Kembali pada Tetia dan Arya, mereka berdua yang masih terdampar pada sebuah pulau yang tidak berpenghuni.
Ingatan akan masa lalu tergambar jelas oleh Arya, bahkan rasa sakit ketika kehilangan putri dan istri yang ia cintai bisa ia rasakan. Tubuh Arya sudah menegap, dengan air mata yang sudah mengalir melewati pipinya yang memerah akibat sengatan matari.
Tetia dengan tubuh polos yang tertutup oleh sehelai baju Milik Arya, beranjak dari tidurnya. "Maafkan aku Arya, aku tidak tahu… jika masalalumu begitu menyedihkan," ucap Tetia yang sudah duduk dengan tegap.
"Kau berbicara padaku?" tanya Arya yang sudah tersadar, dia menatap heran pada Tetia yang menatapnya dengan kedua mata biru yang lebar.
"Tentu saja aku berbicara padamu, namun kali ini kita benar-benar berkomunikasi. Dan bukan berbicara melalui telepati," ucap Tetia dengan perlahan ia bangkit dan berdiri tegap di hadapan Arya.