Chapter 4. Perjalanan Dimulai
Dahulu, Bumi ini terbagi atas beberapa fraksi. Mungkin pada masa sekarang lebih tepat kita sebut sebagai Kerajaan. Wan mulai bercerita. Fraksi-fraksi inilah yang menjaga keseimbangan dan perdamaian dunia saat itu.
Keluarga Sarma merupakan salah satu bagian dari fraksi-fraksi tersebut.
Awalnya, Keluarga Sarma hanyalah sekumpulan orang yang mengabdikan hidup mereka untuk menemukan obat untuk mengobati berbagai jenis penyakit di muka bumi ini. Mereka selalu berada di dalam hutan belantara untuk mencari tanaman-tanaman langka seperti yang diceritakan dalam Legenda. Hingga suatu hari, perjalanan Keluarga Sarma membawa mereka sampai ke hadapan pohon paling besar di Dunia, The World Tree.
Di pohon tersebutlah Keluarga Sarma menemukan tanaman yang dapat mengobati berbagai jenis penyakit di dunia. Tanaman tersebut bersinar dengan sangat indah dan mengeluarkan aroma yang menenangkan bagi semua makhluk yang menghirupnya. Mereka menamakan tanaman tersebut Drop of Life atau tetesan kehidupan. Racikan obat dari tanaman tersebut dapat menyembuhkan segala jenis penyakit dan memperpanjang umur manusia.
"..tidak ada hubungannya sejarah keluarga kita dengan masalah yang aku hadapi,Kek.. " gerutu Vai.
"..Kakek baru menceritakan tentang fraksi kita.." Jawab Wan. "..fraksi kita memiliki kemampuan di bidang pengobatan dan alam.."
Vai mengernyitkan dahinya.
"..Kemampuan dari setiap fraksi berbeda-beda.." lanjut Wan. "..Kemampuan mereka dapat bersifat menghancurkan apabila disalahgunakan. Ego manusia yang melebihi makhluk hidup lain, menghasilkan perpecahan antar umat manusia." Lanjut Wan bersedih.
"..Perdamaian di muka bumi pun sirna ketika manusia dari fraksi mengkilap mulai haus akan kekuasaan dan mengkhianati fraksi-fraksi lain. "
"..Fraksi mengkilap?"
"..Dahulu, manusia memang memiliki kekuatan-kekuatan gaib yang tidak bisa dijelaskan dengan akal sehat. Ketika perdamaian mulai dirusak oleh orang-orang jahat tersebut. Seluruh ingatan manusia yang ada di muka bumi pun dihapuskan, hanya sebagian kecil saja orang yang memiliki ingatan tentang sejarah tersebut." Jelas Wan.
Wan beranjak dari tempat duduknya dan mengambil sebuah kotak yang berisi sebuah batu berukir berwarna hijau menyala. Benda tersebut merupakan warisan turun temurun Keluarga Sarma. Di dalam kotak tersebut juga terdapat sebuah tanaman yang menyala seperti yang diceritakan oleh Wan.
"..Tanaman ini dapat membantumu berpikir lebih jernih dan meringankan pikiranmu yang sedang kacau." Wan meletakkan tanaman tersebut di kepala Vai.
"..dan batu ini merupakan satu-satunya simbol yang dimiliki oleh fraksi dimana tempat keluarga kita berasal." Lanjut Wan.
"Apa hubungan batu ini dengan kotak yang aku temukan kek?" Tanya Vai sembari menunjuk kotak artistic yang didapatkan dari Dokter Jack tadi.
Wan mengambil kotak tersebut dan memperhatikannya .
"..Hmm.. kakek juga tidak tahu " Ujar Wan. " mungkin untuk sementara, kamu tetap jaga saja kotak ini." Wan menyerahkan kembali kotak artistic tersebut pada Vai. ".. Kejadian-kejadian aneh yang terjadi di dunia saat ini merupakan hasil dari pengkhianatan manusia zaman dulunya."
'CLINGG..'
Cahaya dari tanaman di kepala Vai mulai meredup. Wan pun mengambil tanaman tersebut dan menyimpannya kembali ke dalam kotak miliknya.
Vai dapat merasakan kepala dan badannya terasa jauh lebih ringan seperti terlahir kembali.
"..sakit di kepalaku hilang.. Badanku juga terasa jauh lebih ringan.." Ujar Vai takjub. "..Akhirnya..aku sudah tidak perlu lagi berurusan dengan hal-hal aneh tersebut."
"Siapa bilang kamu tidak perlu lagi berurusan dengan hal ini?" Ujar Wan merusak kesenangan Vai. "..Setelah ini kakek akan mengirimmu ke tempat sahabat kakek."
"HAA?? Apa maksud kakek?" Vai sangat terkejut sekaligus bingung dengan pernyataan dari kakeknya.
"Kamu lupa dengan makhluk dalam mimpimu?" ujar Wan. "Makhluk itu diceritakan juga dalam legenda keluarga Sarma."
"Memangnya makhluk apa itu,kek?"
"... sebaiknya kamu cari tahu sendiri tentang jawaban untuk semua pertanyaanmu.." ujar Wan lagi. "..Istirahatlah dengan cukup hari ini! Kakek sudah memesankan tiket kapal untukmu besok pagi!"
"..Tapi,Kek…"
"KAKEK TIDAK MENERIMA PENOLAKAN!" Ujar Wan tegas. Tidak seperti biasa, intonasi dan pembawaan Wan lebih tegas dari biasanya. Vai hanya bisa menunduk diam dan mengikuti kemauan kakeknya.
