Chereads / Legend Of Yarkee - Guardians / Chapter 17 - Melarikan Diri

Chapter 17 - Melarikan Diri

Kedua tangan Tatia yang tampak jelas seperti batang kayu yang besar, terus saja bergerak dengan leluasa. Tidak peduli jika banyak barang yang berserakan, akibat tangannya yang bergerak tidak terarah.

Disaat itu juga kepulan asap yang tebal muncul, membuat Arya menatap panik. "Apa ini?" ucap Arya sambil ia melihat ventilasi udara mulai mengeluarkan asap putih.

Erangan suara Tatia lebih rendah, bahkan terdengar menyedihkan. Tatapannya begitu mendalam ke arah Arya yang mulai mengibaskan asap tebal, dengan satu tangannya yang lain.

"Huk... huk... sepertinya... mereka berniat untuk membunuhku? Sial... kenapa baju labku bisa robek?" ucap Arya, melihat ke arah bagian depan dadanya. Robekan yang ia sendiri lupa, bagaimana bisa mendapatkannya.

"Ini bukan pertanda yang baik," gerutunya sambil menekan robekan baju lab sekitar lima sentimeter.

Arya menoleh ke arah kaca tembus pandang, di balik kaca itu ada sebuah ruangan dimana Akio, Irma, dan Richard memberikan tatapan yang cemas. Tadinya ia berharap agar bisa mendapatkan pertolongan dari salah satu mereka, tapi ketika melihat tatapan mereka bertiga membuat Arya berpikir, mungkin saja mereka ingin membuat Arya mati.

"Sial... mereka ingin membunuhku dan juga makhluk ini?" gumam Arya kesal, kembali dia menoleh ke arah Tetia.

Tubuh Tetia yang besar bergerak ke arah bagian tengah ruangan, dia mendongak menatap atap putih yang ada di atasnya.

"Apa yang ingin kau lakukan?" tanya Arya merasa aneh.

Tetia mengerang dengan suara berat, satu tangan kayunya sudah ia angkat dan siap untuk menghantam pada atap yang berada di atasnya.

Tangan Tetia yang besar dan panjang, bahkan panjang tangan Tetia menyamai tinggi badan Arya. Mulai mengeluarkan suatu cahaya berwarna kebiruan.

Cahaya yang tadinya kecil, perlahan menjadi besar dan keadaan di sekitar mereka menjadi lebih panas. Hanya butuh beberapa detik saja, hingga akhirnya Tetia menghantam pada bagian atap.

BOOM....

Suara ledakannya terdengar membahana, dan Arya mendongak penasaran dengan memicingkan matanya.

"Huk... Huk... huk... wah aku tidak menyangka jika kau memiliki kekuatan sebesar ini,' ujar Arya tampak memuji.

Tapi rasa batuk itu masih ia rasakan, percuma saja jika Arya menekan lubang robekan pada baju labnya. Aroma yang pekat segera tercium olehnya, "Hah... hah.. baiklah kau akan pergi bukan? cepatlah... sebelum mereka menangkapmu kembali," ucap Arya dengan napas yang mulai sesak.

Brug...

Tidak lama setelah berucap tubuh Arya jatuh dengan mudah, dia sudah tidak sadarkan diri sedangkan Tetia melihat dengan sepasang mata hitamnya yang pekat.

Dibali kaca tembus pandang, ada Irma yang semakin histeris melihat rekan kerjanya sudah terkapar dan tidak berdaya.

"Cepat... aku mohon... keluarkan dia!" teriak Irma, tapi Saboru justru sibuk melakukan komunikasi dengan para penjaga.

"Cepat amankan makhluk itu, tutup semua akses dengan segera, ia membuat lubang di ditengah lautan ini!" Ucap Saboru panik, ia berbicara melalui speaker telepon.

"JANGAN SAMPAI KITA KEHILANGAN MAKHLUK ITU! TANGKAP DIA HIDUP-HISUP?" ancam Saboru dan setelahnya mematikan mode speaker.

Irma sudah tidak bisa lagi menahan diri, ketika dia sudah berjalan mendekat ke arah Saboru. Mencengkeram kerah lehernya dengan kedua tangannya sendiri, tatapan Irma berubah menjadi keji.

"A... apa yang ingin kau lakukan! Berani sekali kau memperlakukanku seperti ini! Apa kau tidak tahu, siapa aku!" Saboru tidak takut, dia justru menantang balik akan perlakuan Irma.

