permintaan langsung begini kalau di tolak pun harus ada janji lain waktu. waktu untuk misi ini aja udah mepet, baiknya di bicarakan sekarang aja. terlepas baik buruknya dampak dari pembicaraan yang bikin khawatir ini, pembicaraan memang harus dilakukan.
akhirnya Ai memutuskan dengan segenap hati mempersiapkan mental untuk segala kemungkinan.
" ok, tapi bisa kasih waktu buat pamit sama temen yang lagi nungguin 'kan?" karang mengangguk sebagai konfirmasi. keduanya balik kanan. karang menuju tempat duduk di sudut ruang, Ai menghampiri ke empat sahabatnya.
" ada yang mau di bicarakan kak karang sama aku. kalian pulang duluan aja. rapat juga bisa dimulai tanpa aku. pun rapat kali ini cuma menginformasikan jalannya misi ke Riza. jangan terlalu malem begadangnya." pamit si pada ke empat sahabatnya.
" kamu juga. kalo nggak dapet bus naik taksi atau telfon rumah minta jemput. jangan tanggung sendiri. gimanapun kamu tetep cewek." jawab Kairan mewakili yang lain. setelah mengantar keempat sahabatnya sampai depan pintu barulah Ai menghampiri karang di sudut ruangan.
" ada apa kakak memanggilku?" tanya Ai membuka percakapan.
" mau kamu jadi pendengar ku."
apa yang akan di bicarakan sebenarnya. sebelumnya belum pernah aku melihat dia berbicara sambil nunduk gini. segitu pribadinya kah?
" ok, aku siap menjadi pendengar."
" sebenarnya cerita ini mungkin akan membosankan. siapa yang bakal suka sama sejarah pahit? hanya membuat marah dan kadang hilang kendali dan berujung dendam. aku harap kamu mau mendengar cerita sejarah yang satu ini."
lengang sejenak, Ai pun tak bersuara memasang telinga mendengarkan kelanjutan cerita Karang. Karang menarik nafas dalam dan menghembuskan-nya terdengar berat.
" ini ceritaku saat aku masih anak-anak. kenangan bersama orang tuaku, dendam, dan kebencian yang turut andil membentukku menjadi sekarang ini. mungkin setelah ini kamu akan membenciku dan menjauhiku, tapi itu adalah resiko. untuk orang yang membantu untuk melepas dendam, menceritakan masa laluku bukanlah hal yang luar biasa. tapi aku tetap ingin kamu mendengarnya."
kita tahu tanpa Karang cerita pun Ai sudah tahu masa lalu Karang. tapi mendengar langsung dari orangnya adalah kesempatan yang langka, jadi Ai tak menyia-nyiakan peluang itu.
karang menceritakan masa lalunya. sesekali ada bendungan besar di matanya yang segera di hapus. ini pertama kalinya Ai melihat seorang pria dengan kondisi rapuhnya. Alka, Riza, dan Kairan bukannya sangat kuat, tapi mereka tak pernah membiarkan orang lain melihatnya rapuh.
sesekali Ai juga mengusap pipinya yang memiliki sungai baru gara-gara mendengar cerita Karang secara langsung.
selesai bercerita, keduanya terdiam cukup lama. sepertinya Karang pun akan pulang sendiri. Jeram dan Air sudah tidak terlihat di dalam klub. mungkin memberi ruang untuk Karang bercerita pada Ai, jadi mereka berinisiatif pergi lebih dulu.
setelah sesak di dada hilang, Ai angkat bicara.
" aku nggak tahu ini akan berarti atau tidak. tapi aku punya satu tawaran untuk kakak."