Sembilan bulan kemudian.
Sembil mengendap-endap Neka sekarang sedang mengikuti seorang wanita yang berjalan melalu pepohonan yang lebat, mereka sekarang sedang berada didalam hutan.
Walau wajah Neka terlihat serius sebenarnya dia sangat senang, setelah lulus dari SMA Neka berusaha untuk mencari petunjuk tentang Rena. Dalam lima bulan ini Neka berhasil menemukan Rena sebanyak dua kali, namun dia selalu gagal karna Rena selalu bisa kabur dari Neka. Mengingat dua kejadian itu Neka sangat berhati hati dan dia kali ini berniat untuk menggunakan kekerasan untuk menahan Rena agar dua kejadian sebelumnya tidak terulang kembali.
Hari perlahan menjadi gelap, waktu malam hampir tiba dan Neka yang masih mengikuti Rena mulai melihat sebuah Gubuk. 'Sebuah Gubuk, Apakah dia tinggal disini?' itulah yang Neka pikirkan. Neka merasa bingung untuk apa Rena mendatangi Gubuk yang berada di tengah hutan.
Neka melihat Rena yang sedang duduk seperti sedang menunggu seseorang. 'Memangnya siapa yang akan datang?' banyak sekali pertanyaan yang berada didalam kepala Neka namun dia merasa harus tetap memantau Rena dari jauh.
Buzz! Buzz!
Karna hari yang sudah semakin gelap disekitar Neka ada banyak nyamuk yang berkeliaran dan itu sangat menggangu Neka.
Krak...
Karna sangat terganggu oleh Nyamuk membuat kaki Neka tanpa sengaja menginjak ranting.
"Siapa disana!"
Nekapun keluar dari balik pohon dan berjalan ke arah Rena. Namun karna hari yang sudah menuju gelap membuat Rena tidak melihat wajah Neka.
"Neka kamuugh-"
Ketika Neka sudah berada didepan Rena dia memukul perut Rena dengan keras, hal itu membuat Rena menunduk sambil memegang perutnya karna kesakitan. Renapun mundur untuk mejaga jaraknya dari Neka.
"Mengingat dua pertemuan sebelumnya, kali ini aku akan sedikit menggunakan kekerasan agar kamu tidak bisa kabur lagi."
Setelah rasa sakitnya berkurang Rena berbalik arah dari Neka dan mencoba untuk kabur, tapi ketika dia kabur pohon yang ada di depannya terkena bola api dan terbakar. Melihat hal itu Renapun berbalik kemudian dia melihat Neka yang sedang lari dengan sangat cepat ke arahnya.
Neka berlari dengan kakinya yang diselimuti oleh api, hal ini membuat Neka bisa berlari dengan sangat cepat, sementara dibagian tangan Neka juga diselimuti oleh api yang dapat membuat pukulannya menjadi lebih kuat dan cepat, selain itu walaupun pukulan Neka ditangkis, orang yang menangkis pukulan Neka kemungkinan besar akan tetap terkena efek dari pukulan itu, siapa yang bisa menahan panasnya api dan nyeri ketika menangkis pukulan itu secara terus menerus.
Ketika sudah berada dihadapan Rena. Nekapun melancarkan tiga serangan, dia menendang Rena namun. Rena menahan tendangan itu menggunakan tangannya dan Rena berhasil menghindari dua pukulan berikutnya kemudian dia mundur dan berusaha lari lagi, tapi hal yang sama terulang ada bola api yang jatuh didepan Rena dan itu menghalangi jalannya.
"Kamu masih saja mencoba kabur, kalau begitu akan kututup semua jalan."
Neka kemudian menembakan banyak bola api keberbagai arah, sehingga sekeliling area Neka dan Rena terbakar.
Uhuk! Uhuk!
Udara semakin menipis membuat Rena sangat kesulitan untuk bernafas.
Saat ini Neka berpikir kalau Rena pasti akan mencoba berbagai cara untuk kabur, karna Neka tahu Rena adalah orang yang seperti itu, maka cara terakhir untuk Rena kabur ialah dengan mengalahkan Neka. Maka dari itu Neka harus sangat berhati-hati, dia harus menguras tenaga Rena sambil menjaga jarak darinya.
Nekapun menembakkan lima bola api kearah Rena. Melihat hal itu satu satunya hal yang harus Rena lakukan adalah menghindarinya, namun ketika dia berhasil menghindari lima buah bola api itu dia melihat kearah Neka dan betapa terkejutnya Rena melihat Neka yang mengangkat tangan kanannya dan diatas tangan Neka ada bola api yang sangat besar, ukurannya lima kali dari ukuran bola api yang barusan dia tembakkan.
