Chereads / Twisted Twin : When Loving Requires More Effort / Chapter 18 - Should i care??!!!!

Chapter 18 - Should i care??!!!!

Barric terlihat melepas sepatunya di ruang tamu dan meyimpannya ke rak sepatu. Shandy memperhatikannya dari pintu ruang makan. Barric terlihat sangat kacau, dengan rambut yang berantakan, jenggot yang sudah lama tidak bercukur, dan kemeja yang kucel di sana sini.

Braakkkk!!! Barric melempar tas besarnya di ruang cuci. Kemudian ia berjalan ke ruang makan, ia menatap Shandy dengan wajahnya yang penuh penantian. Ia berjalan ke arah istrinya yang sangat cantik itu. Wanita cerdas yang dipertemukan Tuhan untuknya yang ia tidak pernah berani bermimpi untuk bisa memiliki dulu. Tapi sekarang mutiara itu ada di rumahnya, melahirkan anak yang wajahnya mirip dengannya dengan rambut coklat tua dan ikal seperti rambutnya.

"Aku harap kamu sudah lebih tenang. " Sapa Shandy masih khawatir dengan Barric.

"Hhmmm sudah, berpikir di motel di perbatasan kota, aku lelah dengan semua orang yang mencariku. " Jelas Barric sambil menyibakkan rambut lurus Shandy.

"Bagaimana Sean? "

"Masih seperti biasa, aku berjanji menyuruhmu mengantarkan nya sekolah minggu depan." Ucap Shandy sambil menuangkan air putih dalam gelas untuk Barric.

"Siapkan semua data tentang tanah peternakan Minasfield yang kamu jual kepada perusahaan SWFG, aku sudah menunggu terlalu lama untuk ini, Barric!!!" Pinta Chad dengan mata yang tajam kepada Barric yang masih nampak lelah.

"Baiklah! " ucap Barric beranjak ke ruang kerja.

"Swinford Grup? " Sahut Fayre sambil menatap kakaknya membuka pintu ruang kerja.

"Ya tanah itu Barric jual ke Swinford Grup tapi sebenarnya sudah diambil alih oleh pemerintah dan MFF Property yang sudah menjual tanah itu mengklaim bahwa mereka mempunyai serifikat yang sah. Dan mereka berhak menjualnya lagi ke pihak lain. " Jelas Chad tentang keadaan yang menyudutkan Barric.

"Swinford punya banyak sekali cabang usaha. Kali ini Barric berurusan dengan Darren Swinford salah satu putra terbaik dari Swinford Grup."

"Darren Swinford? Suami dari Idlina perancang busana yang terkenal itu. " Sahut Fayre merasa tidak asing.

"Iya aku bekerja untuk wanita itu akhir-akhir ini." Lanjut Fayre sambil mengingat salah satu Swinford yang pernah ia temui, yaitu Nolan.

"Boss besar SW-TV adalah anak dari kakak Darren yang sudah meninggal, yaitu Dawson Swinford, dia terkenal sangat perfeksionis dengan pekerjaannya. Aku rasa selama perjanjian baik dan tidak merugikan, tidak ada yang perlu kamu khawatirkan, Fayre. " Jelas Chad dengan senyumannya yang khas.

"Darren memberikan keterangan bahwa ia sudah membayar beberapa pajak yang sudah lama tertunda untuk peternakan itu, namun uang tersebut tidak diterima oleh bagian perpajakan, dan keterangan keberadaan uang itu terakhir diserahkan ke tangan Barric. " Jelas Chad kepada Shandy mengenai kasus yang menimpa Barric itu.

"Lalu bagaimana selanjutnya? " Tanya Shandy berusaha untuk tenang.

"Apa mungkin ada yang mengkambing hitamkan Barric? " Tanya Fayre sambil melirik ke arah Chad.

"Aku ingin keluar dari semua ini, menjual sebagian saham keluarga kita untuk membayar semua pajak kosong itu tapi itu tak akan cukup. " Ujar Barric sambil menyerahkan dokumen kepada Chad.

