Karang jelas mendengar itu. tapi membiarkan gadis ini dalam bahaya? terlebih tak bisa memberi tahu teman-teman gadis ini, apa gadis ini cari mati?. Al hasil Karang hanya diam tanpa respon.
Ai tahu kalau Karang mendengar apa yang dia ucapkan tadi. masih dengan menatap buku di tangannya, Ai memohon,
" tolonglah, aku mohon..." nada Ai yang datar di tambah tidak menatap lawan bicaranya membuat semuanya terasa seperti hanya main-main. karang menghembuskan nafas berat, menutup bukunya, dan beranjak dari duduknya.
sedang Ai masih di posisi yang sama. karang yang tak mau melihat gadis ini terancam, atau rasa humanisnya yang terlalu tinggi, membuatnya menyuarakan pikirannya,
" apa kamu mau ceper mati? kamu di intai aja, kamu cuma diam. di culik pun mungkin nggak akan meninggalkan petunjuk." nadanya sama datarnya dengan cara Ai ngomong tadi. tapi keduanya tahu itu adalah pembicaraan serius. karang mengulurkan tangannya membantu Ai berdiri. maksud karang adalah untuk melanjutkannya di kantin kampus.
tanpa pikir lama, Ai langsung menerima tangan itu. dan mengikutinya sampai kekantin. ini adalah salah satu hal yang paling Ai suka dari Karang, Karang tidak pernah jalan di belakang cewek bahkan jika cewek itu adalah Air yang sejak kecil tumbuh bersama. menurut Ai ini adalah bentuk kesopanan yang tidak diketahui oleh kebanyakan orang.
sesampainya di kantin keduanya memilih meja yang tidak terlalu menarik perhatian orang. keduanya duduk bersebrangan. setelah memesan makanan karang melanjutkan percakapan nya.
sedang Ai, saat langkah pertamanya memasuki kantin, berbagai aroma sedap menyambangi hidungnya, teringat lah dia, bahwa pagi ini baru minum kopi dan belum sarapan.
saat melihat wajah Ai yang terlihat lapar, karang akhirnya bertanya,
" apa kamu belum sarapan?" Ai pun hanya mengangguk menjawab pertanyaan itu. dengan itu Karang berdiri lagi memesan makanan tambahan. barulah perbincangan dilanjutkan.
" kenapa kamu tidak mau memberi tahu teman-teman mu tentang masalah ini? apa kamu kenal dengan orang yang mengikuti atau orang yang menyuruhnya mengikuti mu?" tanya karang pada gadis di hadapannya.
Ai tahu tidak ada yang bisa di sembunyikan dirinya dari sahabatnya dan juga pria dihadapannya ini. jadi Ai memilih menjawab jujur.
" dia tidak melakukan atas perintah siapapun, itu murni keinginnannya. dia mantan pacarku." jawabnya lirih. karang mengangguk anggukan kepalanya tanda paham.
" lalu kenapa dia mengikuti mu?" tanya karang lagi seperti polisi yang sedang mengintrogasi tersangka. anehnya Ai juga menjawab saja.
" tidak tahu..." Ai menggelengkan kepalanya.
" kamu tahu kan temanmu sangat peduli denganmu. apa kamu nggak mau berbagi masalah dengan mereka? itu akan menyakiti mereka, bukankah kamu juga merasa sakit saat salah satu temanmu tidak terbuka kepadamu tentang masalahnya?" kali ini Ai hanya diam menundukkan kepalanya. sedetik hening, sampai keheningan itu terpecahkan oleh pelayan kantin yang mengantar pesanan mereka.
rasa lapar Ai menguap saat karang menyinggungnya tentang sahabatnya yang akan merasa tersakiti jika dia tak terbuka dengan mereka. Ai diam-diam membenarkan perkataan karang yang terakhir.
melihat gadis dihadapannya masih menundukkan kepalanya, tanpa sadar tangan karang mendarat di kepala gadis itu dan mengelusnya pelan, rambutnya lembut bagai sutra.
" sudahlah..., ayo makan dulu. urusan itu akan aku pikirkan." kata Karang menyodorkan piring-piring pesanannya.
Ai hanya mendongak saat kepalanya disentuh, selama ini barulah Karang yang mampu menyentuhnya tanpa ada rasa ingin menepis sentuhan itu, selain sahabatnya tentu saja. setelah beberapa detik akhirnya Ai tersadar dan mulai makan hidangan dihadapannya. sambil makan Ai berpikir, mungkin aku perlu makanan pedas nanti di rumah untuk membantuku berpikir mana yang baik untuk di lakukan.
Karang juga terlarut dalam pikirannya sendiri dengan kopi di tangannya.
jadi dia sudah pernah pacaran, tapi kenapa semua yang di tampilkan wajahnya tak terlihat adanya bekas orang lain. terlihat bersih, apa pacarnya tidak pernah meninggalkan jejak atau dia yang sangat pandai menyembunyikannya? keduanya aku tak tahu mana yang lebih rasional.