tanya Mama bingung melihat orang yang kubawa dalam keadaan bonyok dan banyak perban di tubuhnya. Aku mencoba menjelaskan dan akhirnya mama mengerti, Rintaf diizinkan bermalam dirumah. Untuk saat ini dia tidur dikamarku karena kamar tamu kosong, tidak ada apa-apa didalamnya, bahkan kasur.

"Ja? Sorry ya gua pernah majak lu pas hari pertama lu pindah"ucap Rintaf memecah keheningan dikamarku.

"Eh, kirain kamu udah tidur. Gapapa santai aja, udah aku maafin kok"ucapku lalu melanjutkan menulis.

"Lu nulis apaan?"

"Gk adq, nulis-nulis aja. Ngasal"

"Oh. Lu suka nulis emang?"

"Gk juga sih, cuma curahan isi Hati aja. Eh kamu mau makan gak Taf? Dari tadi sore kamu blum makan". Lalu Rintaf hanya mengangguk pelan. Aku kemudian mengajaknya kebawah, menyiapkan makanan. Ayah belum juga pulang.

Setelah makan malam, kami berdua kembali kekamar lalu aku langsung merebahkan tubuhku dikasur melepas penat.

"Kok lu pake Aku/Kamu. Knp gk pake Gua/lu aja?"tanya Rintaf. Kupikir dia orangnya itu tak bisa akrab dan sopan ke orang, tapi aku salah. Dia orang yang baik, di depan Bunda juga dia sopan sekali. Mungkin itu yang diajarkan di keluarganya dirumah.

"Oi kok ngelamun?"

"Maaf, tadi kamu tanya kenapa aku pake Aku/Kamu ya?, itu karena aku udah terbiasa pake kata itu, dan ada seseorang yang ngasih tau aku untuk selalu menggunakan kata itu, agar lebih sopan dan dekat kesetiap orang"jawab ku. Lalu kuliat dia sudah terlelap di sampingku. Lah, nanya kok tidur. Aneh.

KeEsokan paginya aku bangun dan dia masih tidur, aku tak ingin membangunkannya dan membiarkannya meliburkan diri, sebab luka yang begitu banyak ditubuhnya belum benar-benar sembuh.

"Aku pulang"ucapku sembari membuka pintu rumah. Aku pulang tak sendirian, aku bersama yang lain, katanya ingin belajar bersama dirumahku sekaligus menjenguk Rintaf.

"Eh gimana? Udah baikan?"tanya Rey, dan Rintaf hanya mengangguk mengiyakan. Lalu kami mulai belajar bersama, dan sesekali bercerita tentang kejadian disekolah tadi ke Rintaf.

"Sorry yah temen-temen, dulu gua suka kasar ke lu pada, sorry ya?"Rintaf tiba-tiba meminta maaf kepada kami semua, dan tentu kami memaafkannya.

"Sans aja" ucap Arga

"Uhsheup!" Mob mengacungkan jempol

Hari ini, persahabatan diantara kami terbentuk. Mob, Reynal, Rintaf, Arga, Disal, Atta, dan Senja. persahabatan ini akan kuat, bagaikan rantai yang takkan mudah putus, Persahabatan dengan ikatan kuat yang telah dijalin. Namun, hal inilah yang akan membawa kami ke bahaya yang akan mengancam keselamatan kami.