Tujuan Wan mengirim cucunya kesayangannya tersebut ke tempat sahabatnya adalah agar Vai dapat belajar tentang sejarah kehidupan yang ada di dunia ini. Wan ingin agar Vai belajar untuk bisa menghadapi kekacauan yang ada di muka bumi ini.
--
Keesokan harinya, Keluarga Vai mengantai Vai ke pelabuhan.
Mungkin ini pertama kalinya Vai akan terpisah dengan keluarganya. Vai yang tidak suka terlibat dengan masalah orang lain kini harus terpisah dari keluarganya demi mempelajari tentang sejarah kehidupan.
"Ayah, Ibu.. aku akan pergi jauh kali ini, jaga diri kalian ya.." Vai terlihat sedih.
"Dasar bocah! Kamu itu sudah dewasa, belajarlah untuk hidup sendiri. Semua ini demi kepentinganmu juga" Ujar Wong.
"Iya nak, jangan mengkhawatirkan ayah ibumu, jagalah dirimu sendiri agar tetap sehat ya." Lanjut Ibu Vai sembari memeluk Vai.
"Iya.." Vai pun naik ke atas kapal.
"Jangan lupa ajaran dan pesan kakek selama ini, kalau ada apa-apa segera kabarin kakek !" Wan mengingatkan untuk kesekian kalinya.
'TUUTTT..TUUTTTTT!!'
Asap dari cerobong kapal mulai mengepul. Kapal tersebut perlahan mulai meninggalkan pelabuhan. Dari dek kapal, Vai melambaikan tangan pada keluarganya untuk menempuh perjalanan yang tidak ia inginkan. Perjalanan ini sangat bertentangan dengan prinsip hidupnya. Ia menempuh perjalanan ini dengan berat hati. Salah satu alasan kenapa ia tidak bisa menolak perintah dari Wan adalah karena ia sangat menghormati kakeknya tersebut.
--
Perjalanan menuju ke tempat sahabat kakeknya tersebut akan memakan waktu beberapa hari. Vai banyak menghabiskan waktunya di dek kapal dengan merenung sambil menatap ombak yang menggulung di lautan.
"Kenapa harus aku?" gumam Vai sambil memegang kotak artistik di tangannya.
'DHUAARR!!! DHUARR!!!'
Terdengar suara ledakan meriam. Dari kejauhan, terlihat sebuah kapal besar menembakkan meriam ke arah kapal yang ditumpangi Vai. Sebuah bendera besar dan hitam bergambarkan tengkorak menghiasi tiang kapal tersebut.
Kapal bajak Laut?
Di masa damai dan modern seperti ini masih ada kapal bajak laut?
"Kenapa aku selalu terlibat dalam masalah dimanapun aku berada?" gerutu Vai.
Kapal perompak tersebut mulai mendekati kapal yang ditumpangi Vai.
"YAAARRRGHHH!!!"
Terdengar teriakan khas bajak laut. Ternyata Kapal perompak tersebut telah menempel dengan kapal yang ditumpanginya. Beberapa kru kapal perompak tersebut telah melompat masuk ke dalam kapalnya. Mereka masing-masing bersenjatakan sebilah pedang. Salah seorang dari perompak tersebut berteriak.
"..Namaku Dustin Morgan!! Lautan ini adalah daerah kekuasaanku!!" Teriak Dustin. "..Semua yang ada di lautan ini adalah milikku, termasuk kapal ini!!"
Dustin merupakan kapten dari para perompak ini. Walaupun disebut sebagai kapten perompak, penampilan Dustin tidak seperti bajak laut pada umumnya yang memiliki tangan berbentuk Kail dengan penutup mata yang menghiasi sebelah matanya. Dustin tidak mengenakan penutup mata dan tidak memiliki tangan yang berbentuk seperti kail.
Sepertinya Dustin hampir seumuran dengan Vai. Namun, bentuk tubuh Dustin berbeda dengan Vai. Tubuhnya lebih berotot bahkan terlihat jauh lebih gagah. Mungkin kharisma yang dibawakan Dustin yang menjadikannya sebagai Kapten para perompak ini.
Keadaan di kapal menjadi sangat ricuh. Para perompak tidak segan-segan menyerang siapapun yang mencoba melawan.
"HENTIKAN!!" teriak salah seorang awak kapal. Awak kapal tersebut mengarahkan sebuah pistol laras panjang ke arah Dustin dengan gemetar. "..Ti..Tinggalkan kami sekarang atau kuledakkan kepalamu!!" Ancamnya.
Para perompak terdiam selama beberapa saat.
'HAHAHHAHAHAHHAHA'
Tawa pecah keluar dari mulut mereka.
"A..APA YANG LUCU??" teriak awak kapal tersebut.
"Tembak saja kalau kamu berani!" tantang Dustin. "..kamu pikir dengan jumlah kami yang sebanyak ini, kamu bisa menghentikan kami hanya dengan sebuah senjata seperti itu?
Awak kapal tersebut bergidik. Wajahnya pun menjadi pucat pasi. Walaupun ia menembak Dustin, bukan berarti para perompak tersebut akan melepaskannya.
'GLUP!' Awak kapal tersebut menelan ludahnya.
'PRANG!!!'
Salah seorang perompak menebas senjata laras panjang tersebut hingga terlepas dari tangan sang awak kapal.
Para awak kapal tertuduk lemas dan gemetar ketakutan.
"IKAT SEMUA PENUMPANG DISINI!" Perintah Dustin.
To be continued…