"Takkan sempat!"
Neka melemparkan bola api besar itu ketika melihat Rena yang hendak kabur. Rena berhasil menghindari bola api besar itu, namun tangan dan kaki kirinya tidak sempat untuk menghindarinya. Renapun terjatuh, dia tidak bisa berdiri, walaupun begitu dia tetap berusaha untuk berdiri. Rena melihat ke arah gubuk yang terbakar kemudia dia berdiri dan berjalan dengan terseok-seok menuju ke arah gubuk itu.
Melihat hal itu Neka berdiam dan tetap menjaga jarak, dia mengamati apa yang akan Rena lakukan.
"Ku harap bisa kabur dan kamu akan mengejarku, kemudian orang itu akan sampai kesini dan mengamankan barangku, tapi sepertinya tidak ada pilihan lain, maafkan aku Neka."
Rena mengambil tas dan pedangnya yang terletak digubuk itu, kemudian dia menghunuskan pedangnya, pedang Rena adalah pedang lurus bermata dua dengan panjang sekitar satu meter dan pedang itu cukup tipis.
Neka merasa heran, Neka yakin kalau dia bisa mengalahkan Rena walaupun dia menggunakan pedang, 'tapi apakah itu pedang biasa?'. Keadaan akan berubah jika itu bukanlah sebuah pedang biasa.
Kemudian Neka mencoba menyerang dengan menembakkan beberapa bola api tetapi bola api itu menghilang begitu saja ketika Rena mengayunkan pedangnya, bola api yang menghilang seperti ketika tertiup angin. Pedang Rena ternyata bukanlah pedang biasa, pedang itu seperti memiliki kekuatan angin.
Rena kemudian mengayunkan pedangnya dan hal itu membuat angin tornado yang besar sampai bisa membuat api yang mengelilingi mereka berdua padam, angin tornado itu membuat tubuh Neka terangkat dan terseret kedalamnya, tapi tornado itu hanya berlangsung sebentar dan menghilang. Neka yang terseret kemudian jatuh, melihat hal itu Rena menganggap kalauNeka sudah pingsan, kemudian dia menyarungkan pedangnya lagi dan berbalik berjalan meninggalkan Neka.
Tapi tanpa Rena sadari Neka berdiri dan dengan cepat dia membuat sebuah bola api yang sangat besar, lebih besar dari bola api sebelumnya. Rena merasakan panas yang luar biasa dan keadaan yang tiba tiba berubah dari gelap menjadi terang karna bola api besar membuat Rena panik.
"Jangan-jangan ini."
Rena berbalik dan melihat bola api yang sangat besar membuat dirinya tidak bisa bergerak dan hanya melihat bola api itu. Bola api itu terlihat sangat berbeda dari bola api sebelumnya. Rena tahu kalau Neka bisa menggunakan Api tapi dia tidak tahu kalau Neka bisa membuat bola api yang seperti ini. Ukuran bola api itu kemudian perlahan menjadi kecil, ini bukan seperti bola apinya yang menjadi kecil tapi bola api itu menjadi sangat padat.
"Kamu."
Rena menyadari ada seseorang yang berada dibelakang Neka. Kemudian orang itu memukul tengkuk Neka sehingga membuat Neka jatuh pingsan.
Tubuh Neka kemudian terjatuh, tapi sebelum menyentuh tanah orang yang berada dibelakang Neka menangkap tubuhnya.
"Begini lagi, eh-"
Rena melihat kearah atas kemudian dia menyadari sesuatu dan dia berlari kearah Neka dan orang itu sambil berteriak.
"Cepat!"
"Iya aku tau."
Sambil memegang tubuh Neka ditangan Kanan orang itu, menarik pedang yang ada dipingganya menggunakan tangan kiri.
Neka memang sudah pingsan tapi bola api yang dibuat oleh Neka terlempar keatas, tepat sebelum tengkuk Neka dipukul dia sudah menyadari kehadiran orang itu. Neka tidak memilih untuk menghindari serangan yang akan dilakukan oleh orang itu tapi dia lebih memilih untuk melempar bola apinya dan akhirnya bola api itu jatuh.
BOOM!!
Ketika bola api itu terjatuh bola api itu mengakibatkan ledakan yang sangat besar sehingga membuat seluruh hutan terbakar secara instan.