Arya sudah melepas semua peralatan selamnya, kecuali bajunya. "Penyambutan??Apa kau sinting?? kami bisa saja mati terkena serangan jantung." Arya masih kesal dengan apa yang baru saja terjadi.
"Anggap saja ini ritual turun menurun untuk seorang anak baru." Richard tersenyum lebar, ia sudah mengenakan jas labnya yang berwarna putih.
"Dimana barang bawaan kami?" Tanya Irma, Richard melirik ke arah Irma. "My lady, maafkan aku lupa bilang. Aku meninggalkannya di pesawat. Kalian tidak membutuhkan hal yang tidak berguna. SSU sudah menyiapkan semuanya." Jawab Richard.
"Kamu!!??" Arya rasanya ingin sekali memberikan tinjunya ke arah Richard, Tapi Irma menahannya.
"Ho..ho..ho.. Aku suka dengan semangatmu. Mari ikuti aku, karena aku sedang berbaik hati. Aku sendiri yang akan mengantar ke ruangan kalian. Kalian butuh berganti baju bukan?" Richard masih mempertahankan senyumnya.
***
Mereka semua sudah mengeringkan tubuh dan merapikan diri. Arya masih tampak canggung dengan kondisi sekitarnya, pandangan sekitar mereka tampak mencurigakan. Atau karena warna bajunya yang berwarna kuning cerah.
Irma juga terlihat risih dengan seragam yang ia gunakan, ia justru menggunakan seragam berwarna orange dan garis-garis merah di area dadanya.
"Hei Richard." Ucap Arya, mencoba menghentikan langkah pria tinggi itu. Mereka sedang berjalan di sebuah lorong yang cukup besar. Lorong itu berlapiskan stainless baja yang terang. Banyak pintu-pintu yang mereka lewati. Mereka sendiri pun belum tau kemana pintu-pintu tersebut akan mengarah.
"Selamat datang di pusat penelitian SSU. Ingat !!" Ucap Richard membalikkan badannya menghadap Arya dan Irma, tapi ia tetap berjalan walaupun dengan berjalan mundur.
"Saat ini kalian sedang berasa di kedalaman dua ribu meter dari dasar laut, tapi tenang saja oksigen disini cukup dan banyak, kuharap kalian tidak mabuk laut ya.. Karena nyatanya kalian didalam lautan... hahaha... "
Arya dan Irma menatap dengan kesal, melihat Richard yang suka membuat lelucon yang nyatanya tidak lucu sama sekali bagi mereka.
"Hahhhhh... dimana selera humor kalian??" Richard yang sadar Arya dan Irma tidak ikut tertawa dengannya. "Dan soal barang kalian, tenang saja Patricia yang membawanya. Kalian ingat pramugari cantik itu bukan."
"Silahkan sebelah sini." Richard menempelkan kartu staffnya, pintu yang ada di depan mereka terbuka otomatis. Arya melihat sebuah ruangan yang tampak seperti ruang belajar.
Setidaknya ada sekitar dua puluh kursi kecil lengkap dengan meja yang disusun rapi, "Anggap rumah sendiri, silahkan duduk." Richard sudah mulai sibuk dengan peralatan proyektornya.
"Arhhh sudah lama sekali aku tidak melakukan inj, Maaf kalian harus menunggu. Biasanya Saboru yang melakukan ini, dia masih sibuk dan tidak mau diganggu." Richard terus berucap tidak jelaa dan kali ini tangannya sibuk menarik-narik kabel yang melilit. Entah apa yang akan ia lakukan.
Irma kelihatan sudah kesal menunggu Richard, yang terlalu lama berkutat di mesin proyektor. Ia pun berdiri dari kursinya, mendekati Richard dengan mendengus. Mengambil dengan cepat kabel yang di pegang oleh Richard, dan langsung menyalakan mesin proyektornya dengan sangat mudah.
"My lady.. terimakasih." Ucap Richard tampak malu.
"Tidak sulit bukan, dan tolong percepat. Jika perjalanan kami yang jauh ini hanya untuk menonton tingkahmu yang konyol. Lebih baik aku mundur. Banyak tugas yang lain yang lebih penting" Sindir Irma dengan dingin. Arya yang mendengarnya sedikit menahan senyumannya.
