" apa perlu aku yang mulai lebih dulu?" tanya Ai sesaat setelah duduk. Ai mengangkat tangannya, tanda pada pelayan dua akan memesan. pelayan berjalan mendekat ke meja mereka.
" silakan." karang menjawab santai. sebenarnya yang karang butuhkan adalah teman bicara. tak peduli siapa orangnya, dia butuh orang yang mau berbicara mengisi telinganya. Ai adalah bonus penantiannya. setidaknya dia orang yang selama ini tidak hanya bicara tapi juga mendengar saat bersamanya.
" apa yang kakak lakukan beberapa hari yang lalu di tempatku bekerja?"
" makan malam. kamu tidak masuk hari itu, bagaimana tahu?"
" temanku bercerita. kecewa aku tidak ada jadwal waktu itu?" pertanyaan-pertanyaan yang basa-basi menjadi pembuka. hal yang biasa dilakukan orang-orang.
" tidak juga. menyerah mengikuti ku?"
" tidak juga. masih mau di ikuti?"
" kopas (copy paste). kehabisan kata?"
" hehe..., kurang lebih. ada yang mau di tanyakan?"
" kurang lebih, hanya butuh teman bicara. keberatan?"
" kopas, tidak, kebetulan aku juga butuh. mungkin sedikit pribadi, keberatan?"
" asal di luar topik keluarga. mana temanmu lainnya?"
" ada kelas, beberapa sibuk. kalau pacar?"
" boleh. aku iri, kalian sering bareng. seperti apa rasanya?"
" senang. tipe kakak seperti apa?"
" umum, kayak kebanyakan cowok. kamu yang tanya aja aku jawab. aku cuma butuh teman ngobrol, nggak ada pertanyaan. mungkin nanti ada, baru aku tanyain."
" ok, tapi kakak jujur banget ya. apa nggak ada spesifikasi khusus?"
" nggak tahu. kamu sendiri?"
" pacaran bukan hal penting dalam hidupku. kalau aku tanya seperti apa ibu kakak boleh nggak? nggak usah di jawab kalo nggak mau cerita."
" nggak ada wanita yang lebih lembut dan anggun darinya. itu saja."
" cape juga mikirin pertanyaan, kakak nggak ada pertanyaan kah? bahkan pesenan ku juga belum datang, tapi udah bingung mau tanya apa"
tidak ada jawaban dari Karang membuat Ai bersuara lagi.
" maaf kalo kakak ke-singgung, apa kakak selalu hemat kata begini?"
Karang yang sedang minum menyemburkan sedikit air dari dalam mulutnya, kemudian tersedak.
" eh..., kakak nggak pa pa?" tanya Ai sambil menyodorkan beberapa tisu kepada Karang. karang mengangkat tangannya tanda bahwa dia tak perlu di cemaskan.
apa aku ini sangat hemat kata sampai di tanyai begitu?