"Ah, bosan" kataku dengan nada datar dan mata yang terlihat ngantuk. "Setelah enam bulan melakukan kegiatan yang sama, tentu saja hal ini membuatku merasa sangat bosan, tolong berikan hal berbedan yang cukup menarik."
"Kau masih mengatakan hal itu setelah menolak permintaan ayahmu untuk membantu dia, apa sebenarnya yang kau inginkan." Kata orang yang berada disampingku.
"Aku tidak suka pekerjaan itu, aku juga tidak ingin menjalani perkerjaan itu."
"Lalu maumu apa? Jika tidak melanjutkan pekerjaan ayahmu kau mau jadi apa?"
"Ntahlah." Jawabku dan kami berdua melanjutkan perjalanan dipagi hari yang tidak ada tujuan ini, yah mungkin saja akan ada hal menarik yang terjadi di taman ini. Kemudian temanku memegang pundakku dan dia berkata.
"Berhenti."
"Ada apa sih?" Ketika aku melihat kedepan, tepat di arah jam 9 dari hadapanku ada seorang wanita yang terbaring dibangku taman, sepertinya dia tertidur dan dia sedang dikelilingi oleh 3 orang pria, aku melihat mereka mengambil dompet dari saku wanita itu, kami berdua memilih untuk mengamati situasi terlebih dahulu. Aku melihat orang yang mengambil dompet wanita itu dan membukanya.
"Berapa isinya?" Tanya salah seorang temannya.
"Lumayanlah, bisa buat beli rokok." Kata orang yang membuka dompet itu.
"Hei, kalian mau mencuri ya? Kembalikan uang wanita itu!" Kata temanku sambil bersembunyi dibelakangku.
Merespon kata-kata temanku mereka mengalihkan pandangnnya kearahku, kemudian mereka langsung lari, hei-hei ini diluar perkiraan ku kira mereka akan mengajakku berkelahi, yah... Setidaknya orang-orang begitu akan berpikiran untuk menghajarku agar aku tidak mengatakan apa yang sudah aku lihat.
"Hei mereka lari, bukahkah kau harus mengejarnya."
"Lupakan hal itu mereka sudah kabur jauh dan kalaupun aku mengejarnya sudah pasti tidak akan bisa ku tangkap." Kemudian temanku berjalan melewatiku, dia seperti tidak ingin terlibat dengan hal ini dan malah mengajakku untuk melanjutkan jalan-jalan membosankan ini.
Akupun berjalan menuju ke arah wanita yang berbaring itu sampai ada tepat didepannya, temanku juga ikut berhenti berjalan dan memperhatikanku.
"Hah seorang Nenek!" Bertapa terkejutnya aku melihat wanita yang terbaring itu, ini bukan wanita, tapi wanita tua. Walaupun tidak ada bedanya atau ada bedanya ya hemm.
Temanku yang cukup penasaran mendatangiku.
"Eeee.... Eeeem.... Haa...."
Temanku seperti kebingungan dan sepertinya aku juga bingung dengan apa yang sudah kami berdua lihat, kami seperti melihat wanita dengan Model Rambut Panjang Medium dengan Gaya Wavy berwarna ungu yang menggunakan baju Overall Jeans Hitam dengan kaos berwarna kuning dan yang lebih penting badannya bohay, tapi... Wajahnya terlihat tua berkerut seperti nenek-nenek.
Hal ini yang membuatku bingung, bagaimana bisa seorang Wanita eh, maksudku Nenek-nenek memiliki tubuh yang seksi begini, ini pengalaman seumur hidup yang sangat aneh menurutku.
"RENAAA!" Nenek itu tiba-tiba terbangun dan langsung dalam posisi duduk.
"Eh!"
"Heh!"
Aku dan temanku terkejut karna kami tidak menyangka kalau Nenek itu akan bangun secara tiba-tiba begini, maksudku nenek-nenek mana yang bisa bangun langsung duduk begini?
"Kalian siapa?" Kata nenek itu dengan wajah yang bertanya-tanya.
Aku cukup heran kenapa aku bisa tau kalau itu wajah yang bertanya-tanya, tapi sepertinya aku sudah tidak bisa terkejut lagi setelah mendengar suara nenek itu tidak seperti nenek pada umumnya dan ntah kenapa aku seperti mengenal suara ini.