Irma kembali duduk. "Bagaimana orang seperti dia bisa menjadi wakil SSU sih?!." Ucap Irma pelan pada dirinya sendiri dan masih tidak percaya dengan Richard.
Richard sudah siap dengan remotenya, seketika ruangan menjadi gelap. Pandangan mereka semua tertuju pada layar terang di depannya.
"Seperti yang sudah aku jelaskan, saat ini kalian berada di pusat penelitian SSU. Letak SSU berada di tengah perairan Bermuda, lokasi yang strategis tapi tidak mudah untuk di temukan." Richard kembali menyeringai.
"Apa itu SSU?" Arya menyelak. Bola mata Richard semakin melebar, seakan sudah menunggu-nunggu pertanyaan yang akan muncul dari Arya dan Irma.
"SSU, Secret Society United." Ucap Richard dengan lantang dan bangga.
"SSU berdiri sebelum adanya PBB, kami sudah berdiri sangat lama. Tugas kami adalah memantau, melindungi, dan merahasiakan." Richard menunjuk ke arah layar besar di depan mereka.
"Tentunya, dulu sekali SSU tidak seperti ini. Anggap saja pendiri kami adalah orang-orang yang memiliki kemampuan lebih. Para tetua kami, biasa disebut sebagai paranormal atau ada yang mengatakan sebagai orang aneh."
Arya dan Irma masih menatap layar, Richard menunjukkan sebuah gambar Piramida yang berdiri dengan megah.
"ini sebuah contoh, agar kalian mudah memahaminya." Richard bersender di sisi meja dekatnya, masih menyeringai dan menikmati Arya dan Irma yang masih tidak mengerti.
"Para tetua kami terdahulu, percaya bahwa ada tekhnologi dan peradaban yang sangat maju. Dan percaya atau tidak, bukan hanya manusia yang ikut serta membangun peradaban maju itu."
"Pertanyaan untuk kalian. Jika manusia jaman dulu bisa membangun sebuah Piramida berabad-abad yang lalu. Apakah kalian masih percaya, jika beratus-ratus tahun yang lalu di jaman sebelum Masehi. Hanya sebuah Piramida, tekhnologi yang berhasil mereka buat?"
Arya dan Irma tidak menjawab, mereka hanya bisa memandangi Richard dan masih menunggu kelanjutan penjelasannya.
"Hahahaha... aku suka bagian ini." Richard mulai berkelakar lagi.
Richard mengganti layar berikutnya, "Ini adalah sebuah artefak kuno yang ditemukan oleh para tetua kami dulu sekali. Panjang artefak ini sekitar empat meter, dan kalau kalian perhatikan baik-baik. Artefak ini menceritakan bagaimana kehidupan peradaban di jaman Mesir kuno bahkan sebelum jaman tersebut."
"Kami juga bekerja sama dengan para arkeolog, untuk memecahkan isi pesan yang panjang ini." Richard terhenti sebentar dengan penjelasannya.
"Yang bisa kami simpulkan adalah kami percaya bahwa ada keterlibatan kaum dari dunia lain yang ikut membantu perkembangan peradaban manusia." Richard kembali menyeringai.
"Anggap saja kami mengurus masalah yang tidak bisa dijelaskan dengan logika manusia." Arya mengernyitkan dahinya, sedangkan Irma semakin menunjukkan ketidak percayaannya.
"Sebelum adanya tekhnologi seperti telepon, mobil, pesawat dan lainnya. Kami menemukan bahwa teknologi semacam itu sudah ada pada saat peradaban kuno."
"Tidak mungkin, ini tidak masuk di akal." Irma tiba-tiba mengeluarkan pendapatnya. "Lalu apa hubungannya dengan kami?" Irma kembali bertanya.
"Aku tau kalian semua pasti tidak percaya begitu saja. Dr.Rachmat, adalah salah satu anggota SSU. Dia sudah kami rekrut semenjak delapan tahun yang lalu, setauku dokter Rachmat sedang bekerja sama dengan Mrs. Leya."
"Sayang sekali Dr. Rachmat dan Mrs. Leya harus meninggal tragis, kematian mereka tentunya masih kami selidiki. Mrs.Leya bekerja di kedutaan India, dan bersama dengan Dr. Rachmat mereka sedang membuat laporan yang harusnya sudah kami terima." Richard melirik ke arah Arya.