Chereads / I'm Vai - I just want to Live Peacefully / Chapter 7 - Chapter 7. Kota Kalt

Chapter 7 - Chapter 7. Kota Kalt

Chapter 7. Kota Kalt.

Sejauh mata memandang, seluruh penjuru kota Kalt ini diselimuti salju yang sangat tebal. Terlihat sebuah kastil yang cukup besar berdiri di atas sebuah bukit di sudut kota. Kastil tersebut ditinggali oleh keluarga kerajaan yang memimpin kota ini. Kota Kalt memiliki sistem pemerintahan kerajaan, dimana yang akan menjadi pemerintah di kota ini merupakan garis keturunan dari pemerintahan yang sekarang.

Vai menghampiri pedagang di dermaga.

"Aku ingin beli senter ini." Ujar Vai sambil menunjuk ke arah sebuah senter yang dilihatnya bagus.

"..Model ini harganya 750 Polo.." Ujar pedagang tersebut.

"..Mahal sekali! Di kota asalku, benda seperti ini hanya dijual seharga 100 Polo.."

"Maaf, harga disini memang seperti ini.. Kalau anda tidak mau juga tidak apa-apa" Ujar Pedagang tersebut.

"..Bagaimana kalau aku ambil dengan harga 500?" Vai berusaha menawar.

"KALAU TIDAK MAU BELI JANGAN MENAWAR SEENAKNYA!! PERGI SANA!! DASAR BOCAH PENDATANG!!" Bentak seorang pria berseragam tentara dari belakang Vai. Pria tersebut berperawakan besar dan tegap. Sepertinya ia tentara di kota ini.

Tidak ingin membuat keributan lebih jauh, Vai memilih untuk meninggalkan tempat tersebut. Padahal ia tidak tahu apa yang membuat tentara tersebut marah.

Vai menoleh ke arah pedagang penjual senter tadi. Wajah pedagang tersebut terlihat pucat. Pedagang tersebut kini hanya menunduk lemas dan tidak lagi berteriak menawarkan dagangannya. Padahal sebelumnya ia terlihat begitu semangat berjualan. Entah kenapa kehadiran tersebut membuat suasana di tempat itu mencekam. Tidak ingin berpikir negatif, Vai memutuskan untuk segera mencari penginapan. Ia ingin beristirahat segera.

Tidak butuh waktu lama bagi Vai untuk menemukan sebuah penginapan yang dirasa cocok untuknya beristirahat. Ia melihat rumah dengan sebuah plang bertuliskan Penginapan Klaus.

"Mungkin sebaiknya aku beristirahat di sini" gumam Vai.

--

'CRING'

Sebuah lonceng di pintu berbunyi saat Vai memasuki penginapan Klaus.

"Selamat datang di penginapan Klaus!" Ujar seorang pria kurus paruh baya di balik meja resepsionis. Sebuah tag di jasnya bertuliskan nama SANTA. Sepertinya nama pria kurus paruh baya tersebut adalah Santa. Nama yang terdengar cukup lucu saat menyadari nama penginapan yang dimasuki Vai adalah Klaus. Nama tersebut mengingatkan pada pria gendut dengan janggut putih panjang dan tinggal di kutub utara. "..Ada yang bisa saya bantu?" Ujarnya.

"Aku ingin menginap semalam di sini.." Ujar Vai pada Santa.

"1 malam harganya 1.200 Polo"

"APAA?!! Mahal sekali??!!" Vai kaget. "Kenapa di kota ini semua harga sangat mahal?"

Santa kaget dengan suara Vai yang membesar tiba-tiba. Ia mencoba menenangkan Vai.

"Maaf,nak.. Apakah ini pertama kalinya kamu ke kota ini?" Santa berjalan mendekati Vai.

Vai mengangguk heran.

"Nak.. di kota ini masalah harga sangat sensitif." Bisik Santa. "..Untuk menjaga perdamaian kota ini, pemerintah kerajaan di kota ini menetapkan pajak yang sangat tinggi."

"Pajak? Kenapa mereka seenaknya menetapkan peraturan pajak yang tinggi seperti itu?" Ujar Vai kesal. "..Bukankah sudah seharusnya tugas pemerintah itu menjaga perdamaian kota?"

Santa memperhatikan sekeliling memastikan keadaan sekitar.

"Beberapa tahun lalu, raja yang memerintah di kota ini meninggal karena dibunuh oleh seorang pembunuh bayaran. " Santa menjelaskan. "..Akibatnya keamanan kota terancam. Raja baru menetapkan suatu kebijakan baru untuk menjaga keamanan kota. Ia memfokuskan pengembangan kota dengan cara meningkatkan kekuatan militer kota."

"apa hubungannya dengan harga tinggi di kota ini?" Tanya Vai kembali.

"Sumber daya yang dibutuhkan untuk kekuatan militer sangat tinggi. Untuk mengimbangi kebutuhan militer, Raja meningkatkan tarif pajak pada penduduk kota." Santa menghela nafas. "..Jumlah tentara yang berjaga di kota ini pun menjadi sangat banyak. Di setiap sudut kota ini, pasti akan ada tentara yang berjaga."

Vai mendengarkan.

"Meskipun begitu, kota ini menjadi lebih aman,nak." Lanjut Santa. "..namun jangan pernah berbicara tentang kejelekan kota ini maupun pemerintahannya karena kota ini punya telinga."

Menawar harga dianggap menghina? Ini gila! Pikir Vai.