"Aku adalah Riyad dan dia-" kata temanku mengenalkan dirinya, tapi ketika dia ingin mengenalkan namaku.
"Wendy."
"Hah." Hei hei hei bagaimana bisa seorang nenek-nenek tahu namaku, aku sendiri tidak pernah mengenal nenek manapun, yah... Walaupun aku merasa familiar dengan suaranya tapi aku tidak pernah kenal dengan nenek-nenek, tolong aku. ini sepertinya penipuan, ya. Aku yakin ini penipuan, aku yakin 3 orang sebelumnya pasti komplotan dari nenek ini, semua ini menjadi jelas.
"Jadi nenek sudah kenal dengan Wendy ya, sepertinya Wendy pernah menolong nenek untuk menyebrang jalan atau lainnya, jadi wajar kalau kalian sudah kenal kan." Kata Riyad yang tersenyum dan menatap kearahku, sepertinya Riyad juga berpikir sama sepertiku, tapi sebenarnya dia sedang mencoba berpikir positif, tapi sayangnya tidak seperti yang kau harapkan aku sendiri tidak mengenal nenek ini.
"Nenek siapa ya?" Tanyaku.
"Aku teman SMA kamu."
"A-apa... Kalau memang teman SMAku. Apa nama sekolahnya?" Hehe, aku yakin nenek itu tidak tahu, sudahlah nenek mencoba menipu orang itu tidak baik.
"SMA Aula, memangnya dimana lagi?"
"Hei nenek ini sudah tidak lucu, mencoba menipu? Heh tidak semudah itu, aku yakin Wendy. Nenek ini sudah menyelidiki tentangmu, jangan kau pikir aku tidak berani untuk memukul kau Nek?" Kata Riyad yang tangan kirinya memegang baju nenek itu dan tangan kanan Riyad yang menggenggam seperti ingin memukul nenek itu.
Riyad sepertinya sudah menjadi gila dan sementara aku sudah tidak tahu ingin merespon apalagi, melihat respon dari Riyad saja sudah cukup untuk membuatku tambah bingung.
Slap!
"Nenek-nenek Nenek-nenek siapa yang kalu panggil nenek dari tadi hah!"
"Hah!" Aku terkejut seolah tidak percaya. Nenek itu memukul Riyad sampai dia jatuh pingsan dan kemudian nenek itu berdiri, akupun cukup merasa takut karna nenek itu sepertinya sedang marah, tapi karna aku adalah lelaki aku tidak boleh menunjukkan rasa takutku.
"Tentu saja kamu nek." Kataku sambil menunjuk ke arah Nenek itu.
"Kamu tahu, ini sama sekali tidak lucu."
Akupun mengambil hpku dan membuka kamera depan, kemudian ku perlihatkan layar hpku kepada nenek itu.
"APA!"
Nenek itu terlihat terkejut kemudian tangan nenek itu menyentuh wajahnya seolah tidak percaya dengan apa yang dia lihat. Kalau yang aku pikirkan sebelumnya benar, ku rasa nenek ini kalau dia ikut lomba akting sudah pasti dia akan menang, tapi kurasa dia tidak berbohong aku cukup yakin dengan instingku dan akupun memasukkan kembali hpku kedalam kantong celanaku.
"Aku adalah Neka."
"Hah Neka!" Aku tidak percaya. Neka yang sangat cantik, wanita berambut ungu dengan mata ungunya yang sangat indah, badannya bagus dengan dada berukuran kira kira D cup yang telihat sangat berisi, adalah nenek ini? Ini sungguh omong kosong.
"Mana mungkin..." Kataku sambil menatap ke arah nenek itu, akupun mencocokan ukuran tubuh nenek itu dengan Neka. Eh... Setelah dilihat-lihat dari tinggi, rambut, mata, suara dan yang paling penting Dada!nya itu adalah Neka. Walaupun mukanya tidak Neka sama sekali. Seperti tidak menerima hal ini, akupun terdiam.
"Enam bulan yang lalu acaran kelulusan dan tiga bulan sebelum lulus perpustakaan direnovasi walaupun itu hanya akal-akalan kepala sekolah."
