Chereads / Devourer Of Spirits : Immortality (Pindah ke Noveltoon!) / Chapter 2 - Cp.2 - Api melahap sebuah desa

Chapter 2 - Cp.2 - Api melahap sebuah desa

Shen Zhu yang berada di atas bukit di dekat desanya kini terlihat sedang bermeditasi di bawah pohon yang sangat besar. Aliran Qi didalam tubuhnya mulai perlahan keluar, tubuhnya pun kini diselimuti oleh Qi berwarna biru. Waktu berjalan cukup cepat dan Shen Zhu sama sekali tidak mengetahui jika matahari sudah hampir terbenam.

Tidak lama kemudian suara ledakan terdengar jelas dari arah desanya, itu jelas membuat Shen Zhu terkejut dan langsung membuka kedua matanya secara bersamaan.

Boom!

Tanpa pikir panjang Shen Zhu berdiri dan berlari ketepi bukit sambil melihat kearah sumber ledakan tersebut. Tatapan matanya penuh dengan rasa ketidak percayaan ketika melihat api melahap separuh desanya.

"Ayah, Ibu!" Ucap Shen Zhu yang hanya memikirkan kedua orang tuanya saat melihat api-api mulai melahap rumahnya sendiri.

Disaat itu juga Shen Zhu langsung bergegas berlari sekuat tenaga untuk memastikan Ayah dan Ibunya masih hidup, batu demi batu yang menghalanginya dia lompati begitu mudah. Lalu setelah Shen Zhu hampir mendekati dasar permukaan desa, dia mendengar suara seorang wanita yang memanggil-manggil namanya.

"Shen Zhu!, dimana kamu nak!" Wanita itu terlihat berlari-lari melihat ke kanan dan kirinya mencari-cari keberadaan Shen Zhu sambil membawa sebuah kalung ditangan kanannya.

Mendengar suara yang tidak asing membuat Shen Zhu langsung berlari kearah sumber suara yang memanggil-manggil namanya berulang-ulang kali.

"Ibu! aku disini!" Shen Zhu berlari kearah wanita itu yang dimana ternyata wanita itu adalah ibunya, dia melihat jelas raut wajah ibunya sangat cemas dan begitu terburu-buru mendekatinya.

Disaat mereka berdua saling berpapasan, Ibu Shen Zhu tampak langsung memberikan kalung yang selama ini digenggamnya sambil berkata dengan nada yang cukup tinggi;

"Shen Zhu, jagalah kalung ini dan jangan sampai kalung ini jatuh ke tangan orang lain!"

Ketika itu Shen Zhu tampak kebingungan saat ibunya memberikan kalung yang selalu dikenakan oleh ayahnya. Kalung itu terlihat biasa-biasa saja bahkan tidak ada sesuatu yang menarik dari kalung itu, namun entah kenapa ibunya menyuruhnya untuk menjaga kalung tersebut.

"Bukankah ini kalung ayah?, dimana ayah sekarang, bu?!" Shen Zhu menatap cemas kearah ibunya dan merasa sesuatu yang buruk telah terjadi kepada ayahnya.

"Kau tidak perlu mengkhawatirkannya, sekarang pergilah sejauh mungkin dari tempat ini sekarang juga!" Ibu Shen Zhu tampak mendorong Shen Zhu bersama dengan kalung yang kini telah berada ditangan Shen Zhu, lalu kemudian terlihat sebuah sinar cahaya berwarna biru keluar dari tangan kanan ibu Shen Zhu dan cahaya biru itu pun langsung mengarah kearah Shen Zhu serta menyelimuti seluruh tubuh Shen Zhu.

Seketika itu juga Shen Zhu merasa tubuhnya benar-benar kedinginan namun itu tidak membuatnya terluka sedikitpun bahkan Shen Zhu merasa kini dirinya benar-benar dipenuhi oleh tenaga. Dia sama sekali tidak mengetahui jika sesungguhnya cahaya biru yang telah menyelimutinya adalah sebuah jurus yang sangat jarang dimiliki bagi sebagian orang.

"Kenapa ibu menyuruhku pergi?!" Ucap Shen Zhu namun ibunya seperti sama sekali tidak dapat mendengar perkataannya, ibunya hanya tersenyum dan sedikit meneteskan air matanya kearah Shen Zhu.