"Baik,Pak!" Ujar Vai. "..kalau begitu aku akan menginap sehari saja." Vai memutuskan untuk menginap selama sehari saja di penginapan itu dan segera mencari Howard Knut, teman kakeknya.

"Kalau begitu saya akan segera menyiapkan kamar untukmu." Ujar Santa sembari memanggil karyawan di penginapannya. "..tolong kamu tuliskan nama kamu di buku tamu!" pinta Santa.

Vai menuliskan namanya di buku tamu.

'Vai Sarma'

"Ngomong-ngomong, apa tujuanmu datang ke kota ini,nak Vai?" Tanya Santa. "..saya rasa tujuanmu bukan untuk berlibur."

"Aku datang ke kota ini bukan karena keinginanku, aku pergi ke kota ini karena diperintah oleh kakekku untuk menemui sahabatnya, Howard Knut." Jawab Vai dengan muka malas.

"Howard Knut?? Maksudmu penasehat kota ini?" Ujar Santa Kaget. "..Beliau merupakan orang penting di kota ini, Ia telah membantu keluarga kerajaan bahkan dari masa pemerintahan raja terdahulu"

Ternyata orang yang dicari Vai merupakan salah satu orang penting di kota Kalt. Pencarian Howard sepertinya akan mudah. Vai merasa beruntung telah bertemu dengan Santa.

"Beliau saat ini tidak berada di kota Kalt." Ujar Santa. "..Saat ini, beliau pasti sedang berada di hutan terlarang di sebelah barat kota ini."

"Hutan Terlarang?"

"Jika kamu ingin menemuinya, sebaiknya jangan melewati pukul sepuluh malam." Santa menjelaskan. "..peraturan kota ini melarang siapapun untuk keluar rumah di atas pukul sepuluh malam. Siapapun yang melanggar akan dianggap telah melakukan tindakan kriminal."

Berada di luar rumah di atas pukul sepuluh malam dianggap sebagai kriminal? Peraturan macam apa itu?

"..pembunuh bayaran yang membunuh raja kami terdahulu dikabarkan masih berkeliaran dengan bebas di kota ini.." Lanjut Santa.

Aneh! Kota dengan begitu banyak tentara di setiap sudut kota seperti ini masih saja tidak dapat menangkap seorang pembunuh bayaran? Apa gunanya pemerintah kota menetapkan tarif pajak yang begitu tinggi apabila warga kotanya masih merasa tidak aman di malam hari? Pikir Vai.

Kota yang aneh. Ternyata di balik keindahan dan kedamaian yang terlihat pada kota ini, terdapat juga sisi kelam yang menghantuinya. Vai tidak mau terlalu mengambil pusing.

--

Vai berjalan mengitari kota Kalt pada malam hari. Masih pukul 8 malam, seharusnya masih ada cukup waktu untuk berkeliling menikmati keindahan kota ini. Kota Kalt terlihat begitu menakjubkan ditambah lagi dengan lampu-lampu kota yang menghiasi kegelapan malam ini.

Salju mulai turun dari langit. Vai terus berjalan dan berjalan menikmati dinginnya angin malam. Terlihat beberapa tentara yang sedang berpatroli di setiap sudut kota.

Dengan jumlah tentara yang sebanyak itu, seharusnya kota ini akan menjadi sangat aman. Setiap tentara masing-masing membawa sebuah senjata laras panjang dalam genggaman mereka.

Ia kembali teringat akan tentara yang membentaknya tadi siang. Sepertinya akan cukup menyebalkan apabila harus berurusan dengan para tentara ini. Vai memilih untuk menghindar dari para tentara tersebut. Ia berbelok ke arah lorong sepi di antara bangunan tinggi.

"LEPASKAN!!"

Terdengar suara teriakan wanita dari ujung lorong. Vai bergidik. Ia mengintip dari balik tembok.

"Tidak akan ada yang menolongmu di sini!" terdengar suara pria dari ujung lorong.

Pria dengan pakaian camo hijau terlihat sedang berusaha membekap seorang wanita di ujung lorong. Tunggu dulu, pria itu adalah seorang tentara kota ini.

Vai berpikir selama beberapa saat. Sebenarnya ia tidak ingin terlibat dalam masalah orang lain. Apapun yang dilakukan tentara tersebut bukanlah urusannya. Vai menghela nafas panjang dan melangkah pergi.

"TOLOONGG!!" Teriak wanita tersebut.

Vai menghentikan langkahnya. Bagaimana jika terjadi sesuatu pada wanita tersebut? Sebenarnya apapun yang terjadi pada wanita tersebut bukan urusan Vai. Apabila terjadi sesuatu pada wanita tersebut, tentu saja akan membuatnya merasa bersalah bila tidak menolongnya.

Vai kembali mengintip ke arah tentara dan wanita tersebut dari balik tembok. Apabila aku menolong wanita tersebut, pasti aku akan sangat kerepotan mengingat lawan yang akan ia hadapi adalah seorang tentara. Pikir Vai.

Tunggu dulu, Vai berpikir. Mungkin ini saat yang tepat untuk mencoba kembali Teknik dari kakek.

Vai memejamkan mata dan mulai mengatur ritme pernafasannya.

Fiuh!

Perlahan Vai membuka matanya. Dunia terasa berubah. Suasana sekeliling Vai terlihat bergerak dengan sangat lambat di mata Vai.

"Baiklah!" gumam Vai.

To be continued…