Chereads / Devourer Of Spirits : Immortality (Pindah ke Noveltoon!) / Chapter 3 - Cp.3 - Seorang diri dalam hutan

Chapter 3 - Cp.3 - Seorang diri dalam hutan

Shen Zhu benar-benar tidak percaya jika kedua orang tuanya mati tepat dihadapannya bahkan mayat kedua orang tuanya masih tergeletak tepat didepan matanya. Shen Zhu hanya bisa menangis, sedangkan api yang membakar seluruh desanya kini telah padam oleh air hujan yang turun dari langit.

Bukan hanya kedua orang tua Shen Zhu saja yang telah mati dari peristiwa itu, melainkan seluruh penduduk di desa tersebut semuanya mati. Bisa dikatakan hanya Shen Zhu lah satu-satunya yang masih hidup dari peristiwa itu.

Setelah lama hanya menangis saja, Shen Zhu mulai berdiri dan melihat seisi desanya yang telah hangus terbakar tanpa tersisa. Angin yang bertiup kencang membuat abu-abu hitam berterbangan di udara dan tidak ada satupun orang yang datang untuk memeriksa keadaaan orang-orang di desanya.

"...."

Shen Zhu tampak terdiam dan menghapus air matanya, karena lebih dari 20 orang tergeletak tak bernyawa dihadapannya bahkan bukan mayat orang dewasa saja melainkan anak-anak berusia sebaya dengannya pun tak bisa selamat dari peristiwa itu. Lalu tiba-tiba saja sinar cahaya berwarna biru yang menyelimuti tubuh Shen Zhu mulai menghilang secara perlahan dan itu jelas membuat Shen Zhu terkejut.

Dengan kondisi sekarang ini Shen Zhu berpikir untuk mengubur semua mayat yang tergeletak diatas permukaan tanah termasuk dengan kedua orang tuanya sendiri. Lalu tidak lama kemudian Shen Zhu melangkahkan kakinya untuk mencari sebuah skop kayu yang dimana biasanya dipakai oleh para petani di desanya, namun sayangnya skop kayu juga ikut terbakar dan hanya menyisakan sebagian bahan dasarnya saja yaitu sebuah besi yang mencekung.

Meskipun begitu Shen Zhu tanpa ragu mengambil bagian dasar skop kayu tersebut dan mulai menggali tanah satu persatu untuk mayat-mayat yang terbujur kaku di setiap sudut ruang pandangnya.

Mungkin hanya itu yang dapat dilakukan oleh Shen Zhu, meski air matanya terus menerus terjatuh namun dia tetap menggali beberapa lubang tepat di area desanya sendiri.

Anak sekecil itu menggali lubang kuburan ditengah malam, apakah dunia ini sudah gila?

Air mata bercampur dengan keringat dan bersatu menghasilkan beberapa lubang kuburan, rasa lelah tidak bisa dipungkiri lagi. Shen Zhu sejenak beristirahat dan mulai berjalan kearah ibunya dengan pakaian yang kotor.

Ketika Shen Zhu melihat raut wajah ibunya yang sudah tidak bernyawa, dia mulai menaruh kepalanya tepat di dada ibunya dan mulai memejamkan matanya meskipun tidak bisa dihindari jika dia tidak bisa menahan air matanya sendiri.

Malam itu berlalu dengan begitu cepat, dan di pagi harinya Shen Zhu terlihat masih menggali beberapa lubang kuburan. Tatapan matanya terlihat berbeda daripada malam sebelumnya, bahkan dengan kedua tangannya dia terlihat semakin cepat dalam menggali lubang kuburan.

"Jika aku tidak selemah ini, mungkin ibu dan ayah tidak akan mati begitu saja didepan mataku!" Ucap Shen Zhu dengan nada tinggi sambil merauk tanah dengan besi mencekung yang digenggamnya.

"Aku tidak akan melupakan semua kejadian ini, aku akan membalas kematian orang tuaku kepada pria itu!, lihat saja nanti!, saat aku mencapai tingkat [Immortal], aku akan membunuh mereka semua yang berasal dari Clan mawar hitam seperti apa yang telah mereka lakukan kepada Clan naga biru untuk yang kedua kalinya!" Shen Zhu menggerutu setiap kali merauk tanah-tanah dihadapannya dan selalu mengingat wajah dari orang yang telah membunuh ayah dan ibunya.

