" selama ini aku selalu mencari waktu yang tepat untuk mengatakan ini,.." kata Fei lirih, badannya tertutup oleh tiga buah tas kamera dan tangannya menenteng tripod. suara lirihnya terdengar memasuki telinga dengan lembut saat dia melanjutkan,
" kemudian aku sadar, tidak akan ada waktu yang tepat untuk kita. karena bagi kita, tidak ada hal yang perlu di tutupi dan tidak ada hal yang membuat kita merasa tertekan karena rasa ingin tahu dari yang lain.
" sebentar lagi kita akan menjadi manusia jika kita memilih jadi manusia," semua mendadak bisu mendengar pernyataan tersebut. " aku tahu kalian berkewajiban, dan aku yang terlalu liar untuk melakukan sesuatu yang berulang. jelas aku memilih untuk tetap seperti ini." akhirnya Fei yang sejak tadi menatap kaki-kaki sahabatnya dan dirinya sendiri mengangkat kepalanya dengan gerakan anggun namun ketegasan muncul di matanya.
melihat dan mendengar yang Fei lakukan, ke empat sahabat itu sedikit merenung dan menampilkan senyum kepada Fei yang terlihat belum selesai mengatakan semuanya.
bus menuju kampus mereka melintas, karena mereka masih setengah jalan menuju halte mereka melewatkannya. tanpa diduga, sopir yang merasa familiar dengan sekelompok orang itu menghentikan busnya dan berteriak,
" ayo naik, tiga halte berikutnya adalah tujuan kalian kan?"
dunia seakan berhenti bagi sekelompok sahabat itu, semua kecuali mereka berjalan kabur. semesta kembali berputar lagi saat Alka mohon maaf karena tidak naik bus saat itu. sang supir merasa perbuatannya sia-sia dan kembali melakukan busnya.
" kalian benar, luka Karang dan kedua temannya sekarang sudah sembuh, sifat dingin yang kak air tunjukan itu adalah sifat alamiahnya. kalian tak perlu cemaskan itu." Fei merasa tangannya berkeringat dan tripod yang di genggamnya terasa meluncur turun dari genggamannya. yang lainnya masih mendengar dengan seksama apa yang dikatakan Fei.
" karena itu, mari kita nikmati waktu yang tersisa untuk kita sendiri. waktu untuk merenung untuk mengambil keputusan yang menjadikan kita manusia atau tetap menjadi sesuatu yang belum teridentifikasi." lagi-lagi hanya lengang yang mengisi jeda pada kalimat yang Fei katakan.
" mari kita nikmati waktu bersama. dan satu hal lagi, aku sedang dalam kondisi melakukan proyek. kamera dan tripod di tangan dan badanku adalah buktinya. jadi maukah kalian menjadi bagian dalam proyekku di tengah kegiatan yang kita lakukan?" tanyanya sambil menatap satu persatu mata keempat sahabatnya, keempatnya hanya memperlihatkan ekspresi senyum, sebelum Ai melangkah mendekat. tangannya mendarat di bahu Fei.
" tentu, terima kasih atas keberanian yang kamu kumpulkan. aku tahu betapa susahnya kamu mengatakan ini." mendengar itu dari mulut Ai membuatnya lebih tenang lagi. lalu dari belakang Ai terdengar suara Kairan bertanya,
" jadi, apa proyek mu? dan apa rencana mu untuk bisa kita menikmati waktu bersama?" khas sekali nadanya berbicara layaknya penguasa. sebenarnya terdengar menyebalkan bagi yang pertama kali mendengarnya.