"Dan jika menjual lebih besar dari itu maka pengelolaan pabrik Atwood akan diserahkan kepada pemegang saham yang baru dan tamatlah riwayatku. " Lanjut Barric tampak putus asa.

"Aku sudah ada beberapa tim pengacara. Ini kulakukan semua karena aku tidak ingin Atwood diserahkan ke pihak lain, di situ ada jiwa ayahku di dalamnya. " Ucap Chad menyindir Barric sambil matanya memeriksa beberapa isi dokumen dalam map biru yang baru saja diserahkan oleh Barric.

"Seharusnya jaga istrimu, keluargamu sangat membutuhkanmu, bukan hanya sembunyi di lubang seperti tupai!!!!" Seru Chad sambil menatap tajam pada Barric karena bermasalah dengan salah satu dari keluarga Swinford.

"Fayre, kamu memilih pulang bersamaku atau tetap di sini? Sopirku sebentar lagi akan datang menjemput ku. " Tanya Chad sambil mengelus pipi cantik berwarna pink itu.

"Baiklah aku akan pulang bersamamu. " Jawab Fayre sambil menggapai tangan kiri Chad dan menggenggamnya.

********

Di Mobil, imajinasi Flair masih dipenuhi oleh ketidakpercayaan pada apa yang disaksikannya pagi ini di rumah Shandy. Fayre benar-benar gila, Fayre benar-benar gila!!! Semua tentang hal itu di kepalanya. Perlahan ia berhenti di pinggir jalan dan memukul-mukulkan keningnya sendiri ke setir mobil. Ponselnya berdering dan tanda panggilan dari Fayre tampak di layar ponsel itu. Dan Flair tidak sedikitpun tertarik untuk menerimanya. Bahkan ia merasa bergidik membaca nama Fayre tertulis di sana.

Flernee, aku sudah berada di rumah sekarang. Mencoba menelpon Rory masih sibuk dan kamu sendiri tidak mengakat teleponku. Mobilku sendiri tidak kutemukan di garasi. Bagaimana aku bisa berangkat bekerja jika seperti ini. Tulis Fayre dalam pesannya untuk Flair.

Should i care??!!!! balas Flair singkat.

Di kamarnya, Fayre melotot dengan pesan singkat kakaknya itu. Tidak pernah sekalipun pernah ada tulisan seperti ini di pesan dari Flair. Mereka adalah kembar yang sangat kompak sejak kecil. Selalu berbagi semua barang miliknya, mainan, makanan. Tapi sekarang apa yang terjadi?

Fernee kau hanya bercanda, bukan? batin Fayre masih menghibur diri.

Fayre membanting ponselnya di tempat tidur lalu merapikan beberapa buku dan laptopnya dalam sebuah tas cokelat tua besar.

Selang beberapa saat Rory juga menghubungi Flair,

"Flair sudah pukul berapa mengapa belum juga datang ke kantor SW-TV, ini kesempatan besar buatmu, kau tidak boleh menyia-nyiakan kesempatan ini." Suara Rory di seberang.

"Aku hanya berputar-putar di kota saja. Iya baik aku segera ke sana." Jawab Flair sambil memutar arah Mobilnya.

"Minta Fayre untuk membawa semua katalog tas yang terkahir kalian buat. Bersiaplah untuk menjadi brand terkenal. " Seringai Rory tampak bersemangat.

"Fayre? Aku tidak sedang bersamanya. Aku sendirian. Ia masih di rumah. " Ungkap Flair memotong pembicaraan Rory.

"What???!!! Mengapa di saat seperti ini kalian malah tidak berangakat bersama!!!!!" Seru Rory mulai panik.

***********

"Mister mereka sudah datang" terdengar suara Heidi di belakang punggungnya dan Nolan pun memutar kursi kerjanya ke arah Heidi.

"Well, suruh mereka masuk! " Perintah Nolan.

Heidi kemudian menuju pintu dan membukanya, lalu membungkuk pada Fayre, Flair dan Rory untuk mempersilahkan masuk.

"Baru kali ini aku dibuat menunggu oleh model baru sepertimu dan biasanya yang terjadi adalah sebaliknya! " Ucap Nolan dengan suara sedikit arogan.

