Dentuman terdengar memekakkan telinga, disusul cahaya keemasan berkobar mewarnai cakrawala melahap segala sesuatu yang dicapainya.
Bau hangus bercampur darah segera menyeruak kedalam indra penciuman setiap makhluk, tak ada yang tahu apa yang terjadi, hingga kematian menyapa, tak seorangpun sempat berpikir tentang penyebab kematian mereka.
Sepasang mata mengamati dalam gelap, berdiri dicabang sebuah pohon besar di ujung hutan. Rambut panjangnya tertiup angin malam, ranting dan dedaunan melambai seolah tunduk padanya.
Dalam satu malam Kota kecil di pinggir hutan rata dengan tanah.
Pembantaian yang begitu sederhana dan brutal.
"Misi selesai," gumamnya dengan sudut bibir sedikit melengkung, tersenyum sinis
Ya dia adalah Clara Raimond, gadis berusia 19 tahun memiliki temperamen dingin, salah satu agen rahasia termuda di organisasinya yang malam ini ditugaskan untuk menghancurkan tempat persembunyian para pemberontak yang sekaligus menjadi pusat persenjataan illegal dan Narkoba.
Misi yang sangat mudah, semudah membalikkan telapak tangan baginya dengan hanya berbekal kemampuan istimewanya yang tak dimiliki oleh orang lain dan hanya diketahui oleh dirinya sendiri.
Entah pamannya mengetahui kemampuan istmewanya atau tidak, Setiap menjalankan misi ia selalu diberi misi dengan anggota tunggal seakan akan memungkinkan Clara menyembunyikan kemampuan yg dimiliki untuk tidak diketahui oleh orang lain.
Sejak kecil ia diasuh oleh adik ayahnya, paman sekaligus pemimpinnya saat ini.
Orang tuanya ?
Ia bahkan tak pernah melihat seperti apa rupanya.
Setiap ia bertanya tentang orang tuanya, pamannya selalu mengalihkan pembicaraan.
Sejak umur 7 tahun, kehidupan masa kecilnya berubah, ia dididik dengan keras untuk tumbuh menjadi kuat.
Segala hal telah ia pelajari. Segalanya.
Masa kanak-kanak yang begitu keras membuatnya tumbuh menjadi gadis seperti sekarang. Kuat dan dingin.
Clara lebih menyukai kesendirian, setiap misi yang diberikan selalu berhasil dengan hanya dirinya seorang.
Banyak agen lainnya yang iri tetapi tak bisa melakukan apa-apa mengingat hubungannya dengan pemimpin saat ini.
Selesai mengagumi mahakarya yang diciptakan di depannya, Ia berbalik dan menghilang dalam sekejap.
Di bawah cahaya lampu tamaram di ujung gank, sosok tiba-tiba muncul menuju ke mobil yang sebelumnya diparkir olehnya, menancap gas menuju markas untuk memberi laporan tentang misinya.
***
"Clara"
Sebuah suara halus memasuki indera pendengarannya, ketika ia berjalan masuk menuju ke ruang utama.
Sosok cantik, tinggi, dengan pakaian yang sangat mencolok menggambarkan setiap inch lekuk tubuhnya, berjalan kearahnya menimbulkan suara yang membuat kaki clara ngilu sampai ke ubun-ubun, sebuah benda yang sangat memuakkan baginya "High Hells".
Wanita itu merupakan salah satu agen di organisasi yang sama dengan Clara. Namanya Irene, meskipun kemampuannya tidak selihai Clara, tapi wajah cantik itu membuatnya dikagumi oleh Pemimpin dan agen-sgen lainnya.
"Ya?" jawab Clara acuh tak acuh
"Bagaimana misimu?" Irene bertanya lagi dengan suara keramahan yang dibuat-buat.
"Seperti biasanya," dengan nada dingin Clara kembali merespon
'Cihh begitu sombongnya,' kalimat yang hanya diucapakan dihati irene tanpa mempengaruhi ekspresi diwajahnya.
"Hei, berhenti bersikap dingin padaku, aku adalah calon bibimu, bagaimana hidupku nanti jika memiliki keponakan yang selalu acuh tak acuh padaku,"
Memasang ekspresi sedih dan berjalan lebih dekat dengan Clara. Dinilai dari penampilannya saat ini sepertinya dia mengambil cuti hari ini.
Tak ada ekspresi yang ditunjukkan Clara, itu dingin dan sangat tenang seperti danau yang tak berdasar.
"Aku ingin mengundangmu makan malam, bagaimana?" sambil mengamati ekspresi diwajah Clara ia kemudian berkata lagi "Aku janji tak akan mengusikmu terlalu jauh, hanya sekedar makan malam saja."
Clara tetap diam tak merespon
"Ayolah.. selama ini, aku selalu mengajakmu tapi responmu selalu seperti ini, ayolah ... Kali ini saja, aku tau kamu tak begitu menyukaiku untuk menjadi bibimu, aku hanya ingin merasakan makan malam bersamamu, sekali saja. Aku janji habis ini aku tak akan mengganggumu lagi, bagaimana?" Memasang ekspresi sedih sambil terus merengek pada Clara.
Melirik jam di tangannya yang baru menunjukan pukul 01.00 dini hari, Clara mempertimbangkan ucapan Irene, selama ini ia selalu diganggu oleh wanita ini yang membuatnya merasa risih dan tidak nyaman. Entah apa niatnya, irene selalu ingin dekat Clara meskipun sudah ditolak berkali kali.
Tapi kali ini dia terpaksa menyetujui ajakan Irene mengingat perutnya juga belum terisi dari tadi siang.
"Hmm, baiklah. Tunggu aku menyelesaikan laporan dulu," tanggap Clara sambil melenggang pergi ke ruang utama.
Sudut bibir Irene terangkat samar, tersenyum licik memandang tubuh Clara yang semakin menjauh darinya
"Mari kita lihat sampai kapan kamu bisa begitu sombong Clara?"