Chereads / Legend Of Yarkee - Guardians / Chapter 13 - Telur Naga Yang Menetas

Chapter 13 - Telur Naga Yang Menetas

Adrik terus memperlihatkan raut wajahnya yang kesal, matanya menatap lurus ke arah naga Norwe yang sedang menikmati tidur siangnya. Naga itu sama sekali tidak terbangun saat Adrik mecoba menusukkan ranting ke arah tubuhnya.

Kulitnya yang tebal, tentunya tidak berpengaruh. Adrik menatap dengan licik, dan timbullah sebuah ide dari dalam pikirannya. Adrik masih memegang mantap ranting yang ia arahkan, ia sudah bisa mulai merasakan telapak tangannya yang panas.

Ranting yang ia pegang secara tiba-tiba sudah diselimuti api berwarna biru, Adrik semakin menyeringai. Ia benar-benar sudah tampak bosan menunggu, dan ingin sekali membuat pertunjukkan seru.

"Adrik !!! Aku tidak akan melakukannya jika aku jadi kamu." Ucap Seorang pria dengan tubuh besar menghampirinya. Matanya yang terlihat tidak ramah memandang anak kecil yang berada di depannya, anak itu sudah siap menusukkan ranting yang sudah dimantrai.

"Huhh... Tidak seru!!" Keluh Adrik kesal,

"Bukankah Miss. Morris, sedang menghukummu? Apa kamu tidak ingat perbuatan yang kau lakukan, sehingga membuat sebagian lahan bunga Deril terbakar sebagian. Kau harusnya bersyukur, bukan Gaia yang menghukummu" Ucap pria besar tersebut, dan mengambil paksa ranting yang berada di tangan Adrik.

"Dan ingat, kau tidak boleh menggunakan mantra apapun." Ucap pria tersebut dengan kasar.

Adrik semakin memanyunkan mulutnya, ingin sekali ia mengumpat kasar. Tapi ia masih bisa menahannya dengan kuat. "Cedrick?" Adrik memanggil pria yang masih terlihat sibuk mengambil tali besar dan mulai menggulungnya.

Cedrick menatap dengan mata hijaunya, "Cepat, bukan waktunya bermain." Cedrick tampak tidak peduli sama sekali dengan Adrik yang memanggilnya. Cedric masih sibuk dengan tali-talinya, menghampiri sang naga yang tertidur pulas. Ia pun menyentuh ujung mulut sang naga, memejamkan matanya dengan fokus.

Tidak lama naga itu sudah membuka kedua matanya perlahan, mata merahnya langsung menatap ke arah Adrik. Naga itu langsung berdiri tegap, mengepakkan sayapnya dengan cepat, nafasnya yang panas langsung menyembur keluar.

"Hei tenang, cantik.. Tenang.. tidak akan ada yang menyakitimu." Cedrick mencoba menenangkan. Sedangkan Adrik menyeringai seram melihat naga norwe tersebut yang tampak kesal dengannya, Adrik dengan sengaja dan sembunyi memperlihatkan auranya yang membuat tidak nyaman sang naga.

"Adrik!! Hentikan!! Atau akan kubuat kau selama-lamanya disini menemaniku!!!" Cedrick sudah cukup kesal dengan tingkah laku Adrik, ia masih mencoba menahan sang naga yang mulai mengamuk.

Sang Naga sudah mulai tenang, Adrik sudah duduk dengan santai di atas tumpukan jerami yang lembab. "Hahhh... benar-benar membosankan." Adrik merasa tidak bersalah, memandang Cedrik yang sedikit kewalahan.

"Kau!! Kemari!" Tunjuk Cedrick kesal, Adrik pun berjalan dengan malas. "Pantas saja Morris mengirim kau kesini." Cedrik sudah berhadapan dengan Adrik yang masih belum menunjukkan rasa hormatnya.

Cedrick mengangkat telapak tangan kanannya, dan ia letakan di atas kepala Adrik. Mulutnya berbisik-bisik mengatakan sesuatu yang tidak jelas.

"Apa!?? Tidak, aku tidak mau!!" Ucap Adrik kesal, dan baru saja ia ingin berjalan mundur. Tapi kakinya seperti membatu dan tidak mampu ia gerakkan.

"Cedrick!! Jangan berani kamu melakukan itu kepadaku." Teriak Adrik kesal, Cedrik masih membisik-bisikkan sebuah kalimat panjang, Adrik semakin seperti membatu dan ia tidak dapat menggerakkan semua anggota tubuhnya.