" Maafkan kami, Mister. Ini tidak akan terjadi lagi. Dan mohon untuk tetap memberikan kesempatan kepada pasangan kembar kami untuk ikut dalam pameran lima negara akan dilaksanakan tersebut. " Balas Rory merendah.

"Profesionallah sedikit, jika kalian ingin memberikan yang terbaik untuk perusahaan ini. " Sahut Nolan sambil menerima map kontrak kerja yang segera akan mereka tanda tangani dari tangan Heidi.

"Bagaimana jika agar hatiku senang maka Nona Flair akan tinggal di sini untuk makan siang bersamaku?" Seringai Nolan sambil melirik ke arah Flair.

Rory terlihat agak heran dan hendak menjawab tidak, namun Flair dengan cepat membalas ajakan Nolan tersebut.

"Baiklah aku akan tinggal, hanya makan siang, karena setelah itu aku harus ke rumah sakit. " Flair menyela pembicaraan.

Rory dan Fayre hanya diam tanpa kata dan saling memandang melihat Flair yang langsung menyetujui tanpa berpikir lagi ajakan Nolan tersebut.

"Baiklah, mari kita tanda tangani kesepakatan kita, karena aku juga harus segera mengirimkannya kepada Idlina. " Balas Nolan sambil membuka bolpoin yang ia ambil dari saku rompi jasnya yang berwarna solid navy tersebut.

*********

Nolan mendekati Flair dan membuka poni panjang yang ada di kening gadis itu. Flair yang didekati begitu rapat sontak menjauh dari wajah Nolan.

"Aku rasa memar di kepalamu sudah membaik." Ucap Nolan lega.

"ini bukan luka yang serius. " jawab Flair datar dan membuang muka ke arah lain.

Tangan Flair digenggam oleh Nolan menuntunnya berjalan melewati koridor sebuar restauran besar dan tampak sepi di sana, hanya ada beberapa orang saja yang makan siang di tempat itu, karena terkenal dengan harga makanannya yang lumayan fantastis. Flair berusaha melepas pegangan itu namun begitu kuat. Jantungnya terasa berdebar kuat, tidak pernah ia dipegang sekuat ini oleh seorang lelaki dengan genggaman kuat dan lembut seolah mengayomi seluruh jiwanya untuk memaksanya tunduk.

Nolan memundurkan sebuah kursi dan Flair menurut saja duduk di sana. Lalu hidangan segera berdatangan dan ditata di meja bundar besar dengan hiasan beberapa lilin kecil dan bunga mawar di tengahnya.

Flair mengambil tissu kering dan mengusap semua alat makan yang akan digunakannya itu dengan tissu yang sudah disediakan.

Nolan hanya memperhatikan dengan aneh sikap unik Flair ini. iya Mereka pun segera makan tanpa menghabiskan waktu dengan sedikit terjadi percakapan di antara mereka di sana.

"Sudah mendapat kabar dari rumah sakit siang ini?" Tanya Nolan

" Belum, aku akan ke rumah sakit sore ini. " Jawab Flair.

"Terakhir kabar dari dokter, luka Hadley akibat terlempar oleh ledakan itu membuat kepala Hadley terbentur dan sangat keras..." Ucap Nolan, suara seraknya memecah lamunan Flair.

"Lalu? "

" Ada pendarahan di sana dan jika penggumpalan terjadi mungkin akan mengganggu organ penglihatannya. " Jelas Nolan sambil mengelap ujung-ujung bibirnya dengan tissu makan.

Flair menutup mulutnya yang menganga kaget mendengar kabar terakhir Hadley.

"Aku rasa entah kapan, kakek Hadley akan segera datang dari luar negeri untuk menemuinya. Kau bersiap saja bila bertemu mereka. " Ucap Nolan tanpa ekspresi.

"Aku berharap tidak terjadi hal buruk pada Hadley." Flair mulai terisak dan ia menyembunyikan wajahnya di balik lengan dan menyimpan air matanya di sana.

.

.

.

*) Jangan lupa Follow IG : MyAzra_Tyas

untuk tahu judul Novel saya yang lain