"Jagalah kalung itu Shen Zhu, karena kalung itu adalah satu-satunya pusaka yang dimiliki oleh Clan naga biru." Ibu Shen Zhu terlihat sedikit menjelaskan betapa pentingnya kalung yang ada ditangan Shen Zhu dan setelah berkata seperti Ibu Shen Zhu mulai berlari kembali kearah desa sambil mengusap air matanya yang sempat terjatuh.

"Ibu tunggu aku!" Ucap Shen Zhu mencoba mengejar ibunya namun ibunya sama sekali tidak menghiraukannya dan terus berlari kearah desa.

Tidak lama kemudian sesampainya di desanya, terlihat kekacauan dimana-mana. Kobaran api melahap semua perumahan dan terlihat orang-orang berlarian kesana-kemari bersama dengan anak-anaknya. Mungkin itu hanya sebagian orang saja, karena masih ada beberapa orang yang terlihat tengah bertarung melawan beberapa orang yang mengenakan jubah berlukisan simbol mawar hitam pada bagian belakang jubah tersebut.

"Ibu!, mereka semua siapa?!" Ucap Shen Zhu berteriak kearah ibunya sambil melihat pria-pria yang tidak dikenal bertarung melawan penduduk desa.

Kala itu Ibunya sama sekali tidak menjawab perkataan Shen Zhu, lalu disaat yang bersamaan tidak terduga seorang pria berlari kearahnya dan menembus tubuhnya. Shen Zhu pun sempat terkejut ketika mengetahui tubuhnya seperti roh yang dapat ditembus oleh apapun. Lalu tidak lama kemudian Shen Zhu pun mulai menyadari jika cahaya biru yang menyelimutinya telah membuat tak terlihat bahkan dapat tertembus oleh benda apapun.

Selagi Shen Zhu melihat telapak tangannya, Ibunya tampak berlari kearah seorang pria yang terbaring dipermukaan tanah dengan darah yang mengalir dimana-mana.

"Sayang!" Ucap Ibu Shen Zhu berlari dan langsung memegang tangan pria tersebut yang dipenuhi oleh darah.

"Kenapa kamu tidak menuruti perkataanku, Xiu Qiang?" Pria itu merasa kesal melihat Ibu Shen Zhu kembali kepadanya walaupun Ibu Shen Zhu menangis dihadapannya.

"Aku tidak akan meninggalkanmu seorang diri, jika kamu mati aku pun harus ikut mati bersamamu." Ibu Shen Zhu yang menangis tampak memegang erat tangan pria yang tidak berdaya dengan beberapa luka pada tubuhnya.

Shen Zhu yang sempat terdiam sejenak kemudian mulai berjalan dan tiba-tiba dadanya begitu sesak setelah melihat pria yang bersama dengan ibunya di penuhi oleh darah. Perlahan-lahan Shen Zhu berjalan mendekati pria tersebut sambil menggenggam erat kalung ditangan kanannya.

"Ayah..."

Air mata mulai keluar dari mata Shen Zhu ketika berjalan mendekati pria yang berada didekat ibunya dan pria tersebut ternyata adalah ayahnya. Seiring dia berjalan kearah ayah dan ibunya, dia mendengarkan setiap perbincangan diantara mereka berdua yang membicarakan tentangnya dan kalung yang ada ditangannya.

Lalu tidak lama kemudian, Ayahnya pun sedikit berteriak kepada ibunya;

"Dasar bodoh!, Meski kamu sudah melindunginya dengan jurus yang kamu miliki,"

"Shen Zhu pasti akan tetap mengikutimu kemari!"

Ketika mendengar ayahnya memarahi ibunya, Shen Zhu tampak terdiam berdiri dibelakang ibunya dan tidak mengetahui apa yang harus dia lakukan saat itu. Lalu tiba-tiba saja sebuah pedang melesat kearahnya dari belakang.

Wussh!

Shen Zhu terlihat terkejut ketika pedang tersebut menembus tubuhnya begitu saja, meskipun Shen Zhu tidak mendapatkan luka apapun dari serangan tiba-tiba itu namun pedang itu kini telah tertancap di tubuh ibunya hingga mengeluarkan darah dan juga sempat terdengar jeritan dari ibunya.

"I-ibu!" Shen Zhu berteriak keras namun sama sekali tidak ada yang mendengar suara teriaknya.

