Setiap harapan pasti selalu yang terbaik menurut kita. Tapi, belum tentu yang terbaik menurut Tuhan. Semua yang aku jalani hari ini menurutku bukan sesuatu yang adil yang Tuhan takdirkan. Aku bahkan seringkali berkata lirih bahwa Tuhan tak menyayangiku. Bahkan sebagai seorang manusia yang lemah tak berdaya, aku hanya bisa pasrah menjalani hidupku yang jauh berbeda dengan apa yang dialami teman sebayaku. Aku tahu dan sadar bahwa setiap orang memiliki masalah hidupnya masing-masing. Tapi, aku hanyalah aku. Aku hanya seorang anak gadis yang tak mampu mengelak atas segala perintah orang tuaku, lebih tepatnya papaku, untuk tidak menerima kehadiran ibu tiri dalam keluarga kami. Sejak dua tahun silam, ketika mamaku pergi menghadap sang khalik untuk selamanya.
Semua bermula ketika kisah kehidupan keluargaku berbeda dengan teman-teman sebayaku. Aku, gadis remaja berusia 15 tahun, anak tertua dari dua bersaudara, yang harus menjalani hidup bersama ibu tiri yang tak pernah diharapkan kehadirannya. Walau masih ada duka di hati karna kepergian mama. Yang juga belum sempat tertata dengan baik, hati yang rapuh ini. Mau tidak mau, aku harus tetap menerima ketetapan Tuhan untuk hidup dan masa depanku. Sehingga pada akhirnya, di setiap sendiriku, aku hanya mampu berkata: "Mama, aku punya ibu tiri!"
Namun, amanat sang mama masih terus membayangi langkahku dalam pencarian cinta sejatiku. Bukan sekali, bahkan seringkali aku selalu salah menetapkan hati karna tidak sesuai dengan amanat mama. Maka, seringkali pula hati ini selalu terpatahkan lagi dan lagi. Karna, satu dari ketiga amanat beliau sebelum meninggal, ada pesan yang secara tidak langsung merupakan penjelasan dari Tuhan, bahwa orang itu lah yang kelak akan menjadi pasangan hidupku.