Cahaya silau berwarna kuning dan jingga muncul begitu saja, bahkan sang naga terlihat menutup kelopak matanya dengan sayap panjangnya. Tidak lama Adrik jatuh tersungkur di atas tanah, ia sudah bisa menggerakkan tangannya, tapi wajahnya masih menunduk dan masih menahan rasa kesal.

"Aku sudah mengunci sementara semua kekuatanmu, jika kau masih berlaku seperti ini. Akan kulaporkan kepada Tuan Dariel, aku yakin ayahmu akan senang mencabut semua kekuatanmu." Ucap Cedrick dengan tenang.

"Cepat berdiri, pekerjaan kita masih banyak!" Perintah Cedrick, dan Adrik dengan terpaksa menuruti perintah pria bertubuh besar.

Cedrick banyak memberikan perintah, sang naga Norwe tampak sangat dekat dengannya. Sikapnya sangat jinak dengan Cedrick, berbanding terbalik dengan Adrik. Sang naga Norwe benar-benar tidak menyukainya, karena terakhir mereka bertemu Adrik benar-benar membuat sang naga mengamuk di jam pelajaran mantra.

Cedrick dan Adrik menaiki punggung naga, mereka melesat terbang dengan tinggi. Adrik bisa melihat burung-burung Pterenadon berterbangan, beberapa pejuang dari keluarga Liandree terlihat menaiki mereka.

Hempasan angin menerpa wajah mereka, sebuah hamparan rumput yang luas menjadi pemandangan mereka.

Kawanan Velociraptor terlihat bergerumun, dan tampak sedang bermain-main di rerumputan. Seekor Triceratops juga duduk terdiam dan hanya memperhatikan kawanan yang berada di depannya.

"Cedrick mau kemana kita?" Tanya Adrick dengan suara nyaringnya, "Kita akan mempersiapkan persalinan." Jawab Cedrick, sang naga semakin mempercepat lajunya.

Sang naga menurunkan mereka di sebuah gunung berapi, mereka memang tidak berada di puncak gunung berapi. Tapi hawa panas mulai menyelimuti mereka.

Sebuah sarang besar terlihat di hadapan mereka, dan Sang naga menghampiri dengan cepat. Sesekali menyenggol telur-telur besar yang berwarna merah terang. "Iya aku tahu, kau harus bersabar. Sebentar lagi." Ucap Cedrick ke arah sang Naga, seakan mengerti dengan apa yang dikatakan oleh makhluk mitos itu.

"Kenapa kita harus repot-repot mengurus telur-telur ini." Adrik tampak tidak senang, bahkan ia tidak mendekat ke arah sarang.

"Sssstttt... pelankan suaramu. Kau hanya akan membuat mereka takut untuk keluar." Perintah Cedrick.

Adrik melongo dengan kesal, "Kalau ada salah satu dari mereka yang langsung berlari, kau harus mengejarnya." Cedrick mulai memberikan penjelasan. "Tapi untuk apa??"

"Dengarkan penjelasanku, naik keatas punggung mereka dan elus kepala mereka dengan perlahan." Cedrick melanjutkan kembali penjelasannya, "Tapi..."

"Ssssstttt..."

Setidaknya ada tujuh telur yang berada di sarang tersebut, mereka semua bisa mendengar sebuah suara retakan yang muncul. "Siap.." Cedrick memberikan aba-aba. Telur itu memperlihatkan retakannya yang panjang.

Sebuah kaki muncul dari retakan telur tersebut. Kukunya yang runcing menggeliat dengan tidak jelas, sang Naga Norwe memperhatikan dengan bingung karena telur yang belum pecah dengan sempurna. "Apa memang seperti ini?" Tanya Adrik ragu.

Cedrick tidak menjawab pertanyaannya, masih fokus menatap telur yang baru mengeluarkan satu kakinya. Tinggi telur itu, setinggi tubuh Cedrick. Adrik memiringkan kepalanya, dan ia mulai penasaran dengan telur yang masih berada di depannya.

Tiba-tiba saja, sebuah kaki muncul lagi. Dan kini terlihat sebuah telur dengan sepasang kaki naga. Kaki itu berdiri tegak, kemudian bergerak ke segala arah. Bahkan ia menabrak telur yang berada dekatnya. Sang induk tampak terkejut, bahkan sedikit menghembuskan napas panasnya.

Tiba-tiba saja telur dengan sepasang kaki naga itu sudah melompat dari sarangnya.

"Adrik!! Hadang cepat." Cedrick memberikan instruksi.

Adrik memandang bingung, antara segan untuk menuruti perkataan Cedric. Tapi tatapan mata pria dewasa didepannya, begitu galak membuat Adrik mendengus kesal dan mulai mendekat ke arah telur yang sudah memiliki sepasang kaki naga.