Saat itu yang ada didalam pikiran Shen Zhu hanyalah rasa ingin membalaskan kematian orang-orang yang disayanginya. Terlepas dari semua itu, Shen Zhu sangat mengetahui betul pria yang telah membunuh kedua orang tuanya. Karena sebelum peristiwa itu terjadi, Shen Zhu dan ayahnya pernah pergi ke sebuah tempat dan bertemu dengan pria tersebut. Pria itu adalah anak dari pemimpin Clan mawar hitam, dan satu-satu yang menjadi masalah untuk Shen Zhu saat ini adalah pria itu sangatlah kuat bahkan tidak ada satu orang pun yang dapat menandingi kekuatannya.

Lebih dari sehari semalam Shen Zhu akhirnya telah selesai mengubur semua orang yang telah mati di desanya, dia dengan tubuh kecilnya kini menatap puluhan kuburan yang ada dihadapannya. Dua telapak tangannya menyatu dan matanya tertutup rapat sambil mendoakan mereka semua termasuk kedua orang tua.

Lalu tidak lama kemudian Shen Zhu mulai menggenggam kalung pemberian ibunya yang dimana kalung itu telah dikenakannya semenjak dia menggali beberapa lubang kuburan. Shen Zhu memanglah anak yang mudah sekali belajar dalam situasi apapun dan karena itulah dia sangat menyadari jika dia terus menerus berada di desanya, kemungkinan besar orang-orang dari Clan mawar hitam akan kembali lagi dan itu jelas akan menjadi masalah untuknya. Oleh sebab itu, Shen Zhu memutuskan untuk pergi meninggalkan desanya sendiri untuk menghindari masalah yang tidak dia inginkan.

Selepas Shen Zhu selesai berdoa, dia pun akhirnya meninggalkan desa tercintanya tanpa sebuah bekal untuk perjalanannya. Didalam pikirannya bertahan hidup adalah hal mudah asalkan binatang-binatang masih ada di alam liar. Meski saat itu Shen Zhu tidak mengetahui arah jalan yang benar, namun keajaiban seperti memandu setiap langkahnya bahkan dalam waktu lebih dari satu bulan dia masih tetap bertahan hidup dengan kemampuan yang dia miliki. Berbagai macam cara dia lakukan untuk bertahan hidup didalam hutan meski usianya masih 11 tahun.

Perjalan yang cukup panjang membuat Shen Zhu harus berpindah-pindah ketempat yang lebih aman didalam hutan, berkali-kali dia memanfaatkan teknik bertarung yang telah diajarkan di desanya untuk membunuh bermacam-macam binatang. Sebagian besar dari binatang yang telah dibunuhnya menjadi satu-satunya sumber makanan untuknya.

Malam pun tiba, Shen Zhu tampak membuat sebuah api dengan caranya mencari beberapa ranting dan dengan sedikit pengetahuan yang dimilikinya. Lalu tidak lama kemudian dia mulai mendekatkan ikan-ikan besar yang telah tertusuk oleh batang kayu yang runcing. Aroma harum membuat perut Shen Zhu berbunyi cukup kencang seperti tak sabar untuk menyantapnya.

"Sudah lebih dari satu bulan aku berada di dalam hutan ini, apakah ini saatnya aku keluar dari hutan ini?" Ucap Shen Zhu dengan raut wajah yang mengesalkan sambil memutar-mutarkan kayu di kedua tangannya.

"Jika aku keluar dari hutan ini, apakah aku akan baik-baik saja?" Shen Zhu tampak ragu untuk mengambil keputusan yang tepat, dia sangat menyadari jika dirinya meninggalkan hutan maka dia harus menanggung akibatnya terutama pada makanan yang sangat mudah didapatnya dari dalam hutan.

"Mungkin lebih baik aku mengumpulkan makanan sebelum aku pergi dari hutan ini." Shen Zhu tanpa ragu langsung memakan ikan besar yang ada dikedua tangannya dengan lahap.

Di malam itu ribuan bintang terlihat jelas dimata Shen Zhu, setiap sepuluh detik sekali terlihat bintang berjatuhan dan itu membuat Shen Zhu membuka mata dan mulutnya lebar-lebar merasakan keindahan yang tidak pernah dilihatnya. Lalu tidak lama kemudian dia pun memejamkan kedua matanya dan mulai berdoa.

"Ya tuhan, sampaikanlah salamku kepada ibu dan ayah. Aku sangat merindukan mereka berdua." Gumam Shen Zhu dengan air mata mulai menetas di pipinya dan tidak lama kemudian dia pun membuka matanya kembali untuk melihat bintang-bintang yang kini bersinar-sinar seakan menjawab doanya.