Karang menjalankan motornya dengan kecepatan stabil. 60 KM perjam begitu informasi yang spidometer berikan. sebenarnya terlalu pelan bagi Karang memacu sepeda motornya sekarang ini. mengingat kemungkinan bahwa orang yang duduk di belakangnya jarang mengendarai sepeda motor, karang menahan hasratnya.
selama perjalanan, hanya hening dan deru mesin motor yang terdengar oleh Ai. Ai tak mau mengacaukan konsentrasi Karang mengendarai motor itu. karang juga tak mau mengganggu gadis di belakangnya dengan pikirannya. jadilah senyap teman perjalanan mereka.
lima menit meninggalkan gerbang kampus karang menepikan motornya, teringat sesuatu. Ai mencondongkan tubuhnya, mendekatkan wajahnya ke sebelah wajah karang yang tertutup helm,
" ada apa?" tanya Ai, yang bingung kenapa sepeda motornya terhenti.
Karang memalingkan wajahnya ketempat wajah Ai berada, untung wajah mereka sama-sama tertutup helm. jika tidak mungkin karang akan lepas kendali. bahkan dengan tertutup helm pun karang merasakan debar jantungnya yang berpacu tidak normal. padahal yang dia lihat hanya mata Ai.
" aku lupa menanyakan, kemana harus aku antar kamu?" jawab karang dengan segera menghadapkan wajahnya kearah depan.
" oh..., ke restoran tempat aku bekerja. aku tinggal di belakang restoran itu." jawab Ai, yang juga merasakan debaran yang sama dengan Karang saat mata mereka bertemu. hanya saja, rasa cinta terlalu mewah baginya tanpa hubungan pernikahan lebih dulu. dengan cepat Ai menepis kemungkinan bahwa dia telah jatuh cinta dan menganggap apa yang terjadi pada jantungnya saat bertatap mata dengan karang hanya sebatas rasa kagum.
sedang karang terlalu gengsi untuk mengakui cinta yang tumbuh dalam hatinya yang membuat jantungnya berdebar dengan tidak teratur setiap kali memandang mata coklat madu gadis di belakangnya.
satu dini hari mereka sampai di restoran itu. Ai yang kesulitan melepas helm yang di gunakan sedikit mengeluh saat tanpa sadar kulit dingin tangan karang menyentuh permukaan bawah dagunya. dingin tapi terasa nyaman. sedang untuk celana karang yang Ai pakai, ia berjanji akan mengembalikannya lusa beserta sabuknya juga.
karang hanya mengangguk, kemudian parkir sepeda motornya dan melaju menjauhi tempat di turunkannya Ai dengan kecepatan yang standar bagi Karang.
Ai tertegun dengan kecepatan karang mengendarai motornya. secepat itu kah? tapi kenapa tadi tidak secepat itu? atau mungkin aku yang tak merasakannya?
Ai masuk rumah dengan segudang pertanyaan tentang betapa cepatnya karang mengendarai motor...