"Aku tidak akan mengulang perkataanku, cepat buka pintu masuk itu ... dan aku sendiri yang akan menolong Arya! Atau aku benar-benar akan menghancurkan wajahmu!" Ancam Irma serius.

"Kalian berdua, hentikan! Li... lihat itu..." tunjuk Richard, mengarah pada Arya yang sudah berada dalam gendongan makhluk besar.

Irma menoleh dan melepaskan cengkraman leher Saboru, dia berjalan mendekat ke arah kaca dengan tatapan tidak percaya.

"Apa yang dia lakukan pada Arya... Hei... kau...!!! lepaskan dia!" Teriak Irma dengan lantang.

Seharusnya Tetia yang berada dalam ruangan itu tidak bisa mendengar apa perkataan Irma. Namun anehnya dia menatap Irma untuk dua detik saja, dan setelahnya dia mulai melompat dengan tinggi.

Lompatan yang begitu tinggi dan mengarah pada lubang buatannya sendiri. Serta tubuh Arya yang berada didalam gendongannya.

Satu tangan Tetia tetap mengarah ke arah jalan yang ada di hadapannya, jika dia menemukan jalan yang buntu, segera saja Tetia mengeluarkan kemampuan dan kekuatanbya.

Sinar biru yang terang menerjang dinding penghalang, reruntuhannya mengenai tubuh Tetia. Hal yang membuatnya menjadi khawatir, dan semakin mendekap tubuh Arya agar bisa terhindar dari reruntuhan batu.

Setelah cukup lama menembus pertahanan markas SSU, Tetia berhasil dan ia sudah berada di dalam permukaan lautan yang luas.

Ia kembali mengamati Arya dengan baju labnya yang rusak, sudah ada air yang mulai menyelinap masuk ke dalam baju lab Arya yang sudah tidak berfungsi.

"Aku harus melakukan sesuatu, dia tidak akan selamat menuju permukaan laut," batin Tetia.

Tangan kayunya mulai ia jentikkan, cahaya dan sinar biru itu kembali muncul dengan gelembung udara yang besar dan mengelilingi tubuh Arya.

Bersama dengan gelembung udara yang membawa tubuh Arya, akhirnya Tetia melesat cepat ke arah permukaan laut. Menjauh dari markas SSU yang masih sibuk dengan lubang besar yang dibuat oleh Tetia.

***

Byur...

Suara semburan air itu begitu nyaring, ketika Tatia bersama dengan Arya baru saja muncul dengan banyak air yang ikut bersembur. Sebuah pulau kecil menjadi tempat pendaratan.

Langkah kaki Tetia yang berat dengan banyak air yang masih tersisa di sekitar tubuhnya saat itu.

Dia menatap pada gelembung udara yang masih melayang beberapa meter dari permukaan tanah. Mengarahkan gelembung tersebut, dengan tangannya yang ia ayunkan.

Gelembung udara itu bergerak lambat dan mendarat dengan bunyi pecahan "pop" yang pelan. Tidak hanya itu saja, Tetia menjetikkan jarinya kembali. Dan yang terjadi adalah penutup wajah Arya segera terlepas, dan terlontar jauh.

Tubuh Arya masih saja tergeletak di atas daratan, dan kedua matanya juga masih terpejam.

Tetia kembali menjetikkan jarinya, dari ujung jari jemarinya keluar sinar bilu bulat yang bergerak ke arah wajah Arya, dan sinar itu seperti meresap melalui kening Arya dengan cepat memudar.

"Ah...!"

Tidak lama Arya membuka kedua matanya, bahaya terang yang berasal dari sinar matahari, membuat satu tangannya menutup ke arah pandangannya sendiri.

Tubuh Arya segera menegak dengan cepat, "Dimana aku?"

"AH... baju ini sungguh merepotkan, aku harus melepaskannya!" Arya beranjak dari duduknya, ia mulai melucuti baju labnya.

Melempar dengan asal, merasa lebih nyaman dengan baju polos putih, dan celana panjang hitam trainingnya yang menjadi sedikit basah.

"Dimana aku? Kenapa aku bisa ada disini?" tanyanya dengan bingung.

Tatapan Arya segera mengarah pada sosok Tetia, melihat makhluk berbahaya itu sedang duduk dengan menelungkup.

"Kau! Apa kau yang membawaku ke tempat ini?" ucap Arya dengan suara lantang, sambil mendekat ke arah Tetia yang sedikit menegakkan wajahnya.