Chapter 5. Serangan Perompak
Vai mengintip dari balik dinding kapal.
Sepertinya seluruh penumpang kapal telah diikat oleh para perompak.
"Aduh.. bagaimana caranya aku kabur dari sini?" gerutu Vai.
Vai memperhatikan sekelilingnya. Ia melihat ke arah kapal bajak laut. Sepintas terlintas sebuah ide bodoh dalam pikirannya untuk membajak kapal bajak laut tersebut. Tidak-tidak.. aku tidak bisa mengemudikan kapal, pikirnya.
"Pastikan semua orang sudah diikat,Bard!" Ujar Dustin pada salah seorang Krunya, Bard.
"Aye,Kapt! Hyuk!!" Jawab Bard sembari mengikat para penumpang termasuk para awak kapal. Berbeda dengan Dustin, bentuk tubuh Bard sangat gendut. Sebuah tato bergambarkan babi hutan dengan taring besar menghiasi lengan kiri Bard.
Vai ingin segera kabur dari tempat ini. Vai tidak ingin terlibat lebih jauh.
"Kalian pasti akan mendapatkan ganjarannya jika tertangkap!" Ujar Kapten kapal.
"..Kamu pikir kami akan melepaskan kalian begitu saja setelah ini?" senyum licik menghiasi wajah para perompak. "..Mungkin para hiu lapar di bawah laut sudah tidak sabar untuk menikmati daging kalian setelah ini.." Para perompak tertawa.
"..Sepertinya aku harus melakukan sesuatu.." Ujar Vai. Entah kenapa, kali ini Vai tidak bisa tinggal diam menyaksikan para perompak menyandera para penumpang. Apalagi mereka juga berniat untuk membunuh para penumpang.
Vai memantau situasi sekelilingnya. Sepertinya satu-satunya cara untuk lolos dari bajak laut tersebut adalah dengan melumpuhkan kapten dari para perompak, Dustin. Ia berpikir keras sembari mencari-cari barang yang dapat melumpuhkan Dustin. Mungkin ini bisa berguna, pikirnya saat menemukan tali tambang dalam kotak kayu di atas kapal.
"..Baiklah!! Saatnya menjarah seluruh isi kapal ini!!" Ujar Dustin sambil tersenyum licik.
"AAAKHHH!!" Tiba-tiba salah seorang penumpang kapal yang terikat berteriak kesakitan.
"Hmm??"
"Da..dadaku…" beberapa penumpang lain juga meringis kesakitan.
"APA YANG KALIAN LAKUKAN PADA MEREKA??" bentak Dustin pada krunya.
"..Kami tidak melakukan apa-apa,Kapten!" jawab kru perompak panik.
'AAAAHHHHHHHHHH'
Tubuh penumpang yang berteriak kesakitan tadi tiba-tiba terbakar. Akibat dari api tersebut, ikatan dari sebagian besar penumpang terlepas.
"A..Apa yang terjadi??" Dustin tampak syok menyaksikan pemandangan ini.
Para penumpang yang terbebas dari ikatan mulai berlarian dan panik. Suasana di dek kapal menjadi ricuh. Beberapa awak kapal yang terbebas dari ikatan ini pun tidak menyia-nyiakan kesempatan ini untuk menyerang Dustin.
"..Kami tidak akan kalah dari para perompak seperti kalian!!" Teriak para awak kapal sembari menerjang Dustin.
"Dasar bodoh!" Ujar Dustin santai.
Dustin mengayunkan pedang dari pinggangnya dengan kuat. Tebasan pedang Dustin menghasilkan gelombang kejut yang besar.
"AAKKHH!!" Para awak kapal pun terhempas akibat gelombang kejut dari pedang Dustin.
"..sebenarnya aku tidak ingin melukai kalian!" Dustin mengangkat pedangnya dan bersiap melancarkan serangan berikutnya pada para awak kapal yang tersungkur.
"RASAKAN INI!!" Teriak Vai sambil melemparkan kotak kayu ke arah Dustin sekuat tenaganya.
'BRAK!!!!!'
Kotak kayu tersebut hancur. Sayangnya, kotak tersebut tidak mengenai Dustin. Kotak kayu tersebut hancur ditinju oleh Bard. Walaupun tubuh Bard terlihat gendut dan lemah, namun ternyata ia memiliki tenaga yang cukup kuat untuk menghancurkan kotak kayu tersebut.
"..Dasar pengecut!" Ujar Bard geram "..hyuk..beraninya kamu menyerang kapten kami dari belakang..hyuk!!"
"..Si..sial.." gumam Vai.
Bard langsung berlari ke arah Vai dan bersiap menyerangnya.
"Kesini kau..hyuk, dasar pengecu….AAAAHHHHH!!" Teriak Bard.
'SRAK!!!! WHUSSS!!!'
Tiba-tiba kaki Bard terikat oleh jebakan tambang yang disiapkan Vai sebelumnya. Kini tubuh Bard tergantung terbalik pada tiang kapal.
