dengan tenang Fei menjawab,
" untuk proyek, aku belum bisa mengatakannya. aku ingin kalian menikmati hasilnya saja. jadi bersabarlah sampai selesai proyekku. sedangkan untuk cara agar kita bisa menikmati waktu bersama, ayo, kita lebih sering makan bersama. kalau tidak ada hal mendesak usahakan untuk makan bersama, di manapun tidak masalah asal bersama."
mereka terdiam sejenak, kemudian Riza melihat jam yang melingkari pergelangan tangan kirinya. matanya membelalak,
" gawat!!!, kita telat ngampus. udah gini, harus gimana?"
" ahhh...!!!, masa bolos?" seru Ai yang memeriksa waktu di hp nya.
" udah lah, kita minta temen kelas buat absen- in kita. kita harus tetep ke kampus. gini juga bagus kan. kita bisa santai ke kampus." jawab Alka dengan nada masa bodoh. tangannya terangkat dan diletakkan dibelakang kepala. terus tanpa kata membalik badannya terus melangkah menuju halte bus.
yang lainnya hanya menggelengkan kepala, sambil berkata dalam hati, ' anak yang satu ini...!"
karena mereka melewatkan bus pertama, mereka harus menunggu sekitar lima belas menit untuk bis selanjutnya. mereka naik bus itu dan duduk di bagian belakang yang terdapat kursi panjang cukup untuk berlima.
***
setibanya di gerbang kampus, mereka berpencar ke tujuan masing-masing. Ai pergi ke taman belakang kampus yang biasanya sepi. Ai menyusuri lorong-lorong bangunan untuk memotong jarak. Ai terbiasa jalan dengan tertunduk, jadi tak bisa melihat adanya orang dari depannya, dan karena langkahnya sedikit lebih cepat cari biasanya, dia tidak tahu ada orang dari arah yang berlawanan dengan kecepatan yang lumayan.
dengan cepat kejadian berikutnya terjadi, mereka bertabrakan. dua buku pelajaran, sebuah jurnal, dan sebuah novel terjatuh dari dekapan tangan Ai. karena tabrakan itu, Ai mundur beberapa langkah dari tempatnya karena tubuhnya tidak seimbang.
sambil memegangi kepalanya, terdengar suara lirih Ai yang cukup untuk di dengar oleh orang yang menabraknya,
" aduh..."
" maaf, saya tidak melihat tadi." ucap orang yang menabrak Ai tadi. suaranya berat, khas suara pria dan Ai merasa kenal dengan suara itu. lalu Ai mendongak untuk melihat siapa yang menabraknya. betapa terkejut dan senangnya si setelah melihat sosok itu. hal yang sama juga terjadi pada pria dihadapannya.
tanpa sadar Ai menyerukan nama pria itu dengan mata berbinar dan suara penuh semangat, " Findra...!". Pria itu hanya senyum senang mendengar gadis dihadapannya menentukan namanya dengan mata berbinar dan semangat. dia masih mengingatku, batinnya.
kemudian pria yang namanya diserukan tadi berjongkok dan memunguti buku-buku yang terjatuh tadi. Ai juga melakukan hal yang sama.
" kamu tahu, saat seseorang mengambilkan barang mu yang terjatuh dengan berjongkok kamu tak perlu melakukan hal yang sama." Findra menyerahkan buku yang dipungutnya pada Ai. kemudian melanjutkan berkata, " jika kita berjongkok bersamaan ada kemungkinan kita berbenturan. kebetulan juga aku ketemu disini."
" apa kamu mencati ku?" tanya Ai tanpa ragu...
" ya..., bukankah seharunya kamu ada kelas? kenapa berkeliaran di lorong?" jawab Findra tanpa ragu juga. kali ini suara Ai semakin lirih hingga terdengar seperti bisikkan yang mengusik telinga yang mendengarnya karena penasaran dengan apa yang dikatakannya.
" telat...,"
" ini tidak seperti kamu, apa kamu masih sama dengan orang yang aku kenal dulu?"
" tidak...," jawab Ai pendek.
" tapi reaksiku tadi saat aku berjongkok dihadapan mu masih sama seperti yang dulu. kamu mau kemana? ada yang mau aku bicarakan dengan kamu tentang masa yang dulu." kata Findra yang mencegah Ai melewatinya dengan menggenggam lengan bagian atasnya. Ai memang berniat meninggalkan Findra sendiri. Ai menepis tangan Findra yang ada di lengannya sebelum membalas perkataan Findra,
" kamu juga masih sama seperti dulu, suka memaksakan kehendak. sekarang kamu hanyalah seseorang dari masa laluku. aku tak ingin mendengar apapun tentang masa lalu, meskipun aku berterimakasih pada masa lalu dan juga dirimu yang ikut andil dalam membentuk diriku yang sekarang." setelah mengatakan itu, Ai pergi tanpa menengok ke belakang.