"Maksudmu?" Akupun memasang wajah yang bertanya-tanya.
"Aku sedang mencari seseorang." nenek itupun meraba-raba kantongnya, sepertinya nenek itu sedang mencari dompetnya.
"Apakah itu yang sedang kamu cari." Aku menunjuk ke arah dompet yang terletak ditanah.
"Ah iya." Nenek itupun mengambil dompetnya dan membukanya "Mana uangku?"
"Sebenarnya kami tadi melihat ada tiga orang yang membuka dompet itu, tapi mereka bertiga kabur dengan membawa isinya, semua ini terjadi karna dia yang membiarkan mereka kabur." Akupun menujuk ke arah Riyad yang pingsan, jangan salahkan aku, aku hanya mengatakan yang sebenarnya terjadi Riyad.
"Sepertinya mereka hanya mengambil uangnya." Nenek itu memeriksa isi dompetnya dan ketika dia menemukan sebuah foto dia langsung menutup dompetnya dan menaruhnya kedalam kantong celananya.
"Hah, Jadi siapa yang kamu cari?" Nenek ini cukup mengesalkan, kukira dia ingin memperlihatkan foto itu.
"Tanpa aku tunjukkan fotonya kamu pasti sudah kenal dengan orangnya jadinya tidak jadi, dia adalah Rena."
"Rena? Bukannya Rena sudah pindah ke kota sebelah?" Tanyaku.
"Sembilan bulan yang lalu diperpustakaan terjadi sesuatu, aku tidak tahu kebenarannya bagaimana, tapi ketika sudah terjadi, aku yang masuk ke perpustakaan sudah melihat Tia dengan wajah yang pucat sedang dicekik oleh Rena, kemudian aku jatuh pingsan dan kata pihak sekolah setelah kejadian itu ditempat kejadian tidak ada Rena." Kata Neka dengan wajah sedih, melihat ke arah nenek itu, tidak. Neka. Aku sudah percaya kalau nenek ini adalah Neka dari sikap dan apa yang sudah dia katakan selama ini aku yakin kalau dia adalah Neka.
"Aku mencoba ingin melihat rekaman CCTV Perpus tapi pihak sekolah tidak mengijinkannya, mereka berkata akan memberitahu kebenarannya dan menyuruhku agar tidak khawatir, tapi ketika sudah luluspun tidak ada kabar sama sekali jadi aku memutuskan untuk mencari Rena sendiri, tapi begitu menyedihkan, aku berhasil bertemu dengan Rena dua kali tapi dia kabur dan ketika aku bertemu Rena lagi aku mencoba untuk menggunakan kekerasan tapi apa yang terjadi, seperti yang kamu lihat, ntah kenapa wajahku jadi begini."
"Sepertinya aku tahu orang yang mungkin mengetahui sesuatu tentang apa yang terjadi dengan wajahmu, untuk urusan Rena aku juga akan membantumu untuk mencarinya." Setelah mendengar semua perkataan Neka dan melihat keadaan dia saat ini, walaupun dulu aku tidak terlalu dekat dengan Neka tapi karna kami mantan teman sekelas dan aku mengenalnya jadi aku memutuskan untuk membantunya.
Lagipula mungkin saja ini adalah jawaban dari kebosananku, karna apa yang sudah diceritakan oleh Neka terdengar sangat menarik, sangat sayang jika aku tidak mengetahui apa yang sebenarnya terjadi di Perpustakaan.
"Benarkah. Terima kasih." Nekapun tersenyum kepadaku.
Akupun mengalihkan pandanganku, siapa yang akan menyangka kalau aku akan menjadi salah tingkah ketika melihat senyuman cewek berbadan bohay dengan wajah nenek-nenek.
"Tapi kau bantu aku untuk mengangkat dia ke bangku, aku merasa kasihan melihat dia pingsan dijalan, ketika dia bangun, setelah itu kita akan menuju rumahku, di rumahku kemungkinan ada beberapa orang yang mungkin bisa membantu."
"Okey." Sahut Neka.
Kemudian aku dan Neka mengangkat tubuh Riyad, kamipun meletakkan tubuhnya diatas bangku taman.