"To..tolooongggg..hyuk.." teriak Bard.
Dengan ukuran tubuhnya yang begitu gendut, Bard terlihat seperti seekor babi yang sedang terikat dan siap untuk dipotong.
"Dasar tidak berguna.." Dustin melompat tinggi ke arah Bard dan menebas tali tambang yang mengikat kaki Bard.
'BRUK!'
Bard terjatuh ke dek kapal.
"..Kamu urus saja para penumpang dan awak kapal yang terlepas tadi!" perintah Dustin ," biar aku yang urus cecunguk kecil ini!!"
Dustin menyeringai menatap Vai sembari menghunuskan pedangnya ke arahnya.
"Hei,Bocah!!" teriak Dustin.
Padahal mereka terlihat seumuran. Mungkin pada kondisi normal, pemandangan ini akan terlihat sedikit canggung. Seorang bocah mengatai anak seumurannya dengan sebutan bocah juga.
"Punya nyali juga kamu!!" ujarnya sembari mengarahkan pedang dari pinggangnya ke arah Vai. "..Siapapun yang menghalangi kami harus mati!!!" ancam Dustin.
Vai mulai pucat. Siapapun pasti akan takut saat ditodong dengan benda tajam seperti itu di hadapannya.
"..Sial..kenapa aku malah terlibat masalah seperti ini?" gumamnya. Seandainya ia tetap diam di balik dinding kapal, mungkin ia tidak akan berakhir seperti ini.
'SLASSHHH!!'
Dengan aura membunuh yang sangat kuat, Dustin mengayunkan pedangnya ke arah Vai yang berada tepat di hadapannya. Vai berhasil menghindar dengan panik.
'AAAHHH!!!'
Terdengar teriakan dari para penumpang kapal.
'DHUAR!!!'
Tebasan Dustin mengenai dek kapal dengan sangat kuat. Kekuatan otot yang mengerikan. Tebasannya menyebabkan dek kapal tersebut retak. Retakan yang ditimbulkan tidak wajar.
"..itu bukan tebasan biasa!!" gumam Vai terkejut. Tidak ada waktu untuk memikirkan soal tebasan tersebut. Aku harus kabur, pikirnya.
Vai pun bangkit dan mencoba untuk kabur dari Dustin. Tebasan kedua mulai dilancarkan oleh Dustin.
'SLASH!!'
'BRAK!!!!'
Secara refleks, Vai menunduk. Tebasan tersebut mengenai anjungan pada kapal tersebut. Mungkin apabila Vai tidak menunduk, kepalanya akan terpisah dari tubuhnya.
Lagi-lagi, tebasan yang tidak normal. Akibatnya, anjungan pada kapal tersebut terbelah dan meninggalkan lubang yang besar.
Vai terpojokkan. Dustin kembali menyeringai menatap Vai.
"Kali ini tidak akan meleset." Ujarnya.
Vai memejamkan matanya sekuat tenaga berharap dapat menahan rasa sakit jika terkena tebasan Dustin.
//
"ATUR NAFASMU!!" Teriak Wan. "Nafas adalah kunci awal untuk semua kehidupan. Gunakan energi pada udara yang masuk ke dalam paru-parumu dan alirkan energi tersebut ke seluruh tubuhmu" Lanjut Wan menjelaskan kepada Vai.
"Baik kek! Kalau hanya seperti ini sih, aku dapat menguasainya hanya dalam hitungan detik" remeh Vai.
Vai merupakan seorang anak yang jenius. Ia mampu menguasai teknik dan pelajaran dari siapapun dengan sangat cepat. Alhasil, Vai pun sombong dan meremehkan ajaran dari kakeknya.
"JANGAN SOMBONG!! Pikiran adalah pondasi untuk segala ilmu. Jika kamu tidak fokus maka teknik yang hebat sekalipun menjadi tidak berguna." Ujar Wan memarahi Vai yang terlampau santai.
"Jika kamu bisa mengontrol energi dari luar dan dalam tubuh, apapun bisa kamu lakukan" lanjut Wan.
//
'Fiuh'
Vai membuka matanya. Tiba-tiba semuanya menjadi sangat lambat dan tubuhnya menjadi sangat ringan.
Dustin mengayunkan pedangnya ke tubuh Vai. Gerakan Dustin terlihat sangat lambat oleh Vai.
'SLASH!'
Vai menghindari tebasan pedang Dustin dengan mudah. Ia dapat membaca gerakan Dustin.
"Kamu?" Dustin terkejut melihat gerakan Vai.
Tanpa pikir panjang, Vai melayangkan tinjuan sekuat tenaga ke wajah Dustin.
'BUK!!'
Dustin tidak bergeming. Tinju Vai seolah tidak mempan pada Dustin.
Dustin kembali menyeringai.
Padahal pukulan yang kulayangkan sudah sekuat tenaga. Kenapa tidak mempan? Pikir Vai.
To be continued..