Melihat pedang tertancap di tubuh ibunya, Shen Zhu dengan tatapan yang menyeramkan membalikkan tubuhnya dan kemudian dia pun berteriak sekuat tenaga kearah pria yang baru saja menyerang ibunya dari belakang;

"Apa yang kau lakukan, b*jingan!"

Disaat Shen Zhu telah membalikkan badannya sambil berbicara, disaat itu pula dia melihat pria bertubuh besar dengan rambut pendek berwarna hitam yang membentang keatas langit. Lalu Shen Zhu pun tiba-tiba saja melangkah mundur setelah melihat rupa pria tersebut dengan kedua matanya. Shen Zhu sangat merasa mendapat tekanan yang begitu dahsyat dari sorotan mata pria tersebut, meskipun sorotan mata pria tersebut bukanlah untuknya melainkan untuk ayah dan ibunya yang ada tepat dibelakangnya.

"Shen Jian, dimana kau menyimpan pusaka Clan naga biru?" pria yang membuat Shen Zhu merasa tekanan yang begitu dahsyat tampak berbicara dengan ayahnya sambil perlahan menarik pedangnya yang tertancap pada tubuh ibu Shen Zhu.

Tidak lama kemudian tubuh Xiu Qiang pun terjatuh diatas tubuh Shen Jian yang sedang terluka parah dan Xiu Qiang terlihat sama sekali tidak dapat bergerak meskipun Xiu Qiang masih dapat bertahan dari serangan tiba-tiba itu. Lalu, sebuah bintik-bintik berwarna hijau mulai terlihat di seluruh bagian tubuh Xiu Qiang dan itu jelas membuat Shen Jian sangat cemas dan langsung berkata semampunya;

"A-apa yang kau lakukan pada istriku, Liu Jin!"

Ditengah-tengah perbincangan antara Shen Jian dan Liu Jin, Shen Zhu terlihat membalikkan badannya lagi dan mengetahui jika ayah dan Ibunya dalam keadaan yang sangat buruk. Namun tetap saja Shen Zhu tidak dapat berbuat apa-apa bahkan dirinya mulai menghentakkan lututnya kepermukaan tanah.

"Jika kau ingin istrimu selamat, cepat katakan dimana pusaka Clan naga biru berada." Liu Jin menatap dengan tajam kearah Shen Jian bahkan dimatanya terlihat jelas bahwa dirinya tidak akan mungkin membiarkan hidup Xiu Qiang begitu saja.

Lalu setelah itu Xiu Qiang mulai membuka mulutnya dan berusaha berkata-kata meski itu sangat sulit baginya;

"J-jangan k-katakan k-kepadanya."

Shen Jian yang melihat Xiu Qiang masih tetap berusaha untuk melindungi pusaka dan juga anaknya membuat Shen Jian tidak dapat berkata apa-apa, hingga akhirnya Shen Jian pun mulai menaruh tangan kirinya keatas tubuh Xiu Qiang yang telah berlubang.

"Baiklah, jika itu keinginan kalian berdua." Liu Jin sempat menutup matanya sejenak dan kemudian membentangkan pedangnya kearah Shen Jian dan Xiu Qiang. Lalu tiba-tiba saja pedang milik Liu Jin mulai memunculkan sebuah kobaran api dan langsung mengarah tepat kearah mereka berdua.

Wuuuurrrrrr!!

Seketika itu juga Shen Zhu berteriak kearah ayah dan ibunya yang kini telah terlahap oleh kobaran api. Lalu tidak lama kemudian ayahnya tampak membuka mulutnya seperti mengatakan sesuatu kepadanya.

"Per-gi-lah"

Meski tidak dapat terdengar, namun Shen Zhu sangat memahami ucapan terakhir ayahnya yang entah mengapa kata-kata itu seperti tertuju kepadanya. Namun, Shen Zhu merasa sangat sulit untuk pergi meninggalkan kedua orang tuanya yang mati tepat dihadapannya. Dia sangat membenci dirinya sendiri karena hingga akhir kepergian orang tuannya, dia sama sekali tidak dapat berbuat apapun. Air mata terus mengalir dari matanya dan tidak ada satu orang pun yang dapat melihat keberadaannya. Hingga akhirnya satu persatu orang meninggalkan tempat tersebut dengan diiringi rintik air hujan.